Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Additional Freeze Drying Fig Fruit (Ficus Carica L) Filtrate into Tris Egg Yolk Extender and Its Effect on Sperm Membrane Integrity and Acrosome of Kacang Buck Zaenuri, Lalu Ahmad; Lukman, Lukman; Yanuarianto, Oscar; Sumadiasa, I Wayan Lanus; Rodiah, Rodiah
ANIMAL PRODUCTION Vol 19, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.432 KB) | DOI: 10.20884/1.jap.2017.19.3.647

Abstract

A study was designed to determine Kacang buck sperm membrane integrity and acrosome reaction as to the effect of different concentration of freeze drying fig fruit filtrate in tris egg yolk based extender. This study used 5 proven fertility Kacang goats aged 3-4 years, maintained by Faculty of Animal Sciences, Mataram University, Indonesia. Semen was collected by artificial vagina at every five days. The collected semen was divided into four aliquots in accordance to the treatments extender such as Control (0 gr), T1 (0.02 gr), T2 (0.04 gr) and T3 (0.06 gr) freeze drying fig fruit filtrate in tris egg yolk based extender (gr/v), respectively. Plasma membrane integrity and intact acrosome after re-concentration and preserved at 5ºC were assessed visually at 0 and every 24 hours for 5 consecutive days. The statistical significance of the result was evaluated by a one way ANOVA for completely randomized design analysis of variance. Data were presented as Mean±SD. Results suggest that the mean percentages of sperm membrane integrity in T0, T1,T2 and T3 at 96 h post extended and preserve at 5ºC were 34.3±5.3,  40.6±4.7,  44.8±5.4 and  42.1±5,1, respectively. The mean percentages of sperm acrosome intact were 16.4±4.8, 18.5±1.9,  21.6±3.1 and 19.6±2.8, respectively. The results of the study suggested that additional 0.04gr freeze drying fig fruit filtrate into tris egg yolk based extender have a significant preservation effect on both spermatozoa membrane integrity and acrosome intact of kacang buck.
Komparasi Bioetri Semen dan Morfometri Spermatozoa Kambing Kacang, Ettawa dan Boer Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah; Adji Santoso Dradjat; I Wayan Lanus Sumadiasa
Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI) Indonesian Journal of Animal Science and Technology) Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Indonesia (JITPI) Indonesian Journal of Anim
Publisher : Faculty of Animal Husbandry, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jitpi.v7i1.85

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan biometri dan morfometri spermatozoa kambing Kacang, Peranakan Ettawa dan Boer. Penampungan semen dilakukan menggunakan vagina buatan. Satu bagian semen segar diencerkan dengan sepuluh bagian NaCl fisilogis (v/v). Fiksasi slide dengan cara mencampur satu tetes semen encer dengan satu tetes larutan Eosin-nigrosin, homogenkan dan keringkan diatas hot plate suhu 40°C selama beberapa menit. Biometri dan Morfometri spermatozoa diukur dengan mikroskop phase contras (CarlZeis, Jerman) pembesaran 400 kali. Semen dari setiap kambing dibuatkan satu slide dan setiap slide diambil 10 sampel spermatozoa hidup, sehingga sampel spermatozo untuk setiap jenis kambing adalah 50 spermatozoa. Signifikansi antar variabel diuji menggunakan T-test dengan pengujian independent samples test dengan tingkat signifikansi 0.05. Hasil penelitiann menunjukkan, tidak ada perbedaan nyata variabel biometri ketiga jenis kambing tersebut, kecuali konsentrasi, motilitas massa dan motilitas individu spermatozoa kambing PE secara signifikan lebih rendah dibanding kambing Boer dan Kacang. Panjang kepala spermatozoa kambing kacang, Ettawah dan Boer, tidak berbeda nyata. Sebaliknya, lebar kepala spermatozoa kambing Boer cendrung lebih lebar tetapi tidak berbeda nyata dibanding kambing Kacang dan kambing PE. Sedangkan panjang ekor spermatozoa kambing Boer secara signifikan lebih pendek dibanding kambing Kacang dan kambing PE. Disimpulkan, Morfomerti spermatozoa kambing Kacang PE dan Boer tidak berbeda nyata. Disarankan supaya hasilnya lebih akurat, pengukuran morfomerti spermatozoa hendaknya dilakukan pada spermatozoa dengan kromosom yang sama yaitu X atau Y saja
Suplementasi Ampas Kecap untuk Meningkatkan Libido dan Produksi Sperma Kambing Peranakan Etawa I Wayan Lanus Sumadiasa; Abdul Aziz; Prasetyo Nugroho; Mardiansyah Mardiansyah; Intan Putri Mantika
JURNAL SAINS TEKNOLOGI & LINGKUNGAN Vol. 3 No. 2 (2017): Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan
Publisher : LPPM Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.454 KB) | DOI: 10.29303/jstl.v3i2.45

