Claim Missing Document
Check
Articles

Pengamatan Jangka Panjang Remaja dengan Gizi Buruk Tipe Marasmus Kwashiorkor dan Short Bowel Syndrome et causa Perforasi Yeyunum Rinche Annur; Yusri Dianne Jurnalis; Eva Chundrayetti; Yorva Sayoeti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1026

Abstract

Gizi buruk terjadi akibat gangguan gizi kronik dan menyebabkan gangguan pertumbuhan yang berpengaruh terhadap kesehatan, kecerdasan dan produktivitas saat beranjak dewasa. Kecukupan nutrisi remaja sangat penting agar selaras dengan pacu tumbuh dan merupakan investasi untuk generasi yang lebih baik. Short bowel syndrome merupakan kondisi gangguan malabsorpsi akibat reseksi usus halus ekstensif dan memerlukan nutrisi parenteral > 42 hari setelah reseksi usus. Pengamatan jangka panjang dilakukan pada remaja dengan gizi buruk tipe marasmik kwashiorkor dengan short bowel syndrome et causa perforasi yeyunum dan anemia defisiensi besi. Pasien selalu mengeluh nyeri perut bila mendapat makanan padat, muntah, diare, penurunan nafsu makan dan berat badan dengan status gizi buruk. Penelusuran etiologi didapatkan perforasi yeyunum sehingga dilakukan yeyunostomi dan prosedur Santulli. Selama rawatan pasien mengalami short bowel syndrome dan ditatalaksana dengan kombinasi nutrisi parenteral dan enteral peroral. Akhir pemantauan berat badan menjadi 37 kg dengan kesan gizi baik. Penatalaksanaan yang tepat pada penderita gizi buruk dengan short bowel syndrome et causa perforasi yeyunum memberikan hasil akhir yang baik.
Hypertrophic Pyloric Stenosis M Hafiz Nasrulloh; Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 4 (2019): Online December 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i4.1115

Abstract

Hypertrophic pyloric stenosis merupakan penyakit saluran cerna yang banyak ditemukan pada awal kehidupan. Diagnosis klinis HPS ditentukan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan radiologi. Dilaporkan seorang bayi usia dua bulan dengan keluhan utama muntah, dari hasil pemeriksaan ultrasonografi abdomen dan barium meal sesuai dengan kecurigaan HPS. Pasien ditatalaksana dengan terapi bedah pyloromiotomi. Kondisi pasien pasca operasi cukup stabil, serta tidak ada keluhan muntah.
Malrotasi Usus Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti; Aslinar Aslinar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.58

Abstract

AbstrakMalrotasi biasanya didiagnosis pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kelainan ini terjadi pada kehamilan 10minggu dan terdapat sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup. Pada 75% kasus gejala timbul pada bayi baru lahir dan90% terjadi dalam 1 tahun kehidupan. Pada bayi, gejala utama malrotasi usus yaitu muntah kehijauan dan padaanak-anak yang lebih tua yaitu sakit perut, diare, konstipasi, tinja berdarah atau gagal tumbuh. Tindakanpembedahan segera akan memberikan prognosis yang baik bagi malrotasi usus.Kata kunci: Malrotasi, usus, Ladd’s ProcedureAbstractMalrotation is usually diagnosed in newborns and young infants. This disorder occurs in pregnancy 10weeks and there are about 1 in 500 live births. In 75% of cases the onset of symptoms is in newborns and 90%occurred in the first year of life. In infants, the main symptom is greenish vomiting and older children will presentwith bowel Malrotation, abdominal pain, diarrhea, constipation, bloody stools or failure to thrive. Immediate surgerywill give a good prognosis for bowel Malrotation.Keywords: intestinal malrotation, Ladd’s Procedure
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di Kelurahan Lubuk Buaya Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2013 Silvia Rane; Yusri Dianne Jurnalis; Djusmaini Ismail
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.710

