Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KOMBINASI ENZIM POLIGALAKTURONASE DAN ENZIM PEKTINESTERASE PADA KLARIFIKASI SARI BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus Costaricensis) DALAM PEMBUATAN SIRUP Esti Widowati; Ardhea Mustika Sari; Rokhimah Sudarmi Ningsih
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 12, No 1 (2019): Februari
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.283 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v12i1.37625

Abstract

The aim of this research was to investigated the effect of polygalacturonase enzyme (PG) from Bacillus licheniformis strain GD2a AR2 0.09%, 0.1%, and 0.11% concentration combine with pectinesterase enzyme (PE) from Bacillus licheniformis strain GD2a KK2 0.5%, 1%, and 1.5% concentration on the super red dragon fruit juice calrification in syrup production based in pH, total soluble solids, transmittance, and viscosity. Polygalacturonase enzyme hydrolized the α-1,4- D-glycosidic form galacturonic acid while the pectinesterase enzyme break the metoxyl group of pectin form pectat acid. Both PG and PE work together to hydrolized pectin. Pectinesterase catalyzed pectin become pectat acid as the substrat for polygalacturonase. In the lower acid degree, polygalcturonase and pectinesterase enzyme combination cause the viscosity and total soluble solids decrease. Degradation of pectin cause the transmittance of super red dragon fruit syrup increase. The result of this research were obtained a partially pure polygalacturonase enzyme with enzyme activity 0.31 U/ml while the pectinesterase enzyme activity was 1.167 U/ml. Samples with the addition 0.11% concentration of poligalakturonase enzyme and 0.5% concentration of pectinesterase enzyme with pH value of 4.303, total soluble solid value of 38.133oBrix, transmittance value of 74.5%T, and viscocity value of  0.128cP was selected sample. 
KARAKTERISTIK ROTI TAWAR DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM (Sorghum bicolor (L) MOENCH) TERFERMENTASI DAN TANPA FERMENTASI Ardhea Mustika Sari; LInda Kurniawati; Akhmad Mustofa
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.338 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.12784

Abstract

This research was aimed to determine the appropriate concentration of fermented and unfermented sorghum flour for bread making which received by the panelists. Sorghum flour was naturally fermented and then dried with cabinet dryer at 60 °C for 8 h. Substitution of sorghum flour either fermented and unfermented performed at various concentration i.e 10%, 20%, 30% and 40%. Organoleptic test results showed that white bread accepted by panelists was subtituted with fermented and unfermented sorghum flour in concentration of 10% and 20%. White bread with fermented sorghum flour substitution of 10% and 20% have moisture content of28.702% and 34.392%, while white bread with unfermented sorghum flour has moisture content 28.660% and 31.857%. Ash content of white bread with fermented sorghum flour 10% and 20% were 0.823% and 0.638%, while white bread with unfermented sorghum flour 10% and 20% have ash content of 0.830% and 0.718%.Fiber content of white bread subtituted with 10% and 20% fermented sorghum flour was 3.375% and 4,206% respectively whereas white bread with 10% and 20% unfermented sorghum flour have fiber content 3.008% and 3.873%. Key words: fermentation, sorghum flour, white bread
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan Melalui Penganekaragaman Olahan Daun Cincau Hitam Ardhea Mustika Sari; Sumani Sumani; Diffah Hanim; Supriyadi Supriyadi
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 2 (2018): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i2.36117

Abstract

Black cincau leaf (Mesona palustris BL) is one of the main commodities of Nawangan District, Pacitan Regency which has high fiber and antioxidant content. In general, the cincau leaves produced at Nawangan are only sold in the form of dried leaves so that their economic value is low. Processing of dried black grass jelly leaves into processed food products can increase its economic value. The problem faced by the Nawangan community in an effort to increase the economic value of cincau leaves is that the Nawangan people do not yet have the skills and knowledge regarding various forms of processed which have a higher selling value. Through the Community Empowerment Community Service program, efforts are made to diversify processed products of black cincau leaves in the form of pastry products (nastar and cookies). This program aims to improve the skills of the Nawangan community in processing black cincau leaves into several food products that have high selling value. This activity was carried out in three stages, namely socialization, implementation of training and monitoring. The outputs produced in this activity are processed products of black cincau leaves which are expected to be the superior products of the Nawangan District.
Karakteristik Fisikokimia dan Mikrobiologi Modified Cassava Flour (Mocaf) yang Difermentasi Menggunakan Starter Kering Yuniar Khasanah; Rifa Nurhayati; Ardhea Mustikasari; Isnaini Werdi Astuti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.6674

