Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

STUDI TRANSFORMASI-ADAPTASI RUANG KOTA DI KAWASAN PUSAT BISNIS KARET KUNINGAN, JAKARTA Darmady, Irene Syona
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i2.1640

Abstract

Karet Kuningan area is an area dominated by various business and commercial centers. The development of Karet Kuningan area is large scale with an average building intensity exceeding 100,000 m2, land tenure above 20,000 m2, and trillions of rupiah investment costs. When viewed from the activities of urban space utilization, land utilization in the Karet Kuningan area is a physical transformation of urban space that was born due to external factors (government policy and the private sector - real estate). The dominance of large-scale development in the Karet Kuningan area has in fact led to the dynamics of functional and physical changes in the surrounding residential areas to adapt. One form of adaptation effort that can be observed is the emergence of various "micro" scale development models such as the provision of houses / boarding houses in Kampung Karet Kuningan as one of the residential areas in the Karet Kuningan business center. This study was conducted with the aim of getting a picture of the interrelationship of how the dynamics of the relationship of change occur. The study uses qualitative approach with descriptive analysis method. Mapping of land use, the intensity of commercial buildings in the Karet Kuningan area, and the survey of boarding room growth are used as one step to acquire the image of relationship / pattern of transformation and spatial adaptation. As a result, the image that the massive commercial development and physical transformation of the Karet Kuningan area was also followed by the progressive growth of the boarding house business in the surrounding residential area was acquired.Keywords: Adaptation, Transformation, Commercial, Kampung, Boarding House.Kawasan Karet Kuningan merupakan salah satu area yang keberadaannya didominasi oleh berbagai pusat bisnis dan komersial. Karakter pengembangan di kawasan Karet Kuningan adalah berskala besar dengan rata-rata intensitas bangunan melebihi 100.000 m2, penguasaan lahan diatas 20.000 m2, dan biaya investasi triliunan rupiah. Apabila ditinjau dari aktivitas pemanfaatan ruang kota, maka pemanfaatan lahan yang terjadi di kawasan Karet Kuningan adalah sebuah transformasi fisik ruang kota yang lahir oleh karena adanya dorongan faktor eksternal (kebijakan pemerintah dan sektor swasta—real estat). Dominasi pengembangan skala besar pada kawasan Karet Kuningan nyatanya menimbulkan adanya dinamika perubahan fungsi serta fisik pada area permukiman disekitarnya untuk beradaptasi. Salah satu bentuk upaya adaptasi yang dapat diamati adalah timbulnya berbagai model pengembangan skala “mikro” seperti penyediaan rumah/ kamar kos di Kampung Karet Kuningan sebagai salah satu area permukiman di kawasan pusat bisnis Karet Kuningan. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapat gambaran keterkaitan tentang bagaimana dinamika hubungan perubahan tersebut terjadi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Pemetaan terkait pemanfaatan lahan, intensitas bangunan komersial di kawasan Karet Kuningan, serta survey pertumbuhan kamar kos digunakan sebagai salah satu tahapan untuk mendapat gambaran hubungan/ pola transformasi dan adaptasi secara spasial. Hasilnya, didapat gambaran bahwa perkembangan komersial yang terjadi secara masif dan mentransformasi fisik kawasan Karet Kuningan turut diikuti oleh pertumbuhan usaha kamar kos secara progresif pada area permukiman disekitarnya.Kata kunci: Adaptasi, Transformasi, Komersial, Kampung, Rumah Kos.
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ARKADE DAN IMPLEMENTASI GSB NOL DI JAKARTA BARAT Theresia Budi Jayanti; Irene Syona Darmady; Danang Priatmodjo
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 6 No. 2 (2020): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v6i2.119