Abstract

Pengetahuan ibu mengenai diare merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya diare akut seperti ketidaktahuan ibu akan penyebab diare, bagaimana cara penularan diare, dan cara pencegahan diare. Hal ini menyebabkan angka kejadian diare akut menjadi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare akut pada balita di Kelurahan Lubuk Buaya. Metode penelitian adalah analitik dan pengolahan data menggunakan uji chi-square. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lubuk Buaya Padang dari bulan Juli hingga bulan Agustus 2013. Ada 40 subjek penelitian dengan usia rata-rata responden yaitu 29,93 tahun, tingkat pendidikan terbanyak yaitu lulusan SLTA 18 orang (45%) dan responden dengan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga 27 orang (67,5%). Pengetahuan ibu mengenai diare dengan tingkat pengetahuan sedang 27 orang (67,5%), rendah 8 orang (20%) dan tinggi sebanyak 5 orang (12,5%). Kejadian diare akut pada balita sebanyak 23 orang (57,5%) dan yang tidak mengalami diare akut 17 orang (42,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square, tingkat pengetahuan ibu tidak memiliki hubungan dengan kejadian diare akut pada balita dengan p<0,749 (nilai p>0,05). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare akut pada balita di Kelurahan Lubuk Buaya Padang.
Eosinofilik Esofagitis Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti; Widiasteti Widiasteti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v2i3.168

Abstract

AbstrakEosinofilik esofagitis merupakan gangguan dimana terjadi infiltrasi eosinofil pada mukosa superfisial esophagus yang berhubungan dengan alergi makanan dan kondisi atopi seperti asma, dermatitis atopi, rhinitis alergika dan sering bersamaan dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Diperkirakan insiden tahunan 43 per 10.000 pada anak. Gejala klinis mirip dengan GERD yaitu muntah, regurgitasi, nausea, nyeri dada atau epigastrium, disfagia dan hematemesis. Sekitar 50% pasien memiliki gejala alergi dan lebih 50% pasien memiliki orang tua dengan riwayat alergi. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan histologis. Gambaran endoskopi yang ditemukan antara lain feline esophagus, corrugated esophagus, ringed esophagus, atau concentric mucosal rings, eksudat putih, vesikel atau papul dan hilangnya pola vaskular menunjukkan area fokus infiltrasi eosinofil. Diagnosis secara histologis sangat penting dimana kriteria eosinofilik esofagitis adalah jika ditemukan eosinofil >20/HPF (High Power Field). Terapi yang diberikan adalah terapi diet, farmakologis seperti kortikosteroid sistemik atau topikal, penghambat reseptor leukotrin dan anti IL-5.Kata kunci: eosinofilik esofagitis, alergi makanan, atopiAbstractEosinophilic esophagitis is a disorder which there is eosinophil infiltration on superficial esophageal mucosa. It’s correlated with food allergy and atopy condition such as asthma, atopy dermatitis, rhinitis allergic and often in conjunction with Gastroesophageal Reflux Disease ( GERD). The incidence approximately 43/10.000 in children. The symptoms are similar with GERD, which one vomit, regurgitation, nausea, chest or epigastrium pain, dysphagia and hematemesis. About 50% patient has allergic symptoms and more than 50% parent of the patient has allergic history. The diagnose can be made base on endoscopic and histological examination. Endoscopic examination shows feline esophagus, corrugated esophagus or concentric mucosal rings, white exudates, vesikel or papul and diminished of vascular pattern, showing eosinophyl infiltration focus area. Histologic diagnosis is very important where the criteria for eosinophilic esophagitis is found eosinophils > 20 / HPF (High Power Field) within the superficial esophageal mucosa. Therapy eosinophilic esophagitis are diet therapy, pharmacological therapy with systemic or topical corticosteroid, leucotriene receptor antagonist and anti IL-5.Keywords:Eosinophilic esophagitis, food allergy, atopy
Tatalaksana Medikamentosa pada Penyakit Saluran Cerna Handre Putra; Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1019