Abstract

Perbaikan proses mocaf di UMKM penting dilakukan agar menghasilkan mocaf yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh varietas ubi kayu (Gambyong, Kuning, Ketan, Boyem, dan Gatotkaca), jenis fermentasi (spontan (O), penambahan starter kering “Starmof” (S)), serta kombinasi keduanya terhadap karakteristik fisik, kimia, dan mikrobiologi mocaf. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dua faktor dan analisis data menggunakan SPSS two-way ANOVA, dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan Multiple Range Test  (DMRT, α : 95%). Hasil menunjukkan bahwa varietas ubi kayu berpengaruh nyata terhadap derajat putih; kadar air; abu, protein, lemak dan karbohidrat. Jenis fermentasi berpengaruh nyata terhadap derajat putih, kadar air, abu, protein. Kombinasi antara varietas dan jenis fermentasi berpengaruh nyata terhadap derajat putih, kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Fermentasi dengan penambahan starter memiliki suhu gelatinisasi dan viskositas balik lebih tinggi serta viskositas puncak dan dingin lebih rendah. Derajat putih mocaf 89,60-90,86% (SNI minimal 87%); kadar air 5,15-6,92% wb (SNI maksimal 13% wb), abu 0,20%-0,46% db atau setara dengan 0,18%-0,43% wb (SNI maksimal 1,5% wb), protein 0,78%-1,21%, lemak 0,37%-0,62%, angka lempeng total 3,6x102-2,7x103 koloni/g (SNI maksimal 1 x 106 Koloni/g), angka kapang/khamir <2,5x102-7,6x102 Koloni/g (SNI maksimal 1 x 104 Koloni/g).  
Pendampingan Produksi Lembaran Nata De Coco Di UKM Nata Di Kabupaten Sragen Asri Nursiwi; Ardhea Mustika Sari; Adhitya Pitara Sanjaya
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.29 KB)

Abstract

Nata de Coco merupakan salah satu produk fermentasi air kelapa yang digemari masyarakat sehingga UKM nata de coco berkembang pesat. UKM CV Tiga Cahaya Sejahtera di Desa Bendungan, Kedawung Sragen dan UKM milik Bapak Novi Dwi Atmojo di Desa Gempol, Sambirejo,Sragen merupakan UKM yang memproduksi lembaran nata de coco dan menjadi supplier dari beberapa industri minuman maupun makanan yang menggunakan nata de coco. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang dialami oleh mitra. Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh kedua UKM tersebut adalah produksi nata yang kurang stabil dan tingkat kegagalan produk yang masih cukup tinggi yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya sanitasi lingkungan, peralatan dan pekerja yang masih kurang baik, kurangnya pengetahuan pengelolaan starter nata dan proses fermentasi yang belum terkendali, terutama pengendalian kestabilan suhu selama fermentasi. Sanitasi selama proses pengolahan (sanitasi peralatan dan pekerja) maupun sanitasi ruang produksi yang kurang baik mengakibatkan seringkali terjadi kontaminasi seperti tumbuhnya jamur pada permukaan lembaran nata dan kontaminasi bakteri yang dapat menghambat pembentukan benang-benang selulosa penyusun lembaran nata. Solusi yang diberikan untuk meningkatkan rendemen dan hasil produksi nata de coco adalah dengan introduksi alat berupa rak fermentasi, pelatihan pengelolaan dan perbanyakan inokulum (Acetobacter xylinum) dan pelatihan penerapan Good Manufacturing Practices (GMP), serta pendampingan dalam pengurusan sertifikat PIRT. Dalam kegiatan pengabdian ini telah dilakukan introduksi alat yang berupa rak fermentasi, pelatihan pengelolaan dan perbanyakan inokulum dan pelatihan penerapan GMP. Dengan adanya kegiatan ini terjadi peningkatan rendemen nata yang dihasilkan karena berkurangnya kontaminasi dan telah diperoleh sertifikat P-IRT dengan Nomor 09.05.3314.02.01.0136.19
Peningkatan Produktivitas Kelompok Wanita Tani Desa Wunut, Kabupaten Klaten melalui Pelatihan Pembuatan Bakso Ikan Lele (Clarias SP.) Ardhea Mustika Sari, Danar Praseptiangga, M. Zukhrufuz Zaman
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (839.079 KB)

