Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Proses Terbentuknya Teritorialitas pada Permukiman Padat Penghuni di Kampung Jawa, Denpasar Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1376.12 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2018.v05.i01.p09

Abstract

Teritorialitas merupakan salah satu aspek penting dalam bidang ilmu arsitektur karena berkaitan dengan fungsi dari teritori sebagai sebuah perwujudan dari perilaku keruangan seseorang untuk mencapai privasi tertentu. Teritorialitas sangat identik dengan rasa kepemilikan, upaya kontrol, dan mekanisme defensif terhadap suatu tempat atau ruang. Pada permukiman padat penghuni di perkotaan, khususnya pada kawasan permukiman Kampung Jawa Denpasar, ruang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Fakta tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berbagi dan memaknai sebuah ruang. Tingginya kebutuhan terhadap ruang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, memicu terjadinya fenomena-fenomena teritorialitas di lingkungan permukiman yang menarik untuk dikaji. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana proses terbentuknya teritorialitas di kawasan studi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menampilkan data-data primer hasil observasi dan wawancara di lapangan serta membandingkannya dengan teori yang terkait. Secara umum dari hasil penelitian dapat disimpukan bahwa tekanan lingkungan berupa keterbatasan ruang sangat mempengaruhi teritorialitas yang terbentuk di permukiman, serta nilai fleksibilitas yang terkandung dari ruang tersebut. Kata kunci: teritorialitas, permukiman padat, Kampung Jawa, Kota Denpasar
Kajian Potensi Wisata Kuliner Pantai Ampenan Rini S. Saptaningtyas; Teti Handayani; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 1 No 1 (2021): SADE April 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.397 KB) | DOI: 10.29303/sade.v1i1.6

Abstract

Sejak ditetapkannya KEK Mandalika tahun 2017, Pulau Lombok kini menjadi salah satu tujuan utama wisata di Indonesia. Selain jenis wisata alam dan budaya yang ditawarkan, terdapat juga kuliner yang khas seperti plecing kangkung, ayam taliwang, sepat, bebalung yang disukai wisatawan. Aspek kuliner mempunyai peranan yang sangat kuat dalam keberhasilan pengembangan sebuah destinasi (Pepela & O'Halloran, 2014), karena menikmati makanan lokal dapat memberikan peluang bagi wisatawan untuk mempelajari geografi dan budaya masyarakat setempat (Richards, 2002). Pemerintah Kota Mataram menyadari hal tersebut dan menyusun sebuah rencana pembangunan tempat wisata kuliner yang tidak hanya fokus pada kulinernya, namun juga keindahan alam, seni dan budaya. Dinas Pariwisata Kota Mataram bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram melakukan studi kelayakan penataan tempat wisata kuliner kawasan pantai Kota Tua Ampenan, yang diharapkan menghasilkan kajian awal untuk menyusun perencanaan pembangunan dan dasar pengambilan keputusan. Kegiatan studi ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa data primer dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur dan jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan kesimpulan bahwa Pantai Ampenan layak dan sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata kuliner, karena posisinya yang dekat dari pusat kota, dapat memperkuat citra kawasan, mendukung revitalisasi, serta memiliki sarana dan prasarana memadai.
Kajian Arsitektur Vernakular dan Ramah Lingkungan pada Gedung Kampus Universitas Mataram Teti Handayani; Rini Saptaningtyas; Zaedar Gazalba; Giska Pradana Ayu Putri Kamase; Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2021): SADE Oktober 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.824 KB) | DOI: 10.29303/sade.v1i2.19

Abstract

In the last decade, the development of new buildings in Mataram University has shown a shift towards contemporary forms and materials which results a quite different facade / appearance from the existing buildings. The situation raises an awareness that if it is allowed to continue, Mataram University as one of the state universities in West Nusa Tenggara will lose its identity. This study aims to examine the characteristics of vernacular and environmentally friendly architecture that can be applied to Mataram University’s building and evaluate it in the old and new buildings. This study uses a qualitative method, by reviewing the literature and evaluating the building based on the criteria obtained. The library building represents the old building and the Fisipol building represents the new building as subjects studied. Data analysis was done by descriptively qualitatively. The results show that the library building and Fisipol meet the same criteria or vernacular architectural characteristics even though visually the buildings look different. However, the library building meets the criteria for environmentally friendly architecture compared to Fisipol building, which is a new building. This study is expected to increase research on vernacular architecture as the identity of new campuses in Indonesia. This research still has many shortcomings, therefore it requires more similar studies in the future.
PELIBATAN MASYARAKAT DALAM MERANCANG GERBANG MASUK DI DESA SETANGGOR Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani; Rini Srikus Saptaningtyas; Liza Hani Saroya Wardi
Jurnal Abdi Insani Vol 10 No 4 (2023): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v10i4.1177