Abstract

Title: Identification of Arcade Utilization and Implementation of Zero Setbacks in West Jakarta Perda No. 1 - 2014 about Jakarta’s Zoning Regulation mentioned about guidance which control building setback, streets, and right of way; in the way to achieve well-ordered cityscape in terms of urban design and architecture. However, there are unclear statement about area characterized with arcade and zero setbacks. In actual condition, there is location dominated by zero setbacks appearance based on necessary needs. This issue trigerred visual cluttering in cityscape. Based on that condition, this study tried to understand and identify location in administrative West Jakarta area which indicate arcade and zero setbacks due to its affected aspects. Site observation and mapping used as a method to finding data and analyze the process to get overall trend and tendency. Findings about this study represent such condition wtih incontinuity pattern about arcade and zero setbacks in some area or corridor. Proposal about spatial planning in conclusion of this study role as suggestion to evaluate the regulation.
PANTALON CAMPURAN DENGAN METODE TWISTING PATTERN UNTUK PENJAHIT GANG OPEK Rudy Trisno; Clinton Thedyardi; Irene Syona Darmady
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.929 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v2i2.7235

Abstract

Kelompok Penjahit Gang Opek adalah kumpulan beberapa penjahit keliling yang mereparasi celana dan masih tersisa belakangan ini. Sebuah isu kompetisi pasar jahitan di daerah produksi pakaian menyebabkan berkurangnya order. Masalahnya, mereka perlahan berganti profesi, atau mencoba menerima order lain untuk menyambung hidup. Jenis pekerjaan yang kerap mereka terima adalah reparasi pantalon. Pantalon adalah istilah pakaian yang merujuk pada sebuah jenis celana yang panjangnya semata kaki. Namun demikian, permintaan pasar kian kompleks, jenis pekerjaan yang mereka kerjakan kian menyusut. Temuannya, penjahit keliling mengalami kesulitan membuat pantalon dengan design baru karena hanya terbiasa untuk memperbaiki. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebuah pelatihan pantalon dengan menekankan pada pola, struktur dan volume menawarkan  pengembangkan cara berpikir meruang. Hal ini sekaligus mempertanyakan cara berpikir dalam perancangan pakaian yang kerap mengklaim penggunaan ilmu arsitektur sebagai inspirasi saja. Maka dari itu, cara berpikir meruang diterjemahkan melalui pengembangan metode twisting untuk menghasilkan volume pantalon yang dapat dikembangkan untuk menghasilkan perspektif keruangan melalui pecah pola dan penggunaan detail berbeda: misalnya pola – pola rok, sarung, kargo, celana pendek, atau apron . Pola pantalon pada kesempatan ini dikombinasikan untuk menghasilkan kebaruan berupa volume dan kegunaan pantalon untuk keruangan berbeda, sehingga dapat digunakan untuk aktivitas berbeda pula. Teknik twisting  pola pantalon jenis pensil dikombinasikan dengan pattern making software berbasis cad, dan dikembangkan sketsanya pada powerpoint presentation. Hasilnya akan menjadi pantalon contoh yang menjadi sebuah kritik atas stagnansi rancangan pantalon di Indonesia.
DESAIN MEJA BERKEBUN UNTUK ANAK PENYANDANG CEREBRAL PALSY DI YAYASAN SAYAP IBU CABANG BANTEN Irene Syona Darmady; Theresia Budi Jayanti; Agnatasya Listianti Mustaram
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 5 No. 2 (2022): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v5i2.20278