Abstract

Desa Wunut Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten memiliki potensi budidaya ikan air tawar yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Produksi ikan di Wunut rata-rata mencapai 60 ton per bulan yang terdiri dari Lele dan Nila. Dibandingkan dengan ikan Nila, Ikan Lele memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah sehingga pengolahan ikan Lele menjadi produk olahan seperti bakso ikan Lele diharapkandapat meningkatan nilai ekonomisnya. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Wunut, dua kelompok wanita tani yaitu Kelompok Wanita Tani Dahlia dan Kelompok Wanita Tani Melati yang memiliki anggota masing-masing 25 orang dilatih untuk mengolah ikan Lele menjadi produk yang bernilai lebih untuk mendukung program desa minawisata yang akan dicanangkan. Pelatihan pembuatan produk bakso ikan lele dilakukan untuk memberi keterampilan pascapanen terhadap kelompok wanita tani di Desa Wunut. Karakteristik ikan Lele yang digunakan untuk produk olahan bakso adalah ikan Lele yang memiliki fisik lebih besar (rata-rata 8 ekor untuk setiap 1 Kg) karena harga jual yang lebih murah. Pelatihan yang diikuti dua kelompok wanita tani ini melibatkan dosen dan beberapa mahasiswa. Peserta antusias mengikuti pelatihan tersebut dan berhasil membuat bakso dengan tekstur yang baik sehingga produk bakso ini layak untuk diproduksi dan dipasarkan.
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan Melalui Penganekaragaman Olahan Daun Cincau Hitam (Mesona Palustris BL) Ardhea Mustika Sari; Sumani Sumani; Diffah Hanim; Supriyadi Supriyadi
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.388 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.422

Abstract

Black cincau leaf (Mesona palustris BL) is one of the main commodities of Nawangan District, Pacitan Regency which has high fiber and antioxidant content. In general, the cincau leaves produced at Nawangan are only sold in the form of dried leaves so that their economic value is low. Processing of dried black grass jelly leaves into processed food products can increase its economic value. The problem faced by the Nawangan community in an effort to increase the economic value of cincau leaves is that the Nawangan people do not yet have the skills and knowledge regarding various forms of processed which have a higher selling value. Through the Community Empowerment Community Service program, efforts are made to diversify processed products of black cincau leaves in the form of pastry products (nastar and cookies). This program aims to improve the skills of the Nawangan community in processing black cincau leaves into several food products that have high selling value. This activity was carried out in three stages, namely socialization, implementation of training and monitoring. The outputs produced in this activity are processed products of black cincau leaves which are expected to be the superior products of the Nawangan District
Pendampingan Ukm Tempe Mlanding Di Desa Pesido, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri Dwi Ishartani; Ardhea Mustika Sari; Asri Nursiwi; M. Zukhrufuz Zaman
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.354 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.449

Abstract

Tempe mlanding merupakan makanan fermentasi tradisional dari biji lamtoro atau sering disebut mlanding oleh masyarakat Jawa Tengah. Produk pangan berbahan baku lokal ini berpotensi sebagai sumber protein selain kedelai. Di Desa Pesido, Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, terdapat beberapa pengrajin tempe mlanding diantaranya adalah usaha tempe mlanding milik Ibu Lati Winarsih dan Ibu Tarti. Secara umum masalah yang terjadi pada proses pembuatan tempe mlanding adalah proses yang masih tradisional sehingga belum ada standar atau pengukuran parameter sehingga kualitas produk tidak konsisten. Sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut, tim pengabdian UNS telah menyelenggarakan tiga program yaitu introduksi teknologi tepat guna proses pengolahan tempe mlanding standar industri pangan, pelatihan dan penyususnan Cara Pengolahan Pangan yang Baik (CPPB). Penggunaan rak fermentasi sebagai pengganti fermentasi yang biasa dilakukan di lantai beralaskan kain terpal merupakan teknologi tepat guna yang diaplikasikan pada UKM tempe mlanding sehingga suhu fermentasi lebih stabil. Pelatihan dan penyusunan konsep CPPB dilakukan kepada pemilik UKM melalui praktik langsung. Dengan ketiga program tersebut, pemilik UKM menjadi lebih paham tentang teknik fermentasi dan produksi pangan yang sesuai standar sehingga meningkatkan konsistensi produk.