Abstract

Regional image-forming elements are needed to create a strong image to form branding of a region. These elements have been built in Setanggor Village, but the image you want to show and the impression of the village as a tourism destination is not visible. Village entrance gate designs are also designed with various shapes, designs and colors. This service was carried out as a forum for the community to voice their aspirations in developing the village through involvement in the design of the entrance gate to Setanggor Village. Community involvement was carried out through deliberation by presenting ideas and gate design concepts that had been created by the service team for village development. The results of the discussion showed that the Setanggor Village community agreed to the proposed third alternative (traditional concept) with several additions and changes in design. The addition of the Central Lombok Regency logo, the addition of the phrase 'cultural tourism village', and the beleq drum statue were carried out after the service activities were completed. The results of the third alternative design were sent back as discussion material for the Village Head and the community for budget planning. This service activity has a positive impact on residents because it can increase residents' knowledge about the importance of building an image, help residents discuss village development, and assist in planning the construction of village gates. Service activities in Setanggor Village can be carried out well with several directions from the community to perfect the selected gate design ideas. It is hoped that in the future, service activities like this can be carried out again in Setanggor Village to help the community in planning and developing a cultural tourism village.
Pendekatan Arsitektur Tropis pada Perancangan Rumah Susun di Kawasan Kumuh Kampung Karanganyar Yogyakarta Haris, Abel Fahreza; Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari; Gazalba, Zaedar; Putra, Pascaghana Jayatri; Raissilki, Muhammad Iqbal; Bachtiar, Jasmine Chanifah Hanifah Uzdah; Handayani, Teti
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 3 No 2 (2024): SADE Oktober 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sade.v3i2.85

Abstract

Pendekatan arsitektur tropis merupakan pendekatan desain yang paling relevan dalam merancang bangunan di iklim tropis. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip-prinsip arsitektur tropis yang berupaya untuk mampu beradaptasi dan merespon kondisi cuaca dan iklim. Dengan begitu, ruangan pada bangunan akan kebih nyaman dan sehat karena dirancang sesuai dengan konteks dan kondisi iklim sekitarnya. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk merumuskan solusi terkait permukiman kumuh padat penduduk di perkotaan dengan merancang rumah susun yang ideal untuk masyarakat menggunakan pendekatan arsitektur tropis. Metode yang digunakan dalam penyusunan tulisan ini yaitu melakukan pemetaan potensi dan masalah serta melakukan studi literatur dan kajian terkait prinsip arsitektur tropis. Dengan menerapkan prinsip – prinsip arsitektur tropis, rumah susun diharapkan akan menjadi tempat hunian yang nyaman dan sehat untuk masyarakat sekaligus menyelesaikan masalah permukiman kumuh di perkotaan.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik di Taman Sangkareang Kota Mataram Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Kamase, Giska Ayu Pradana Putri; Anantama, Aldhi Nugraha; Gazalba, Zaedar
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 3 No 2 (2024): SADE Oktober 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sade.v3i2.86