Abstract

Humans as individuals always tend to be able to meet their needs in an effort to improve the quality of their lives. However, not every individual has this ability. In “different” conditions, basic needs fulfillment to achieve a better life becomes a big challenge for people with disabilities, especially children with cerebral palsy (CP). CP children have limitations to do basic activities (eating, walking, lying down) independently. Thus children with special needs require services from the closest people or special facilities assistance. Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Banten is an inclusive care and education facility for children with special needs. In order to develop learning and therapy programs for children with special needs, YSI built an additional non-class facility called Sensory Garden. Children can do such sensory and motoric activities; for example, planting, and recognizing the texture of natural materials in the Sensory Garden. Since Sensory Garden launched, there are no additional facilities that can support children with CP and wheelchairs doing gardening activities. YSI has limitations related to design and procurement. The gardening table became a proposal from the author to support gardening in the Sensory Garden. With the existence of a gardening table, it is expected that children with special needs such as CP can perform sensory and fine motor activities such as planting, and holding objects with the help of a table; in a way to support good posture and make it easier for companions. Qualitative methods and design methods are used to propose designs and produce gardening table prototypes ABSTRAK: Manusia sebagai seorang individu senantiasa berusaha untuk mampu memenuhi kebutuhan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Namun tidak setiap individu memiliki kemampuan tersebut. Pada kondisi yang “berbeda”, memenuhi kebutuhan guna mencapai hidup yang lebih baik menjadi suatu tantangan yang besar bagi penyandang disabilitas, khususnya anak dengan kondisi cerebral palsy (CP). Keterbatasan yang dimiliki anak CP mengakibatkan anak kesulitan melakukan aktivitas dasar (makan, berjalan, berbaring) secara mandiri sehingga digolongkan sebagai anak dengan kebutuhan khusus dan membutuhkan pelayanan dari orang terdekat maupun bantuan fasilitas khusus. Yayasan Sayap Ibu (YSI) Cabang Banten merupakan fasilitas perawatan dan pendidikan yang inklusif. Dalam rangka mengembangkan program belajar dan terapi bagi anak berkebutuhan khusus YSI membangun sebuah fasilitas tambahan non kelas berupa Kebun Sensori. Aktivitas yang dilakukan anak di Kebun Sensori umumnya berupa stimulasi sensorik dan motorik, misal menanam, mengenal tekstur material alam, dsb. Sejauh Kebun Sensori dibangun belum terdapat fasilitas tambahan yang dapat menunjang; anak-anak masih melakukan aktivitas di kursi roda. Dibutuhkan sebuah alat bantu yang dapat digunakan untuk berkebun oleh anak berkursi roda, dimana YSI mengalami keterbatasan terkait desain dan pengadaan. Meja berkebun menjadi sebuah usulan dari penulis untuk menunjang aktivitas dan menjadi perangkat penunjang di Kebun Sensori. Dengan keberadaan meja berkebun diharapkan anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti CP dapat melakukan kegiatan sensorik dan motorik halus seperti menanam, memegang obyek dengan bantuan meja; guna mendukung postur yang baik dan memudahkan pendamping. Metode kualitatif dan metode tahapan perancangan digunakan untuk mengusulkan desain dan menghasilkan prototipe meja berkebun.
PENERAPAN METODE KESEHARIAN PADA DESAIN KAMPUNG SUSUN SEBAGAI STRATEGI PERBAIKAN PERMUKIMAN DI KAMPUNG APUNG O’Brien Sameagan Tandika; Irene Syona Darmady
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.21819

