Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Prospect Produksi Pra Sapih Anak Kambing Hasil Silang Kambing Pe Dengan Kambing Boer Lalu Ahmad Zaenuri; Lukman HY; Oscar Yanuarianto
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 4 No. 2 (2018): JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.168 KB) | DOI: 10.29303/jstl.v4i2.90

Abstract

The study aims to evaluate the pre-weaning production prospectus kids of PE crossed with Boer buck. Twenty PE does were in the average 39.35 kg body weight and 3 in body condition score. Does were offered single feed sesbandia glandiflora leaves twice a day. All does were synchronized by 2 ml Capriglandin, inseminate fix time at 48-52 hours following Capriglandin injection. If the does were return to estrus following AI, then they were allowed natural mating. Data collected included gestation period, birth weight and average daily gain (ADG), tabulated and calculated for Mean±SD, interpreted and explained descriptively. The number of kid were 34 consisting of 6 singles male (SM), 12 single female (SF), 8 male twin (MT), 2 female twins (FT) and 6 male-female twins (MFT). Gestation period (days) were 152±0.47 and 152±2.00 for SM and MT. Shorten gestation period were noted for SF, FT and MFT (149±3.82; 150±3.94 and 147±2.94, respectively). The highest birth weight (kg) was SM (4.27±0.29) followed by SF (3.52±0.27), MFT (2.97±0.44), FT (2.73±0.23) and MT (2.71±0.54). The highest ADG (gr/day) occurred at 0-30 days was in MT (201.33 g/d) and the lowest was in FT (137.33 g/d). In conclusion, crossbreeding kid of PE VS Boer goat has a high prospectus as dual purpose stockbreeder
Identification of Worm Types that Infest Bali Cattle in Bolo District Kuntum Khoirani; HY Lukman; Nikmaturrayan Nikmaturayan; Hosin Hosin
Jurnal Riset Veteriner Indonesia (Journal of The Indonesian Veterinary Research) VOLUME 4 No. 2, JULY 2020
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jrvi.v4i2.9704

Abstract

Bali cattle are the primary genetic resources of Indonesia. Besides beef cattle are used as breeds, they are also distributed to all regions in Indonesia. One of the requirements for good quality of beef cattle is to be free from parasitic diseases. Bima Regency is one of the areas of Bali cattle population centers in West Nusa Tenggara, but the Bali cattle maintenance system in Bima Regency is generally still extensive, certainly increasing the potential for diseases. The disease can cause economic losses, disrupt the health of livestock and the health of people who consume meat derived from parasitic-infected animals. This study used 50 stool samples of Bali cattle aged 5 to 12 months taken randomly. The sedimentation and flotation method was used to identify nematode worm eggs. The parameters observed were gastrointestinal parasitic morphology, and then the data were analyzed descriptively. It was found two types of parasites that infected bali cattle in Bolo Sub-district, Ascaris spp, and Trichuris sp. As caris spp infected as many as 72% of 50 bali cattle faecal samples, 72% were infected by Trichuris sp., and mixture of Ascaris spp and Trichuris spp infected 54 % of the sampled cattle. The improvement of cage management and cattle maintenance system are necessary to implement. Those are by taking into high-quality nutrition feeding, regular anthelminthic treatment, and avoiding the feeding of green forage to avoid worm infection and re-infection. 
The Factors Affecting the Success of Artificial Insemination Program on Cattle in District of Woha, Bima Khuntum Khoirani; Nikmaturrayan Nikmaturrayan; Lukman HY
Jurnal Riset Veteriner Indonesia (Journal of The Indonesian Veterinary Research) VOLUME 6 No.1, JANUARY 2022
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jrvi.v6i1.13667

