Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

DESAIN PENGEMBANGAN DESA WISATA SETANGGOR BERBASIS ARSITEKTUR TRADISIONAL PENDUKUNG PARIWISATA MANDALIKA - LOMBOK Rini Srikus Saptaningtyas; Zaedar Gazalba; Teti Handayani; I Wayan Sugiartha; Pascaghana Jayatri Putra
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2022.v11i2.005

Abstract

Mandalika sebagai salah satu lokasi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan sekaligus sebagai kawasan Destinasi Super Prioritas (DSP) harus didukung oleh pengembangan dan peningkatan kualitas desa wisata yang ada di sekitar kawasan Mandalika. Salah satu desa penyangga kawasan DSP Mandalika adalah Desa Setanggor yang terkenal dengan desa wisata tenun dan budaya. Desa setanggor dengan keunikan desa yang sudah dimiliki perlu diperkuat dengan identitas lokal yang ada yaitu dengan pengembangan kawasan desa yang bercirikan arsitektur tradisional Sasak . Karena hingga saat ini kearifan lokal yang ada masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan membuat suatu konsep desain kawasan tenun didasarkan pada   kearifan lokal dan arsitektur lokal, yang nantinya akan meningkatkan nilai jual desa wisata tersebut dan sekaligus menunjang pengembangan pariwisata di kawasan Mandalika. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Untuk metode penelitian yang digunakan  adalah dengan menganalisa data data primer dari observasi di lapangan dan didukung data skunder yang diperoleh dari instansi terkait. Analisa SWOT digunakan untuk membuat rumusan strategi pengembangan daerah wisata berbasis arsitektur tradisional Sasak dan desain pengembangannya di Desa Setanggor. Kesimpulan hasil penelitian ini berupa konsep rancangan yang dapat mengakomodasi kegiatan masyarakat Setanggor untuk mengembangkan kegiatan produksi usaha tenun lokal dan sebagai penyangga KSPN Mandalika.
Pemanfaatan Limbah Plastik Dan Serbuk Gergaji Kayu Sebagai Bahan Pengisi Bambu Komposit Setempat I Wayan Sugiartha; Aryani Rofaida; Rini Srikus Saptaningtyas; Teti Handayani
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN 2021: Special Issue, Oktober 2021
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jstl.v0i0.260

Abstract

This study aims to determine the mechanical properties (compressive strength and shear strength) of bamboo filled with PET plastic and wood sawdust. Five variations of test objects were made, namely BK-0 (bamboo without filler as a control), BK-1 (bamboo filled with PET plastic), BK-2 (bamboo filled with PET plastic + adhesive coated), BK-3 (bamboo filled with PET plastic + powder wood saw), BK-4 (bamboo filled with PET plastic + wood sawdust and coated with adhesive). The test results give the value of the compressive strength of bamboo from BK-0 to BK-4 in a row of 22.7 MPa, 29.4 MPa, 32.7 MPa, 33.2 MPa, 35.7 MPa or an increase in the compressive strength of BK-0 in a row by 30%, 44%, 46%, and 57%. Meanwhile, the shear strength of bamboo from BK-0 to BK-4 is 4.55 MPa, 5.00 MPa, 5.05 MPa, 5.40 MPa, 5.50 MPa or an increase in shear strength to BK-0 is 10%, 11%, respectively. , 19%, and 21%.
Kajian Potensi Wisata Kuliner Pantai Ampenan Rini S. Saptaningtyas; Teti Handayani; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 1 No 1 (2021): SADE April 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.397 KB) | DOI: 10.29303/sade.v1i1.6

Abstract

Sejak ditetapkannya KEK Mandalika tahun 2017, Pulau Lombok kini menjadi salah satu tujuan utama wisata di Indonesia. Selain jenis wisata alam dan budaya yang ditawarkan, terdapat juga kuliner yang khas seperti plecing kangkung, ayam taliwang, sepat, bebalung yang disukai wisatawan. Aspek kuliner mempunyai peranan yang sangat kuat dalam keberhasilan pengembangan sebuah destinasi (Pepela & O'Halloran, 2014), karena menikmati makanan lokal dapat memberikan peluang bagi wisatawan untuk mempelajari geografi dan budaya masyarakat setempat (Richards, 2002). Pemerintah Kota Mataram menyadari hal tersebut dan menyusun sebuah rencana pembangunan tempat wisata kuliner yang tidak hanya fokus pada kulinernya, namun juga keindahan alam, seni dan budaya. Dinas Pariwisata Kota Mataram bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram melakukan studi kelayakan penataan tempat wisata kuliner kawasan pantai Kota Tua Ampenan, yang diharapkan menghasilkan kajian awal untuk menyusun perencanaan pembangunan dan dasar pengambilan keputusan. Kegiatan studi ini bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa data primer dari hasil observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur dan jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil analisa, didapatkan kesimpulan bahwa Pantai Ampenan layak dan sangat berpotensi untuk dijadikan tempat wisata kuliner, karena posisinya yang dekat dari pusat kota, dapat memperkuat citra kawasan, mendukung revitalisasi, serta memiliki sarana dan prasarana memadai.
(Re)Interpretasi Arsitektur Tropis: Kajian Teoretis tentang Determinasi Arsitektur Vernakular dan Regionalisme Pandu K. Utomo; Dharwati P. Sari; Rini S. Saptaningtyas
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2021): SADE Oktober 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.86 KB) | DOI: 10.29303/sade.v1i2.16