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  suplementasi ampas kecap terhadap intensitas libido dan produksi sperma kambing peranakan etawa. Penelitian dirancang dalam pre-test dan post-test design, dimana pengambilan data dilakukan sebelum dan setelah perlakuan. Tiga ekor kambing diberi perlakuan masing-masing 10 hari pada  pre-test dengan pakan rumput lapangan tanpa suplementasi, post-test-1 dengan pakan rumput lapangan disuplementasi 5% dan post-test-2 dengan rumput lapangan disuplementasi 10% ampas kecap. Intensitas libido dan produsi sperma secara makroskopis dan mikroskopis diobservasi setiap tiga hari sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan, nilai intensitas libido meningkat sangat signifikan dari 3.11 ± 0.78 tanpa suplementasi menjadi 4.67 ± 0.50 setelah suplementasi 10% ampas kecap. Rataan volume sperma meningkat dari 0.71 ± 0.13ml menjadi 0.87 ± 0.17 ml, nilai pH rata-rata mendekati 7.0, konsistensi sperma menjadi kental dan motilitas massa spermatozoa dari ++ menjadi +++. Motilitas progresif dan viabilitas spermatozoa meningkat signifikan dari 72.78 ± 2.64% menjadi 82.22 ± 2.64% dan dari 79.98 ± 1.25% menjadi 81.68 ± 1.36%. Persentase abnormalitas spermatozoa terendah terdapat pada suplementasi 10% dan konsentrasi tertinggi pada suplementasi 5% ampas kecap. Kesimpulan, suplementasi 10% ampas kecap di dalam pakan rumput lapangan mampu meningkatkan intensitas libido dan produksi sperma kambing peranakan etawa.Kata kunci : Suplementasi, viabilitas, spermatozoa This study was conducted to observed the supplementation of soy sauce dregs in wild-grass ration on libido intensity and semen production of peranakan etawa (PE) buck. The experiment was done in pre-test and post-test design. Three bucks were treated each 10 days at pre-test by given of wild-grass without supplementation, post-test-1 with wild-grass supplemented by 5% and post-test-2 with wild-grass supplemented by 10% of soy sauce dregs. The libido intensity and semen production were observed every three days for three times. The data was analyzed statistically. The results showed, the libido intensity score was increased very significantly from 3.11 ± 0.78 to 4.67 ± 0.50 after supplementation of 10% soy sauce dregs. The average of semen volume, consistency and  mass motility of spermatozoa were increased from 0.71 ± 0.13ml to 0.87 ± 0.17ml, rather thick to thick and ++ to +++.  Progressive motility and viability of spermatozoa were increased significantly after supplementation of 10% soy sauce dregs. The lowest percentage of spermatozoa abnormality was found on supplementation of 10% and the highest concentration found on supplementation of 5% soy sauce dregs. In conclusion, supplementation of 10% soy sauce waste in wild-grass ration is capable to improve the libido intensity and semen production of peranakan etawa buckKeywords: Supplementation, viabilitaty, spermatozoa
SPECIFIC PROTEIN EXPRESSION OF GOAT PREIMPLANTATION EMBRYO IN VITRO AS AN EARLY PREGNANCY SIGNAL I Wayan Lanus Sumadiasa; Enny Yuliani
Jurnal Veteriner Vol 9 No 2 (2008)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.57 KB)