Abstract

Kampung Apung is located in Cengkareng District, which is one of the sub-districts that is often affected by annual floods. In addition, the land around Kampung Apung was elevated twice due to the construction for industrial factories and warehouses resulted in the houses of the residents of Kampung Apung being lower than the surrounding area, as a result, Kampung Apung was permanently flooded. Many residents of Kampung Apung began to move due to permanent flooding, but there were also residents who chose to stay because of the collective memory in Kampung Apung. Although the residents of Kampung Apung have adapted to the surrounding environment, this still results in the residential buildings continuing to experience physical degradation and has a direct impact on the quality of life of the residents of Kampung Apung, for example, lack of access to clean water, semi-permanent buildings that must be repaired regularly, to waste problems due to permanent flooding. As a result, the quality of life of the residents of Kampung Apung continues to deteriorate over time. The ultimate goal of this project is to improve the quality of life for the residents of Kampung Apung by providing affordable housing designed using the “everydayness” method to produce housing with additional programs based on the daily lives of the residents of Kampung Apung. The final form of the project is vertical housing in the strategy of Kampung Susun. Keywords: Degradation; Everydayness; Kampung Susun; Life Quality Abstrak Kampung Apung terletak di Kecamatan Cengkareng, yang merupakan salah satu kecamatan yang sering terdampak banjir tahunan. Peninggian tanah di sekitar Kampung Apung sebanyak dua kali akibat pembangunan pabrik industri dan pergudangan mengakibatkan rumah warga Kampung Apung lebih rendah dibandingkan sekitar, akibatnya Kampung Apung terendam banjir permanen. Banyak warga Kampung Apung yang mulai berpindah akibat banjir permanen, tetapi ada juga warga yang memilih bertahan karena adanya memori kolektif di Kampung Apung tersebut. Walaupun warga Kampung Apung telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini tetap mengakibatkan bangunan hunian terus mengalami degradasi fisik dan berdampak langsung pada kualitas hidup warga Kampung Apung, misalnya akses air bersih yang kurang, bangunan semi-permanen yang harus dibenahi secara rutin, hingga permasalahan sampah akibat banjir permanen. Akibatnya, kualitas hidup warga Kampung Apung terus memburuk seiring berjalannya waktu. Tujuan akhir proyek ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup warga Kampung Apung dengan menyediakan hunian terjangkau yang didesain menggunakan metode “keseharian” agar menghasilkan hunian dengan program tambahan berdasarkan keseharian warga Kampung Apung. Bentuk akhir proyek berupa hunian vertikal dengan strategi Kampung Susun.
GALERI GASTRONOMI INDONESIA SEBAGAI STRATEGI PENGAKTIFAN KEMBALI KAWASAN JALAN JAKSA Patricia Patricia; Irene Syona Darmady
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.21820

Abstract

Kampung Jaksa is a secondary block area in the city center which used to be tourism, especially on Jaksa Street which was a legendary street due to backpacker tourism. However, nowdays, it has experienced a degradation of identity as tourism which is quite critical, causing this area to be deserted. The lack of success of temporary interventions prompted new, more permanent strategies in the form of architecture. This architectural strategy is in the form of urban acupuncture, where small interventions can have a big transformative impact on public spaces. Based on the analysis, this potential in the field of culinary tourism encourages the creation of a gastronomic program so that it can explain cuisine, especially Indonesian cuisine with techniques that can be interacted and learned by visitors. The result of this design is a gallery building that focuses on circulation and the stages of sensory experience that visitors will get. This result also adds supporting programs in the form of vertical urban farming and building orientation respond to the site so as to provide public space for the surrounding area. Keywords: gastronomy; Jaksa; tourism; urban acupuncture; vertical urban farming Abstrak Kampung Jaksa merupakan kawasan secondary block di pusat kota yang merupakan pariwisata yang dulunya, terutama pada Jalan Jaksa merupakan salah satu jalan yang sempat melegenda dikarenakan adanya pariwisata backpacker Namun seiring dengan perkembangan zaman, wilayah ini mengalami degradasi identitas sebagai pariwisata sehingga menyebabkan area ini menjadi sepi. Kurang berhasilnya intervensi dari pemerintah mendorong strategi baru yang lebih permanen dalam bentuk arsitektur. Strategi arsitektur ini berupa akupunktur perkotaan, yaitu dengan intervensi kecil dapat memberi dampak transformatif yang besar bagi ruang publik. Berdasarkan analisis, potensi di bidang wisata kuliner ini mendorong terciptanya program gastronomi sehingga program ini dapat memaparkan kuliner, terutama kuliner Indonesia dengan teknik yang dapat diinteraksikan dan dipelajari oleh pengunjung. Hasil dari perancangan ini merupakan bangunan galeri yang berfokus pada sirkulasi dan tahapan pengalaman sensorik yang akan didapatkan pengunjung. Hasil ini juga menambahkan program penunjang berupa pertanian vertikal perkotaan dan orientasi bangunan menyesuaikan tapak sehingga memberi ruang publik bagi kawasan sekitar.
PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR INFILL DESAIN RUMAH ADOPSI HEWAN DI JATINEGARA Abigail Sulistyan; Irene Syona Darmady
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.21908