Abstract

Pengeluaran isi lambung menuju esophagus (gastroesofageal reflux/GER) merupakan proses fisiologis normal pada bayi sehat, anak dan remaja. Episode singkat, tidak menimbulkan gejala, kerusakan esophagus atau komplikasi lainnya. Gastroesofageal reflux disease (GERD) adalah bila episode tersebut disertai gejala dan kompikasi. Beberapa pilihan terapi bertujuan mengontrol gejala dan mencegah komplikasi pada anak dengan GERD tergantung usia, tipe dan derajat beratnya gejala serta respon terapi. Abdominal pain adalah sindrom episodik pada masa kanak-kanak ditandai beberapa episode nyeri perut dan gejala vasomotor, mual dan muntah. Konstipasi fungsional sering terjadi pada anak usia prasekolah yang harus ditatalaksana secara adekuat untuk mencegah semakin beratnya konstipasi dan menimbulkan beban psikososial. Functional abdominal pain disorders (FAPDs) merupakan penyebab nyeri abdomen kronik pada anak dan remaja yang melibatkan interaksi antara faktor regulasi dalam sistem saraf enterik dan pusat yang bersifat menetap sehingga memiliki efek buruk pada gejala psikologik. Perdarahan saluran cerna disebut sebagai perdarahan saluran cerna atas bila berasal dari bagian proksimal ligamentum Treitz, dan perdarahan saluran cerna bawah bila berada di bagian distalnya. Kelima penyakit saluran cerna ini memiliki insiden yang cukup tinggi pada anak, dan akan dibahas mengenai tatalaksana medikamentosa terkini pada kelima penyakit tersebut.
Kelainan Hati akibat Penggunaan Antipiretik Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti; Marlia Moriska
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.397

Abstract

Abstrak Demam menyebabkan penderitaan pada anak dan kecemasan pada orangtua. Demam terjadi pada hampir sebagian besar anak setiap tahunnya. Antipiretik yang paling sering digunakan adalah acetaminophen, ibuprofen dan aspirin. Antipiretik ini dapat menyebabkan kelainan hati pada dosis tinggi dan pada penggunaan dosis terapi yangberulang. Baru-baru ini banyak digunakan obat kombinasi acetaminophen-ibuprofen. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menjelaskan kelainan hati akibat penggunaan antipiretik. Penggunaan pada dosis terapi secara berulang harus sesuai indikasi, mempertimbangkan efek samping dan memahami dosis maksimal. Penggunaan obat kombinasi acetaminophen-ibuprofen harus diberikan hati-hati, dosis kandungan antipiretik harus dibaca lebih teliti. Perluanamnesis yang jelas pada penegakan diagnosis dan perhitungan dosis total atau dosis rata-rata yang diterima. Klinisi harus dapat memonitor gejala kelainan hati akibat penggunaan obat-obatan antipiretik. Perlu komunikasi yang jelas, antara dokter dan keluarga pasien tentang keuntungan dan resiko pemberian antipiretik, baik itu penggunaan sekalisaja ataupun berulang.Kata kunci: antipiretik, ibuprofen, acetaminophen hepatoksik, drug induced hepatitis Abstract Fever causes misery for children and parental anxiety. It affects almost of children each year. The antipyretics most commonly used for treating fever are acetaminophen, ibuprofen and aspirin. These antipyretics can causeshepatotoxicity in high dose and in multiple daily doses. Recently, the use of combination acetaminophen-ibuprofen was widely use in child. The objective of this artikel was to learn more about how about antipyretics induced hepatotoxicity. The use of multiple daily doses must be in the right indication, considering the side effect and clear in maximal doses.The use of combination acetaminophen-ibuprofen must be with caution, composition of dose must be read cerefully. Its need good anamnesis and calculation of total dose or mean doses per day that received to make the right diagnosis. The better communication between physicians and families about the risks and benefits of use of antipyretic to prevent hepatotoxicity. Keywords: antipyretic, acetaminophen hepatotoxicity, ibuprofen, drug induced hepatitis
Sindrom Hepatorenal pada Anak Yusri Dianne Jurnalis; Yorva Sayoeti; Julinar Julinar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i3.88