Abstract

The aim of the experiment was to investigate the intensity of signal secreted by embryos for their survival in the early pregnancy. Embryos at morulla and blastocyst stages generated by in vitro fertilization were frozen and then thawed for in vitro culture in tissue culture medium. The protein secreted by embryo were detected 48 hours after thawing for those frozen at morulla stage, and 24 hours and 72 hours after thawing for those frozen in the blastocyst stage. Results showed that preimplantation goat embryos secreted an average of 3,041 µg protein per ml medium for the embryo cultured in tissue culture medium (TCM) 199 + 0,1 % BSA and 1,992 µg protein per ml medium for embryo cultured in TCM without BSA. Non growing embryos secreted only a small amount protein, i.e. 0,434 µg protein per ml medium and 0,417 µg protein per ml medium respectively for embryo cultured TCM 199 with BSA and TCM without BSA. Sodium dodecyl sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) analysis showed protein bands with many different molecular weight of 100, 95 , 55 , 43 , 28 and 18 KD. It appeared that the growing embryos secreted more proteins as compared to those non growing embryos.
UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KAMBING MELALUI PERSILANGAN KAMBING LOKAL DENGAN KAMBING BOER DI DESA CENDI MANIK KECAMATAN SEKOTONG TENGAH Lalu Ahmad Zaenuri; I Wayan Lanus Sumadiasa; Rodiah Rodiah
Jurnal Abdi Insani Vol 9 No 2 (2022): Jurnal Abdi Insani
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v9i2.545

Abstract

The topic of service was chosen based on the consideration that the goat population is relatively high but the goat species that is kept is a Kacangt goat with low productivity, so it needs to be crossed with a Boer goat. The purpose of the services were firstly, to explain the advantages and disadvantages of several types of goats and how to choose superior goat breeds. Secondly, to explain the advantages of Boer goats, characteristics of aestrus goats, methods of crossbreeding and how to evaluate pregnant and non-pregnant goats. The implementation method is the Innovative Approach which emphasizes the participatory approach of the training participants. The results of the evaluation found that the material presented was in accordance with the needs of the breeders at the service location, because so far most of the farmers kept Kacang goats. All the training participants considered that this training material was very useful for them so that the participants were very enthusiastic and interested in cross-breeding their goats with Boer goats. It was concluded that this training had succeeded in increasing the knowledge of farmers on how to select superior goats and how to cross Kacang goats with Boer goats. For follow-up, it is recommended that farmers could contact the inseminator at the nearest Puskeswan to get insemination services using frozen Boer goat semen.
INTRODUKSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK KAMBING DI KECAMATAN BATU KELIANG UTARA LOMBOK TENGAH I Wayan Lanus Sumadiasa; Lalu Ahmad Zainuri; Enny Yuliani; Chairussyuhur Arman; Muhammad Prasetyo Nugroho
Jurnal Abdi Insani Vol 6 No 2 (2019): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v6i2.206