Abstract

This study aims to determine the factors that affect the success rate of artificial insemination (AI) in Woha district, Bima Regency. This study method was the survey method, using primary and secondary data. Primary data was obtained by distributing questionnaires and interviews directly to farmers as additional information, while secondary data was obtained from inseminators related to the results of artificial insemination in the Woha district. The questionnaire used included questions about cattle characteristics, namely: pregnancy status, type of cattle, age of cattle, body condition score at artificial insemination, number of artificial insemination to pregnant, estrus signs, time implementation of artificial insemination, interval duration of postpartum to estrus, type of straw, insemination doses, reporting interval since lust up to artificial insemination treatment, cattle feed, stocked cattle, and farmer identity with 47 farmer respondents from 3 villages. Data were analyzed using stepwise regression with the help of SPSS. The results showed that of the 90 female cattle carried out by artificial insemination, 85.6% had a pregnancy, and 14.4% had no pregnancy. The independent variable which had the strongest correlation was the age of cows (sig. 0.006), the reporting interval since estrus to artificial insemination treatment (sig. 0.001), and cattle feed (sig. 0.004). The three factors that have the strongest correlation were based on sig. <0.05 so that it had a significant effect on the success of artificial insemination in the Woha district, Bima Regency Keywords: Artificial insemination (AI), beef cattle, succes factor, Woha district    
Pengembangan Usaha Penggemukan Sapi Rakyat Berbasis Kemitraan dalam Upaya Pemberdayaan Landless Farmers di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Lalu Wiresapta Karyadi; Lalu Ahmad Zaenuri; Lukman HY; Lalu Wira Pribadi
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.942 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i2.808

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengenalkan para petani/peternak dengan berbagai pola kemitraan dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi rakyat berbasis kemitraan sebagai alternatif income generating bagi kalangan Landless Famers, serta untuk menggalang kelompok-kelompok usaha penggemukan sapi berbasis kemitraan di Desa Peresak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan pendampingan disertai upaya penggalangan kemitraan. Sasaran kegiatan, adalah petani/peternak berlahan sempit dan para buruh tani, keseluruhannya berjumlah 85 orang. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan, pola-pola kemitraan dalam penggemukan sapi telah dikenal para peternak, diantaranya adalah pola bagi hasil. Pola ini dikenal oleh seluruh (100%) peternak sasaran kegiatan. Pengetahuan dan informasi yang disuluhkan, sangat membantu para peternak dalam mengatasi permasalahan rendahnya peluang kerja bagi masyarakat, serta dapat mengembangkan usaha penggemukan sapi rakyat dengan sistem bagi-hasil. Sebanyak 61 orang (71,76%) peserta sasaran menyatakan ketertarikan dan kesediaan untuk mengembangkan usaha penggemukan sapi dengan pola kemitraan. Dari jumlah tersebut, tercatat 28 orang (45,9%) telah menggalang usaha penggemukan sapi dengan pola bagi hasil.
METODE PENYERENTAKAN BIRAHI PADA KAMBING Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah Rodiah; Lukman H Y; Adji Santoso Dradjat; Eny Yuliani
Jurnal Abdi Insani Vol 5 No 2 (2018): Jurnala Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sudah dilaksanakan di desa Aik Mual kecamatan Praya kabupaten Lombok Tengah yang mellibatkan tiga kelompok peternak kambing yaitu “Harapan Makmur, kelompok Geger Girang dan kelompok Sejahtera Abadi”. Setiap kelompok diwakili oleh 15 orang. Populasi kambing PE diketiga kelompok tersebut kurang lebih 950 ekor yang terdiri dari berbagai tingkatan umur. Kegiatan PPM dilaksanakan dengan metode Innovative Approach yang menekankan pada pendekatan partisipatif. Evaluasi Keberhasilan pelaksanaan PPM dilakukan terhadap dua aspek yaitu respon peserta terhadap topik PPM yang diberikan dievaluasi berdasarkan antusiasme peserta selama penyuluhan yang tercermin dari keaktifan bertanya, diskusi dan tanya jawab. Kedua, evaluasi terhadap kesesuaian materi penyuluhan yang diberikan dengan kebutuhan peserta dievaluasi dengan mengajukan daftar pertanyaan dipandu oleh tim pelaksana. Hasil pelaksanaan, berdasarkan jumlah perserta yang bertanya yaitu 15 orang atau setiap kelompok diwakili oleh 5 orang anggota dapat katakan bahwa meteri PPM mendapat respon yang positipp dari peserta. Topik PPM sangat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peserta, dinyatakan oleh lebih dari 90% peserta. Disarankan, kegiatan PPM yang sudah dilaksanakan agar ditindak lanjuti dengan program pelayanan yaitu pelayanan sinkronisasi birahi dan sekaligus inseminasi kambing menggunakan pejantan unggul, kususnya semen beku kambing PE.
SOSIALISASI TATA CARA SELEKSI CALON PEJANTAN SAPI BALI DI DESA BERIRI JARAK KECAMATAN WANASABE KABUPATEN LOMBOK TIMUR Lalu Ahmad Zaenuri; Adji Santoso Dradjat; rodiah rodiah; lukman HY; I Wayan Lanus Sumadiasa
Jurnal Abdi Insani Vol 6 No 2 (2019): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v6i2.242