Abstract

The Jatinegara animal market, as one of the icons in Jatinegara, has been around for a long time. However, its existence causes losses to the surrounding environment such as inactive shop houses, clogged roads, decreased pedestrian comfort, and even this market is not included in UDGL's plan. Another way for kiosk owners to keep earning is by being forced to rent out their land to street vendors. To achieve a more ideal mutualism relationship, a balance is needed between the actors. Animal traders need a wider and more open place to sell, provide an attractive frontage and higher rental prices for stall owners, and improve the image of the Jatinegara area. Animals for sale also need better treatment. Animals as the main subject of this animal market are not given a good place to live and are not treated well. Thus, this project has a vision to provide a new experience for buyers in buying and selling animals by redefining the shape of the kiosk. This project has a main program function, namely an animal adoption house where each animal is not in a small cage but they have a large house that resembles their habitat. The project, which is in a limited footprint, will implement an infill architectural design strategy in realizing its vision. Keywords:  animal adoption house; infill architecture; Jatinegara Abstrak Pasar hewan Jatinegara merupakan salah satu ikon di Jatinegara sudah berdiri sejak lama. Namun keberadaannya membuat kerugian bagi lingkungan sekitarnya seperti ruko-ruko menjadi tidak aktif, jalanan yang tersumbat, turunnya kenyamanan pejalan kaki, dan bahkan pasar ini  tidak termasuk dalam rencana UDGL. Cara lain bagi pemilik kios untuk tetap mendapatkan penghasilan adalah dengan terpaksa menyewakan lahannya untuk para PKL. Untuk mencapai hubungan mutualisme yang lebih ideal, dibutuhkan keseimbangan antara para pelakunya. Para pedagang hewan membutuhkan tempat berjualan yang lebih luas dan terbuka, memberikan frontage yang menarik dan harga sewa lebih tinggi untuk pemilik kios, dan memperbaiki citra kawasan Jatinegara. Hewan yang dijual juga membutuhkan perlakuan yang lebih baik. Hewan sebagai subjek utamanya pasar hewan ini tidak diberi tempat tinggal yang baik dan tidak diperlakukan dengan baik. Dengan demikian, proyek ini memiliki visi untuk memberikan pengalaman baru untuk pembeli dalam berjual beli hewan dengan meredefinisi bentuk kios. Proyek ini memiliki fungsi program utama yaitu rumah adopsi hewan dimana masing-masing hewan tidak berada dalam kandang-kadang kecil tetapi mereka memiliki rumah yang luas yang menyerupai habitatnya. Proyek yang berada dalam tapak yang terbatas ini akan menerapkan strategi desain arsitektur infill dalam merealisasikan visinya.
PENERAPAN KONSEP SAFE MOBILITY DAN STRIP MOBIUS PADA DESAIN TRANSPOR HUB PULO GADUNG Melisa Janet Laurenza; Irene Syona Darmady
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.21909