Abstract

Populasi ternak kambing di Kecamatan Batu Keliang Utara Lombok Tengah tercatat hanya sekitar 873 ekor. Masyarakat Batu Kliang Utara menginginkan pengembangan ternak yang berbasis teknologi inseminasi buatan (IB), mengingat permintaan pasar akan ternak dan daging kambing yang semakin meningkat. Aplikasi teknologi pada ternak kambing belum berkembang karena sebagian besar mayarakat belum memahami cara penerapannya. Oleh karena itu, telah dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat tentang “introduksi teknologi IB pada kambing di Batu Keliang Utara, Lombok Tengah”. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat di Kecamatan Batu Keliang Utara tentang prospek, manfaat dan kelebihan teknologi inseminasi buatan (IB) pada ternak kambing. Metode pendekatan yang digunakan adalah penyuluhan dan pendidikan singkat dengan cara ceramah, diskusi dan memberikan contoh tentang hal-hal yang terkait dengan program IB dan upaya untuk meningkatkan efisiensi reproduksi dan produksi serta efisiensi usaha beternak kambing. Materi penyuluhan meliputi pemilihan pejantan dan betina, menadah sperma, menyiapkan betina, deteksi birahi dan peaksanaan IB, serta deteksi kebuntingan. Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan pengabdian kepada masyarakat dinilai cukup berhasil. Evaluasi yang dimaksud antara lain respon dan antusiasme peserta terlihat cukup besar. Para peserta tampak cukup memahami materi yang disuluhkan dan ingin menerapkan teknologi IB dalam kegiatan beternak yang bernilai ekonomis. Besarnya sambutan dan respon para peserta penyuluhan merupakan foktor pendukung yang cukup besar untuk diterima dan diterapkannya teknologi IB dalam manajemen reproduksi ternak mereka ke depan. Kesimpilan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah diduga terjadi menambah wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya penerapan teknologi inseminasi buatan dalam meningkatkan reproduktivits dan produktivitas ternak kambing.
SOSIALISASI TATA CARA SELEKSI CALON PEJANTAN SAPI BALI DI DESA BERIRI JARAK KECAMATAN WANASABE KABUPATEN LOMBOK TIMUR Lalu Ahmad Zaenuri; Adji Santoso Dradjat; rodiah rodiah; lukman HY; I Wayan Lanus Sumadiasa
Jurnal Abdi Insani Vol 6 No 2 (2019): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v6i2.242

Abstract

Ada beberapa alasan ternak sapi harus ditingkatkan terus populasi dan produktifitasnya. Pertama, ternak sapi merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi cukup signifikan dalam struktur pendapatan petani peternak. kedua, sapi Bali adalah ternak yang sudah beradaptasi dengan sangat baik selama ratusan tahun di Nusa Tenggara Barat. Ketiga, pemasarannya mudah terbukti permintaan daging sapi selalu lebih tinggi dari ketersediannya. Terakhir, kualitas genetik sapi Bali ditengarai cendrung menurun dari waktu ke waktu akibat seleksi negatip. oleh karena itu, untuk meningkatkan produktifitas dan peran sapi dalam menyediakan daging dan pendapatan peternak, kualitas genetik sapi Bali harus selalu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah melalui seleksi pejantan, sehingga kualitas genetic dan produktifitas anak sapi yang lahir dari bibit sapi jantan terseleksi akan meningkat dan pada akhirnya pendapatan peternak juga akan meningkat. Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas, pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Sosialisasi Tata Cara Seleksi Calon Pejantan Sapi Bali di desa Beririjarak kecamatan Wanasabe kabupaten Lombok Timur” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak sapi di desa Beririjarak mengenai tata cara seleksi pejantan sapi Bali yang ungul. Hasil pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan bahwa, 100% peserta menyatakan bahwa materi penyuluhan sanngat bermanfaat dan akan diterapkan ketika mereka menseleksi sapi Bali jantan sebagai pejantan. Disarankan supaya materi penyuluhan ini juga perlu disosialisasikan kepada peternak atau kelompok sapi di kecamatan lain atau di Nusa Tenggara Barat pada umumnya.
PENERAPAN TEHNOLOGI INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SPERMA SEXING PADA TERNAK SAPI DI KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Lukman hy; Rodiah; Enny Yuliani; Lalu Ahmad Zaenuri; I Wayan Lanus Sumadiasa
Jurnal Abdi Insani Vol 7 No 2 (2020): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/abdiinsani.v7i2.292