Abstract

Ruang terbuka publik merupakan elemen penting dalam perancangan kota yang mewadahi ruang gerak dan aktifitas masyarakat kota. Penataan ruang terbuka publik perlu menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan menjadi ruang yang ramah untuk beragam aktivitas dan interaksi sosial. Taman Sangkareang menjadi sentral ruang publik bagi masyarakat Kota Mataram dan mewadahi beragam aktifitas masyarakat. Aktifitas yang terjadi berulang pada ruang publik membentuk pola perilaku spasial dalam pemanfaatan ruang publik. Pemanfaatan ruang publik yang tidak sesuai setting fisik dapat mengganggu kenyamanan dalam beraktifitas sehingga perlu adanya evaluasi maupun penyesuaian antara pola pemanfaatan ruang dengan setting fisik ruang publik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola perilaku keruangan (spasial) pengunjung Taman Sangkareang berdasarkan perilaku pemanfaatan ruang pada setiap setting fisik sehingga dapat dijadikan acuan dalam penataan ruang publik kedepannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pemetaan perilaku. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola pemanfaatan ruang di Taman Sangkareang cenderung menyesuaikan dengan setting fisik, dapat meluas pada kondisi tertentu yang dipengaruhi waktu dan kegiatan yang berlangsung, serta beberapa kegiatan terbentuk tidak sesuai fungsi dan setting ruang. Selain itu, ditemukan juga beberapa atribut yang muncul akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungan pada ruang publik.
Implementasi Pendekatan Arsitektur Tropis pada Perancangan Rusunawa di Kawasan DAS Jangkuk, Mataram Dikarini, Dian; Handayani, Teti; Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari; Putra, Pascaghana Jayatri; Raissilki , Muhammad Iqbal; Anantama, Aldhi Nugraha
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 3 No 2 (2024): SADE Oktober 2024
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sade.v3i2.89

Abstract

Kepadatan penduduk di Kota Mataram yang terus mengalami peningkatan sebesar 1,69 % - 1.94% (Badan Pusat Statistik, 2023) menjadi salah satu pemicu dari timbulnya permukiman kumuh. Luas kekumuhan yang perlu segera di atasi dan di akomodasi pada tapak perancangan di Kelurahan Banjar, Kawasan DAS Jangkuk yakni sebesar 0,51 Ha dengan jumlah total hunian sebanyak 110 unit. Dalam perancangan yang dilakukan, Rusunawa dianggap menjadi solusi yang paling rasional dalam upaya menata permukiman masyarakat untuk menjadi lebih baik. Adapun, pendekatan desain yang digunakan untuk memaksimalkan perancangan yang dilakukan pada perancangan Rusunawa tersebut yakni dengan menggunakan pendekatan arsitektur tropis. Pendekatan tersebut dianggap sesuai karena mampu memberikan respon terhadap permasalahan yang sering terjadi di wilayah dengan iklim tropis, seperti intensitas matahari, kelembaban yang tinggi, curah hujan, pergerakan angin dan lainnya. Karakter yang akan ditekankan pada perancangan Rusunawa sesuai dengan pendekatan tersebut yaitu perihal orientasi bangunan, isolasi atau pelindung, ventilasi silang, ruang terbuka hijau dan vegetasi, serta material bangunan.
IDENTIFIKASI POLA PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN PENGELOMPOKAN USIA INDIVIDU (STUDI KASUS: TAMAN UDAYANA) Mardhotillah, Diaz Orchida; Perwira, Muhammad Afyadi; Maulana, Sutan Fajri; Mahdani, Alif Rizaldy; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 14, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2024.v14i3.001

Abstract

Separuh populasi dunia tinggal di lingkungan perkotaan, di mana interaksi manusia dengan alam terjadi hanya di taman, dan kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh keberadaannya di sebuah kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah salah satu elemen penting di kawasan perkotaan yang menawarkan berbagai manfaat bagi masyarakat. Di Kota Mataram, salah satu RTH yang populer adalah Taman Udayana. Namun, RTH tersebut belum didesain berdasarkan demografis pengguna terutama pada kelompok usia. Penelitian ini mengeksplorasi pola penggunaan RTH berdasarkan usia pengguna, dengan tujuan memahami perilaku manusia di RTH dan pengaruh perbedaan usia terhadap penggunaan fasilitas. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif ini melibatkan wawancara mendalam dan observasi langsung di Taman Udayana, Mataram, yang melibatkan kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, lansia, dan manula. Hasil akhir merupakan output diagram zoning yang menunjukkan bahwa setiap kelompok usia mempunyai preferensi sendiri terhadap tempat yang dituju saat di RTH. Empat hal utama yang mempengaruhi preferensi tempat dan perbedaannya dari setiap kalangan usia adalah lokasi dari tempat, suasana di tempat dan sekelilingnya, fasilitas, dan motivasi untuk mengunjung tempat tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah menyediakan data yang mendukung pengembangan desain RTH berdasarkan demografi pengguna.
KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN KANTOR PEMERINTAHAN PADA KORIDOR JALAN UTAMA (LANGKO, PEJANGGIK) DI KOTA MATARAM: Facades Characteristics of Government Office Buildings on the Main Road Corridor (Langko, Pejanggik) in Mataram City Jayatri Putra, Pascaghana; Handayani, Teti; Intan Putri Mentari Indriani, Ni Ketut Ayu; Bachtiar, Jasmine Chanifah Uzdah; Raissilski, Muhammad Iqbal
Spektrum Sipil Vol 11 No 2 (2024): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v11i2.375