Abstract

In the field of architecture, theory is an important aspect that determines the perspective and direction in achieving goals. The domain of theory of architecture includes the framework of thinking in architectural design process, research, and architectural criticism. In the order of the architectural design, architectural theory even becomes the most important foundation to support the design concept. This research is motivated by the importance of understanding tropical architecture. Implemented by qualitative methods, author examines tropical architecture to find a more comprehensive interpretation than what has been understood so far. This research relies on relevant theories to build a holistic frame of mind, then concludes that there is a close relationship between tropical architecture, vernacular architecture, and regionalism in architecture. The results of this research are expected to be fundamental framework for anyone who wants to endorse tropical architecture as a foundation of thinking, in design and research.
Kajian Arsitektur Vernakular dan Ramah Lingkungan pada Gedung Kampus Universitas Mataram Teti Handayani; Rini Saptaningtyas; Zaedar Gazalba; Giska Pradana Ayu Putri Kamase; Jasmine Chanifah Uzdah Bachtiar; Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani
SADE : Jurnal Arsitektur, Planologi dan Teknik Sipil Vol 1 No 2 (2021): SADE Oktober 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.824 KB) | DOI: 10.29303/sade.v1i2.19

Abstract

In the last decade, the development of new buildings in Mataram University has shown a shift towards contemporary forms and materials which results a quite different facade / appearance from the existing buildings. The situation raises an awareness that if it is allowed to continue, Mataram University as one of the state universities in West Nusa Tenggara will lose its identity. This study aims to examine the characteristics of vernacular and environmentally friendly architecture that can be applied to Mataram University’s building and evaluate it in the old and new buildings. This study uses a qualitative method, by reviewing the literature and evaluating the building based on the criteria obtained. The library building represents the old building and the Fisipol building represents the new building as subjects studied. Data analysis was done by descriptively qualitatively. The results show that the library building and Fisipol meet the same criteria or vernacular architectural characteristics even though visually the buildings look different. However, the library building meets the criteria for environmentally friendly architecture compared to Fisipol building, which is a new building. This study is expected to increase research on vernacular architecture as the identity of new campuses in Indonesia. This research still has many shortcomings, therefore it requires more similar studies in the future.
Physical Measurement Analysis in Pre-Utility Covid-19 Isolation Room: A Case Study Universitas Mataram Teaching Hospital Eustachius Hagni Wardoyo; Ida Bagus Alit; Monalisa Nasrul; Didit Yudhanto; Prima Belia Fathana; Rini Srikus Saptaningtyas
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 7, No 2 (2021): The Indonesian Journal of Infectious Disease
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32667/ijid.v7i2.121

Abstract

Background: Negative pressure room is recommended for the treatment of COVID-19 patients. Aim this study to describe physical measurement analysis of isolation room Universitas Mataram Teaching Hospital. Methods: Newly developed negative pressure isolation room was physical measure using following instruments: anemometer, moisture meter, hygrometer and pressure gauge.  Results: This study showed physical measurement as follow: 1) ACH (air change per hour) 23.3 / hour [minimum: 12+ ACH]; 2) the difference in pressure gradient between the inpatient room and anteroom -30 Pa [minimum -15 Pa]; 3) the mean of air temperature 24.8°C [21-24]; 4) air humidity 58% [maximum 65%] and 5) concrete moisture 22.45%. Conclusion: The COVID-19 isolation room at the Universitas Mataram Teaching Hospital meets the standard criteria.
PIPANISASI AIR BERSIH UNTUK MASYARAKAT KORBAN GEMPA DI DUSUN KERUJUK KABUPATEN LOMBOK UTARA Humairo Saidah; Muhammad Bagus Budianto; Tri Rachmanto; Rini Srikus Saptaningtyas; Teti Handayani
Jurnal Abdi Insani Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v8i2.415