Abstract

Abstrak Latar belakang:Sindrom hepatorenal (SHR) merupakan suatu keadaan dimana terjadinya gangguan fungsi ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Sindrom ini mempunyai karakteristik terjadinya penurunan GFR tanpa adanya kelainan yang lain pada ginjal. Hal yang mendasar penyebab SHR ini adalah terjadinya vasokonstriksii ginjal dan vasodilatasi perifer, tidak disertai protein uria dan kelainan histologi ginjal. Diagnosis SHR ditegakkan pada pasien sirosis hepatis dengan gangguan fungsi ginjal dengan menyingkirkan penyebab lain kelainan ginjal. Tatalaksana dengan menggunakan vasokonstriktor perifer yang dikombinasi dan albumin intravena dapat memperbaiki fungsi ginjal, akan tetapi transplantasi hati tetap merupakan terapi definitif untuk memperpanjang harapan hidup. Prognosis pasien dengan SHR ini buruk, harapan hidup pada bulan pertama hanya 50% dan 6 bulan kemudian hanya 20%. Kata kunci: Sindrom hepatorenal, sirosis hepatis, gangguan fungsi ginjal. Abstract Background: Hepatorenal syndrome (HRS) is functional renal impairment that occurs in patient with advanced liver cirrhosis. It is characteristized by marked reduction in GFR (glomerulous filtration rate) in the absence of other cause of renal failure. The hallmark of HRS is intense renal vasoconstriction with predominant peripheral arterial vasodilation, absence of proteinuria or histological change in kidney. HRS is diagnosis by exclusion and all other cause of acute renal injury in patient advanced liver disease. Management requires combined use of splanchnic and peripheral vasoconstrictor in combination with intravenous albumin may improve renal function in HRS. How ever liver transplantation is the only definitive way of improving long term outcome. The prognosis for patient with cirrhosis and renal failure is poor. The overall survival is approximately 50% at 1 month and 20% at 6 month. Keywords:Hepatorenal syndrome, liver cirrhosis, renal impairment.
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Psikomotorik Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang Tahun 2014 Hamdini Humaira; Yusri Dianne Jurnalis; Edison Edison
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i2.530

Abstract

AbstrakPermasalahan gizi di Indonesia adalah masih banyaknya kejadian balita gizi kurang dan gizi buruk. Asupan gizi menentukan pertumbuhan dan perkembangan. Ranah perkembangan yang paling sering dinilai di layanan primer adalah perkembangan psikomotorik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan status gizi dengan perkembangan psikomotorik balita di wilayah kerja Puskesmas Lapai. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden yang diambil secara multistage sampling technique. Data dikumpulkan melalui pengukuran antropometri tinggi dan berat badan serta penilaian KPSP (kuesioner pra skrining perkembangan). Analisis data dilakukan dengan uji Fisher. Hasil penelitian mendapatkan balita dengan perkembangan psikomotorik sesuai lebih tinggi pada status gizi normal (87,6%) dibandingkan status gizi tidak normal (52,9%). Analisis hubungan antar dua variabel didapatkan nilai p = 0,002. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan perkembangan psikomotorik balita. Diperlukan perhatian lebih terutama dari orang tua untuk menjaga kebutuhan gizi balita dan untuk tenaga kesehatan agar meningkatkan pelayanan kesehatan gizi.Kata kunci: status gizi, perkembangan psikomotorik AbstractNutritional problems in Indonesia is underweight and severely underweight cases in toddlers. The most frequent developmental domain which is assessed in primary health care is psychomotor development. The objective of this study was to determine the relationship between the nutritional status and psychomotor development of toddlers in Lapai Health Center area. This study used a cross sectional study on 106 respondents by multistage sampling technique. Data were collected through anthropometric measurements of height and weight and (DPSQ) development pre-screening questionnaire. Data were tested by Fisher's exact test. The result is toddlers with appropriate psychomotor development were higher in normal nutritional status (87.6%) compared to abnormal nutritional status (52.9%). Both variables were  p = 0,002. There is a significant relationship between the nutritional status and psychomotor development. More attention especially from parents to keep the nutritional needs of toddlers and health professionals  improve the nutritional health services.Keywords: nutritional status, psychomotor development
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Puskesmas Nanggalo Padang Maretha Antya Tamimi; Yusri Dianne Jurnalis; Delmi Sulastri
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.460