Abstract

Ada beberapa alasan ternak sapi harus ditingkatkan terus populasi dan produktifitasnya. Pertama, ternak sapi merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi cukup signifikan dalam struktur pendapatan petani peternak. kedua, sapi Bali adalah ternak yang sudah beradaptasi dengan sangat baik selama ratusan tahun di Nusa Tenggara Barat. Ketiga, pemasarannya mudah terbukti permintaan daging sapi selalu lebih tinggi dari ketersediannya. Terakhir, kualitas genetik sapi Bali ditengarai cendrung menurun dari waktu ke waktu akibat seleksi negatip. oleh karena itu, untuk meningkatkan produktifitas dan peran sapi dalam menyediakan daging dan pendapatan peternak, kualitas genetik sapi Bali harus selalu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah melalui seleksi pejantan, sehingga kualitas genetic dan produktifitas anak sapi yang lahir dari bibit sapi jantan terseleksi akan meningkat dan pada akhirnya pendapatan peternak juga akan meningkat. Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas, pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Sosialisasi Tata Cara Seleksi Calon Pejantan Sapi Bali di desa Beririjarak kecamatan Wanasabe kabupaten Lombok Timur” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak sapi di desa Beririjarak mengenai tata cara seleksi pejantan sapi Bali yang ungul. Hasil pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan bahwa, 100% peserta menyatakan bahwa materi penyuluhan sanngat bermanfaat dan akan diterapkan ketika mereka menseleksi sapi Bali jantan sebagai pejantan. Disarankan supaya materi penyuluhan ini juga perlu disosialisasikan kepada peternak atau kelompok sapi di kecamatan lain atau di Nusa Tenggara Barat pada umumnya.
PENERAPAN TEHNOLOGI INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SPERMA SEXING PADA TERNAK SAPI DI KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Lukman hy; Rodiah; Enny Yuliani; Lalu Ahmad Zaenuri; I Wayan Lanus Sumadiasa
Jurnal Abdi Insani Vol 7 No 2 (2020): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v7i2.292

Abstract

Peningkatan mutu reproduksi pada kegiatan perternakan sapi perlu terus menerus digalakkan. Hal tersebut agar terciptanya efisiensi pada usaha produksi ternak sehingga menghasilkan keuntungan finansial yang lebih baik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik pada ternak sapi melalui inseminasi buatan menggunakan tekhnologi sperma sexing. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan, ceramah dan diskusi. Peserta yang menjadi target pelaksanaan kegiatan adalah peternak sapi yang berkecimpung pada bidang tekhnologi reproduksi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berjalan cukup baik. Respon dan antusiasme peserta penyuluhan dalam diskusi sangat baik. Penilaian sangat baik karena sambutan dari tokoh atau pemuka masyarakat untuk dapat merealisasikan pengetahuan tentang IB menggunakan sperma sexing pada ternaknya. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang teknologi inseminasi buatan menggunakan metode sperma sexing pada ternak sapi. Penilaian ini berdasarkan respon peserta dan pemuka masyarakat, sehingga hal ini merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan IB pada waktu yang akan datang.
Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku Sapi Eksotik : Dampak Dan Penanggulangannya Jurnal Pepadu; I Wayan Lanus Sumadiasa; Adji Santoso Drajat; Lukman Hy; Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah
Jurnal Pepadu Vol 2 No 1 (2021): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v2i1.2167