Abstract

Dusun Kerujuk adalah salah satu wilayah di Kabupaten Lombok Utara yang terdampak parah atas kejadian bencana gempa Lombok pada Juli 2018 yang mengakibatkan rusaknya berbagai infrastruktur termasuk diantaranya infrastruktur air bersih. Perbaikan infrastruktur telah diupayakan oleh pemerintah daerah setempat, namun masih terdapat kekurangan khususnya pasokan air untuk kebutuhan Masjid Nurul Hidayah dan masyarakat di sekitar masjid. Sehingga tim bermaksud membantu menambah jaringan perpipaan menuju masjid agar kebutuhan air untuk kegiatan ibadah di masjid dan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar masjid dapat terpenuhi secara layak. Pipanisasi dimulai dari bagian intake penyadap yang diletakkan pada mata air yang ada di bagian hulu dusun, peletakan dua tandon di sekitar masjid serta pemasangan jaringan pipa yang membawa dan mendistribusikan air ke masjid dan rumah warga di sekitar masjid. Meskipun pipanisasi yang dipasang masih semi permanen namun masyarakat dapat langsung memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari melalui jaringan pipa tersebut dalam menghadapi masa tanggap darurat gempa
Penataan Permukiman Pesisir Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Di Provinsi NTB Rini S. Saptaningtyas; Sitti Hilyana; Pandu K. Utomo; Alfian Pujian Hadi
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.548 KB)

Abstract

Kawasan pesisir selatan pulau Lombok merupakan destinasi prioritas di Indonesia dengan locus pengembangan wisata pantai. Keberadaan kampung nelayan di Kabupaten Lombok Tengah merupakan kawasan yang harus terintegrasi dengan rencana pengembangan wisata secara luas. Ditinjau dari sisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang mendukung kehidupan masyarakat nelayan kecil secara berkelanjutan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk melakukan penataan permukiman untuk perbaikan lingkungan dan mengembangkan kampung nelayan sebagai bagian integral kawasan wisata di Lombok Tengah secara ekonomi, sosial dan budaya. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat bersifat partisipatif menggunakan pendekatan Community Based Participatory Approach, jumlah target sasaran pemberdayaan 65 orang. Hasil pendampingan menunjukkan bahwa secara biogeofisik kampung nelayan di kawasan pesisir Lombok Tengah sesuai untuk diintegrasikan sebagai kawasan wisata pantai dengan mempertimbangkan kebijakan penataan permukiman nelayan berpendekatan “smart living’ sekaligus sebagai show window destinasi baru. Pemberdayaan nelayan kecil di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan melalui pelibatan keluarga nelayan sebagai pelaku wisata langsung seperti pemanfaatan hasil tangkap dalam memenuhi kebutuhan kuliner. Pelibatan keluarga nelayan juga dalam berbagai aktivitas wisata seperti transportasi, guide tour,rumah makan dan restaurant. Aktivitas pendukung pengembangan wisata memerlukan pendampingan dan pemberdayaan yang bersifat intens, sehingga masyarakat nelayan mampu terlibat secara professional dalam mendukung kegiatan pariwisata.
Pemanfaatan Lahan Non-Produktif Sebagai Lahan Budidaya Tanaman Pangan Rumah Tangga di Kelurahan Prapen, Lombok Tengah Muhammad Robby Rizky; Nanda Hikkal Wahyuni; Rini Srikus Saptaningtyas
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 5 No 3 (2022): Juli - September
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.212 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v5i3.1906

Abstract

The Sustainable Food House Program (RPL) implemented by the Tematic KKN Group at the University of Mataram is one of the concepts of using non-productive home gardens both in rural and urban areas to support national food security by empowering local food potential. Especially those around areas that have narrow land which makes it difficult for residents who live in the area to meet their basic needs, such vegetables and fruits which are included in staple consumption for residents, one of the efforts to overcome this is by sharing knowledge. Along with experiences with residents such as planting methods and other new methods or breakthroughs. The purpose of implementing this RPL program is to be able to utilize and optimize non-productive land to become productive, improve the family economy, meet family food and nutritional needs, and overcome waste problems.
A A Study on the Division of Space Functions Based on Social Levels in Sasak Traditional Settlements Sade – Central of Lombok Rini Srikus Saptaningtyas
International Journal of Engineering and Emerging Technology Vol 6 No 2 (2021): July - December 2021
Publisher : Doctorate Program of Engineering Science, Faculty of Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of the traditional settlements on the island of Lombok is in the Sade Hamlet - Central Lombok. This hamlet is one of the hamlets that is unique in residential buildings and is interesting to discuss. The purpose of this study was to examine the differences in the shape of the bale plan based on local socio-cultural strata. The research method used is a qualitative approach. The data collection technique used in this study was a survey. The field observations were carried out to obtain direct data on the existing physical conditions. In addition, interviews were conducted with the informants (residents of Sade hamlet) to find data that had not been revealed in the field. The data analysis technique in this research is descriptive analysis. This study concludes that the social level in traditional use dramatically determines the typology of the building. Bale Tani and Bale Bontar lie in the building foundation, where Bale Bontar is a higher foundation than Bale Tani, and there are differences in the division of space functions in Bale Tani and Bale Bontar.