Abstract

Pola pengembangan pembangunan di Kota Mataram cenderung linier mengikuti pola    jaringan  jalan utama pada sisi kiri dan kanan jalan. Jalan langko dan Jalan Pejanggik di Kota Mataram merupakan salah satu koridor jalan utama yang membelah pusat kota dengan peruntukan fungsi bangunan pada petak lahan sepanjang sisi kanan dan kiri jalan sebagai bangunan pemerintahan,  perkantoran, perdagangan barang dan jasa. Renovasi dan pembangunan baru pada bangunan utama sepanjang koridor ini banyak dilakukan terkait dengan umur layanan bangunan, perubahan fungsi bangunan, penambahan kapasitas ruang dan jumlah lantai, dan perubahan tampilan bangunan, yang secara bertahap merubah citra kawasan pada koridor tersebut dan turut berpengaruh terhadap perubahan citra Kota Mataram kedepannya. Arah perkembangan terkait tampilan bangunan yang membentuk citra kawasan dapat dibentuk dengan regulasi yang mengatur ketentuan fasad bangunan dapat dimulai dari bangunan pemerintahan, sehingga perlu di lakukan identifikasi pada tahap awal terhadap karakteristik fasad Bangunan Kantor Pemerintahan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik fasad bangunan kantor pemerintahan dan bagaimana identitas lokal berpengaruh pada tampilan fasad bangunan pada koridor jalan utama di Kota Mataram. Metode yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif, dengan sumber data survei lapangan, dilakukan identifikasi dan analisis pada tampilan bangunan kantor pemerintahan terhadap 6 komponen fasad bangunan meliputi komposisi, geometri, skala dan proporsi, irama, warna, dan ornamen. Hasil yang didapatkan adalah bangunan kantor pemerintahan di Kota Mataram memiliki karakteristik komposisi yang seimbang dan simetris; geometri bentuk atap pada entrance bangunan yang khas dan unik mengadopsi bentuk gunungan atap lumbung lokal; skala dan proporsi bawah-tengah-atap bangunan ideal; irama berpola pada kolom dan jendela; penggunaan warna cenderung netral atau mewakili instansi tertentu; serta ornamen pada fasad bangunan dengan pola mengarah pada motif-motif lokal.
STRUKTUR TULANGAN RINGAN UNTUK BANGUNAN SEDERHANA Gazalba, Zaedar; Kamase, Giska Ayu Pradana Putri; Raissilki, Muhammad Iqbal; Indriani, Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari; Anantama, Aldhi Nugraha
Jurnal Abdi Insani Vol 12 No 9 (2025): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v12i9.2163

Abstract

The series of Lombok earthquakes in 2018 caused huge losses of life and property. There were 460 fatalities, 7,733 injured, 417,529 displaced. In addition, the earthquake also damaged 71,962 houses, 671 educational facilities, 52 health facilities, 128 worship facilities and infrastructure such as roads, bridges, drainage channels, irrigation channels, dams, etc. were recorded as having suffered severe damage. In repairing houses, the Central Government has budgeted more than 5.1 trillion Rupiah. Based on the results of field investigations, it was found that generally the buildings that were severely damaged (collapsed) were residential buildings with brick wall construction and most of them used reinforced concrete columns and beams. This can happen because the construction system carried out by the community and especially the workers does not meet the requirements for concrete and reinforcement quality standards. To prevent this from happening again, it is deemed necessary to provide counseling on the lightweight reinforcement construction system that meets construction requirements so that the strength of the building can be more resistant to earthquakes.