Abstract

AbstrakDiare merupakan salah satu penyebab mortalitas pada bayi di negara berkembang. Tingginya kejadian diare dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah tidak dilakukannya pemberian ASI. Efek proteksi ASI lebih optimal jika diberikan secara eksklusif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota padang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel berjumlah 82 ibu dan bayi yang dipilih dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi kejadian diare pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang adalah 19.5% dan distribusi pemberian ASI eksklusif adalah 46.3%. Hasil uji statistik t independen menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara usia kejadian diare pertama kali antara bayi dengan ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif (p= 0.593). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi (p=0.014). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara usia kejadian diare pertama kali pada bayi dengan ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif dan terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi.Kata kuncl: ASI eksklusif, diare, bayi AbstractDiarrhea is one of the causes of mortality in infants at developing countries. The high incidence of diarrhea is influenced by various factors, one of them is not breastfeed infants. Protective effect of breast milk is better when it gives exclusive breastfeeding. The objective of this study was to determine whether there is a relationship between exclusive breastfeeding with diarrhea incidence in infants in region of Nanggalo Public Health Center Padang. This study used a cross sectional design. The sample in this study was 82 pairs of mothers and infants had been selected with purposive sampling technique. Data were collected by interviewing respondents with questionnaire. The results show that the distribution of diarrhea incidence in infants in region of Nanggalo Public Health Center is 19.5% and the distribution of exclusive breastfeeding is 46.3%. The result of Independent t-test shows that there’s no significant difference between the age of first time diarrhea in  exclusive breastfeeding infants and no exclusive breastfeeding infants (p=0.593). The result of chi-square statistical test shows that there’s relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea incident (p = 0.014). There is no significant difference between the age of first time diarrhea in exclusive breastfeeding infants and no exclusive breastfeeding infants and there is a significant relationship between exclusive breastfeeding with diarrhea incidence in infants.Keywords: exclusive breastfeeding, diarrhea, infant
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Adria Russelly Afdal, . Afriwardi Afriwardi Aisyah Nilakesuma Alfi Maido Alius Alfi Maido Alius Amelia Yendra Amirah Zatil Izzah Andani Eka Putra Ariadi Ariadi As Siddiqi, Abdurrahman Arsyad Aslinar Aslinar Aslinar Aslinar Asrawati Asrawati, Asrawati Asrawati Nurdin Asviandri Asviandri Besri, Hanifa Zahra Delfican Delfican Delfican Delfican Delmi Sulastri Dhina Lidya Lestari Diyas Anugrah Djusmaini Ismail Edison - Edison Edison Efrida Efrida Endang Purwati RN Eny Yantri Erli Meichory Viorika Eryati Darwin Eti Yerizel Eva Chundrayetti Fadil Oenzil Farid I Hussein Fatmah Sindi Febianne Eldrian Finny Fitry Yani Fitrina, Dewi Wahyu Fitriyana Fitriyana Gustina Lubis Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hafni Bachtiar Hamdini Humaira Handre Putra Hirowati Ali Husni Husni Ihsan, Indra Irwan Effendi Iskandar Syarif Iskandar Syarif Jon Efendi Jon Efendi Jon Effendi Julinar Julinar Liza Fitria Lydia Aswati M Hafiz Nasrulloh Maretha Antya Tamimi Marlia Moriska Marlinda Marlinda Masnadi, Nice Rachmawati Mayetti Mayetti Muhammad Hidayat Mutiara Annisa Amadea Nelvirina Nelvirina Nice Rachmawati Masnadi Nindrea, Ricvan Dana Nolitriani Nolitriani Nolitriani Nolitriani Nolitriani Nolitriani Nurdin, Asrawati Prima Julistia Puthisari Zonya Jannata Putri Engla Pasalina Revi Rilliani Riana Youri Rinang Mariko, Rinang Rinche Annur Rizka Hanifa Rizqa Fiorendita Hadi Rozetti Rozetti Rusdi Rusdi Sari Dewi Selfi Renita Rusjdi Silvia Rane Siti Lestari Trisna Resti Yanti Utari Gustiany Gahayu Violeta, Vonny Widiasteti Widiasteti Wiwi Hermy Putri Yanwirasti Yanwirasti Yorva Sayoet Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yorva Sayoeti Yugatama, Andyan Yulfiwanti, Idha Yuliawati Yusirwan Yusuf Yustini Alioes Zulfahmi Zulfahmi