Abstract

Pulo Gadung Terminal was once the busiest terminal because it served the most transportation between cities and islands in Jakarta. However, at this time, its function was experiencing a vital decline. Pulo Gadung Terminal which previously served inter-city and inter-provincial transportation, now only serves transportation within the city. Along with this decline, this terminal has experienced many forms of degradation in terms of environmental quality, mobility infrastructure, to the lack of green open space in the urban fabric. These factors certainly create a bad image of the Pulo Gadung Terminal area. To restore his good name, the theory of Urban Acupuncture and safe mobility has a big role. The quality of mobility is restored with the mobius strip design concept which aims to create a good regional image, facilitate terminal connectivity with nature and the surrounding area, and regenerate Pulo Gadung Terminal and the surrounding area. The application of this theory is expected to support future research in line with the development of people's lifestyles that continue to change. Keywords: Connectivity; Safe Mobility; Transportation; Urban Acupuncture Abstrak Terminal Pulo Gadung pernah menjadi terminal tersibuk karena menjadi terminal yang melayani transportasi antar kota dan pulau terbanyak di Jakarta. Namun, saat ini, fungsinya mengalami penurunan vitalis. Terminal Pulo Gadung yang tadinya melayani angkutan antar kota dan antar provinsi, sekarang hanya melayani angkutan dalam kota saja. Seiring penurunan tersebut, terminal ini telah mengalami banyak bentuk degradasi dari segi kualitas lingkungan, infrastruktur mobilitas, hingga kurangnya ruang terbuka hijau pada kawasan urban fabric. Faktor-faktor ini tentunya menimbulkan citra buruk terhadap area Terminal Pulo Gadung. Untuk memulihkan nama baiknya, teori Urban Acupuncture dan safe mobility memiliki peran yang besar. Kualitas mobilitas direstorasi dengan konsep desain strip mobius yang bertujuan menciptakan citra kawasan yang baik, melancarkan konektivitas terminal dengan alam dan daerah sekitarnya, serta meregenerasi Terminal Pulo Gadung dan wilayah di sekelilingnya. Penerapan teori ini diharapkan dapat mendukung penelitian di masa yang akan datang seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat yang terus berubah.
PENERAPAN ASPEK HEALING ENVIRONMENT PADA DESAIN RUMAH SAKIT DARURAT BENCANA Theresia Budi Jayanti; Irene Syona Darmady
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v6i2.22771

Abstract

The COVID-19 pandemic is also known as worldwide epidemic disease, the public is already familiar with it. The pandemic label on a disease triggers the government to prepare plans and possibly take emergency procedures to protect society. Due to insufficient emergency procedures, so it has an impact on the capacity of hospitals, which has filled its capacity and resulted in a lack of inpatient facilities. Not only pandemic, when a natural disaster occurs, it also causes infrastructure damage in the area that experiences it, so that other alternative places are needed, such as an emergency hospital and additional inpatient rooms. Besides, patients who are affected by the disaster experience trauma and stress because of the events that occurred, which can hinder the patient's recovery. Based on this, attention to patient psychology through a healing environment aspect approach is needed, considering that patients spend more time in the inpatient rooms. This study discusses the application of healing environment to emergency mobile hospital design so that it can help accelerate patient healing. This research uses qualitative methods with case studies and variabels related to psychological and architectural aspects. The result of this research is an emergency mobile hospital design that can accelerate the patient's healing process. The design results focus on inpatient rooms with an approach of form, material, structure, color, layout and the application of healing environment aspects in the inpatient rooms. Keywords: emergency mobile hospital, healing environment, hospital facilities Abstrak Pandemi COVID-19 disebut juga sebagai wabah penyakit mendunia yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Label pandemi pada suatu penyakit memicu pemerintah untuk mengaktifkan rencana kesiapsiagaan dan mungkin mengambil prosedur darurat untuk melindungi masyarakat. Dikarenakan prosedur keadaan darurat tidak cukup, sehingga berdampak pada kapasitas rumah sakit yang sudah memenuhi kapasitasnya dan mengakibatkan kurangnya fasilitas ruang rawat inap. Tidak hanya pandemi, pada saat terjadi bencana alam juga menyebabkan kerusakan infrastruktur di daerah yang mengalaminya, sehingga diperlukan tempat alternatif lainnya seperti rumah sakit darurat dan ruang rawat inap tambahan. Selain itu pasien yang terkena musibah mengalami trauma dan stress karena peristiwa yang terjadi, sehingga dapat menghambat kesembuhan pasien. Berdasarkan hal tersebut, perhatian terhadap psikologi pasien melalui pendekatan aspek healing environment sangat diperlukan. Mengingat pasien lebih banyak menghabiskan waktunya didalam ruang rawat inap. Tulisan ini membahas penerapan healing environment terhadap desain rumah sakit darurat bencana sehingga dapat membantu mempercepat penyembuhan pasien. Studi menggunakan metode kualitatif dengan variabel penelitian terkait aspek psikologi dan aspek arsitektur. Hasil penelitian berupa arahan aspek desain rumah sakit darurat bencana yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Arahan aspek desain berfokus pada ruang rawat inap dengan pendekatan bentuk, material, struktur, warna, organisasi ruang serta penerapan aspek healing environment pada ruang rawat inap.
PENERAPAN METODE ADAPTIVE REUSE DALAM PROYEK REVITALISASI BANGUNAN SCHEEPSWEERVEN Kevin Soekanda; Irene Syona Darmady
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 5 No. 1 (2023): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v5i1.22600