Abstract

ABSTRAKTeknolgi inseminasi buatan (IB) dapat digunakan menyilangkan ternak jantan dan betina dengan posturtubuh berbeda menggunakan semen beku sapi-sapi jantan unggul eksotik. Minat masyarakat terhadapsapi hasil silangan sangat tinggi karena bobot badan sapi keturunan atau generasinya dapat mencapai600 kg pada umur dua tahun. Permasalahan, masyarakat peternak tidak banyak memahami dampaknegatif penggunaan semen sapi eksotik apabila dilakukan tanpa mengikuti persyaratan yang benar.Telah dilakukan pengabdian kepada masyarakat tentang inseminasi menggunakan semen beku sapieksotik di Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Tujuannya, memberikan informasi,pemahaman dan keterampilan kepada masyarakat tentang dampak negatif IB dengan semen beku sapieksotik. Kegiatan dilakukan dengan metode partisipatif melalui penyuluhan dan pembinaan singkatmeliputi pemilhan calon induk akseptor IB dan jenis pejantan yang sesuai, manajemen kebuntingan,penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan, para peserta telahmemperoleh informasi pengetahuan dan pemahaman tentang dampak penggunaan semen beku sapieksotik. Hal ini terpancar dari respon dan antusiasme peserta cukup besar, banyaknya pertanyaanmenarik tentang persyaratan calon induk akseptor IB, masalah birahi, memilih semen beku pejantanyang sesuai, manajemen kebuntingan, penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil evalusimenunjukkan, faktor-faktor yang dinilai mendukung pelaksanaan pengabdian ini adalah banyaknyajumlah dan antusiasme peserta yang mengikuti penyuluhan dan diskusi. Faktor penghambat nyaris tidakada, kecuali situasi Pandemi Covid-19 yang sedikit membatasi interaksi antara tim pengabdian denganmasyarakat yang hadir. Simpulan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup baik dan berhasilkarena peserta menilainya sangat bagus dan memberi banyak manfaat.
BOER BUCK SPERM QUALITY IN EXTENDER SUPPLEMETED WITH NON-ENZYMATIC ANTIOXIDANTS AND STORAGE AT COLD TEMPERATURE Lalu Zaenuri; R Rodiah; Adji Santoso Dradjat; Lukman HY; Eny Yuliani
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 17, No 2 (2023): June
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v17i2.26913

Abstract

The aim of this study was to determine the durability of standard extender tris egg yolk supplemented with non-enzymatic antioxidants from guava and fig fruit filtrate on the motility and viability of Boer buck sperm. Semen was collected using an artificial vagina every four days for ten replications. The treatment extenders were Tris+2.5% egg yolk (P0) and P0+1.487 mg vitamin A and P0+3.958 mg vitamin C per ml/100 ml (v/v) hereinafter referred as P1 and P2, respectively. The experimental design was a completely randomized 3 times 10 a factorial pattern. The variables assessed were individual motility, progessive motility and viability  of sperm evaluated every day for 4 consecutive days. Result indicated that, 4 days after extended and stored at 5°C, the average individual motility, progessive motility and sperm viability were 45.2±7.94; 33.0±10.2 and 49.6±7.69 for P1, and 45.4±6.14; 30.4±8.38 and 50.5±5.88 for P2. The data on the three indicators of sperm quality between P1 and P2 did not show a significant difference (P0.05). While for P0 30.6±5.85; 24.6±7.30 and 40.7±5.77, respectively, and were significantly lower (P 0.05) than P0 or P1. It was concluded that semen extended using tris-egg yolk extender supplemented with vitamin A or C could still be used for Artificial Insemination until day 4 after extended and storage at 5°C. It is suggested that research needs to be done to produce a ready to use, simple preaparation, cheap and long lasting instant extender.
Ability of Melon (Cucumis melo. L) Fruit Juices Based Tris Diluent on The Quality of Frozen Spermatozoa of Bali Cattle After Thawing Mujahidurrohman Mujahidurrohman; Enny Yuliani; Lukman HY
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 3 (2023): July - September
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i3.5380

Abstract

The high potassium content in melon plays a role in maintaining the normal function of the muscles, heart, nervous system, and potassium is also the main regulator of blood pressure. The aim of this study was to evaluate the effect of using melon juice (Cucumis melo L.) as a diluent on the quality of spermatozoa and semen of Bali cattle both before and after freezing. The Banyumulek Artificial Insemination Center produces sperm used in Bali cattle breeding. The technique used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 15 replications. The first treatment was 100% egg yolk tris buffer without the addition of melon juice (P0), the second treatment was 80% buffer without the addition of 20% melon juice (P1), the third treatment was 60% buffer with the addition of 40% melon juice (P2). The fourth treatment was 40% buffer with the addition of 60% melon juice (P3). The outcomes showed that the worth of flawless plasma film and mortality upsides of ox-like semen after weakening and subsequent to defrosting were not essentially unique. Be that as it may, not altogether disparate in that frame of mind of motility, level of reasonability, level of ordinariness and post-defrosting anomalies. According to the findings of this study, melon juice can be used as an alternative extender for fresh Bali cattle sperm and preserve the quality of spermatozoa.