Abstract

Kota Tua is one of the famous historical tourist attraction in Jakarta and one of the most visited tourist destination in Jakarta.  This area is always crowded by tourist and made this area one of the most favourable area on weekend or on a public holiday.  However, on the corner side of Kota Tua there is a degradated area. This area is called Galangan Kapal Batavia ( Batavia ship warf ) which was built by a Dutch Colonial as a Shipwarf complex. On this area there is a degradated building that is called Scheepsweerven. The degradation that was discovered on this building are caused by age and function degradation. Hence to face this problem, the writer uses the Urban Acupuncture approach follows by adaptive reuse method as a strategy to revitalize the building. This method is also supported by “New inside Old Outside” concept that gives a plot twist effect to the visitor’s space experiences. The goal of this project is to change people perception  about    “The old structure is boring”.  The Programme that is used on the site is a flexible programme such as Contemporary art gallery and a creative art space. These programme was created based on the surrounding’s area rigid building characteristic. The final aim for this project is  to keep the authenticity of the building and to make this building a point of interest for the tourist. Keywords:  adaptive reuse; Kota Tua; New Inside Old Outside; Revitalization; Scheepsweerven Abstrak Kawasan Kota Tua merupakan salah satu tempat wisata bersejarah di Jakarta yang sangat terkenal dan merupakan salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh turis lokal maupun mancanegara yang datang ke Kota Jakarta. Kawasan ini sangat diminati wisatawan sehingga menjadikan kawasan ini menjadi kawasan wisata sejarah yang ramai, baik saat libur maupun saat hari biasa. Namun, pada tepian kawasan Kota Tua terdapat sebuah area yang sepi dan terdegradasi.  Kawasan tersebut adalah kawasan Galangan Kapal Batavia yang pada zaman kolonial Belanda merupakan sebuah kompleks galangan kapal.  Pada kawasan tersebut ditemukan sebuah bangunan terdegradasi yang disebut dengan Scheepsweerven. Degradasi yang ditemukan pada bangunan ini berupa degradasi fisik dan fungsi pada bangunan.  Menanggapi masalah degradasi tersebut, digunakanlah pendekatan Urban Acupucture dengan metode perancangan adaptive re-use untuk merevitalisasi dan menjaga Bangunan Scheepsweerven agar tetap terjaga. Metode tersebut juga didukung dengan konsep “New Inside Old Outside” yang memberikan kesan “plot twist” pada pengunjung dengan harapan agar dapat mengubah persepsi pengunjung mengenai  “Bangunan tua itu membosankan”.  Berdasarkan konsep dan karakteristik bangunan pada kawasan sekitar yang berkarakter tetap, maka program yang digunakan pada ketiga tapak  adalah program yang bersifat fleksibel dan dapat mendukung area promenade, seperti program galeri seni kontemporer pada Bangunan Scheepsweerven.  Dengan tujuan akhir untuk menjaga keutuhan dan keaslian bangunan dari Bangunan Scheepsweerven dan agar bangunan ini dapat diminati oleh wisatawan yang berkunjung.