Abstract

Peningkatan mutu reproduksi pada kegiatan perternakan sapi perlu terus menerus digalakkan. Hal tersebut agar terciptanya efisiensi pada usaha produksi ternak sehingga menghasilkan keuntungan finansial yang lebih baik. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik pada ternak sapi melalui inseminasi buatan menggunakan tekhnologi sperma sexing. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan, ceramah dan diskusi. Peserta yang menjadi target pelaksanaan kegiatan adalah peternak sapi yang berkecimpung pada bidang tekhnologi reproduksi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berjalan cukup baik. Respon dan antusiasme peserta penyuluhan dalam diskusi sangat baik. Penilaian sangat baik karena sambutan dari tokoh atau pemuka masyarakat untuk dapat merealisasikan pengetahuan tentang IB menggunakan sperma sexing pada ternaknya. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang teknologi inseminasi buatan menggunakan metode sperma sexing pada ternak sapi. Penilaian ini berdasarkan respon peserta dan pemuka masyarakat, sehingga hal ini merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan IB pada waktu yang akan datang.
Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Beku Sapi Eksotik : Dampak Dan Penanggulangannya Jurnal Pepadu; I Wayan Lanus Sumadiasa; Adji Santoso Drajat; Lukman Hy; Lalu Ahmad Zaenuri; Rodiah Rodiah
Jurnal Pepadu Vol 2 No 1 (2021): Jurnal PEPADU
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/pepadu.v2i1.2167

Abstract

ABSTRAKTeknolgi inseminasi buatan (IB) dapat digunakan menyilangkan ternak jantan dan betina dengan posturtubuh berbeda menggunakan semen beku sapi-sapi jantan unggul eksotik. Minat masyarakat terhadapsapi hasil silangan sangat tinggi karena bobot badan sapi keturunan atau generasinya dapat mencapai600 kg pada umur dua tahun. Permasalahan, masyarakat peternak tidak banyak memahami dampaknegatif penggunaan semen sapi eksotik apabila dilakukan tanpa mengikuti persyaratan yang benar.Telah dilakukan pengabdian kepada masyarakat tentang inseminasi menggunakan semen beku sapieksotik di Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Tujuannya, memberikan informasi,pemahaman dan keterampilan kepada masyarakat tentang dampak negatif IB dengan semen beku sapieksotik. Kegiatan dilakukan dengan metode partisipatif melalui penyuluhan dan pembinaan singkatmeliputi pemilhan calon induk akseptor IB dan jenis pejantan yang sesuai, manajemen kebuntingan,penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan, para peserta telahmemperoleh informasi pengetahuan dan pemahaman tentang dampak penggunaan semen beku sapieksotik. Hal ini terpancar dari respon dan antusiasme peserta cukup besar, banyaknya pertanyaanmenarik tentang persyaratan calon induk akseptor IB, masalah birahi, memilih semen beku pejantanyang sesuai, manajemen kebuntingan, penanganan kelahiran dan pasca kelahiran. Hasil evalusimenunjukkan, faktor-faktor yang dinilai mendukung pelaksanaan pengabdian ini adalah banyaknyajumlah dan antusiasme peserta yang mengikuti penyuluhan dan diskusi. Faktor penghambat nyaris tidakada, kecuali situasi Pandemi Covid-19 yang sedikit membatasi interaksi antara tim pengabdian denganmasyarakat yang hadir. Simpulan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup baik dan berhasilkarena peserta menilainya sangat bagus dan memberi banyak manfaat.
Correlation Beetwen Body Weight with Scrotal Circumference, Testis Weight and Sperm Production of Boer Buck Intensively Rearing I Wayan Lanus Sumadiasa Wayan
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 1 (2023): January - March
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i1.4743

Abstract

Body weight of one of the regulators that determine the scrotum circumference and weight (large) testicles. Next, the weight of the testes has a very close relationship with sperm production that will determine the reproductive ability of a male. The purpose of this study was to determine the relationship between body weight and scrotum circumference, testicular weight and boer goat sperm production that was maintained intensively. The study was conducted with a descriptive method with the material of 15 male goats owned by PT. Sadhana Arif Nusa. Data is processed by regression and correlation analysis using the SPSS program. The results showed that the body weight average was 52.58 ± 14.96 kg, correlated very significantly (p <0.01) with scrotum circumference (25.68 ± 1.96 cm) and testicular weight (0.46 ± 0, 10 kg) with a correlation coefficient of 0.67 and 0.91. Body weight not correlated (p> 0.05) with good sperm production volume (0.50 ± 0.19 ml), pH (6.43 ± 0.19), sperm consistency, progressive motility (73.33 ± 7, 24 %) and Spermatozoa concentration (2.18 ± 0.54 x 109/ml). The scrotum circumference is very significantly correlated (p <0.01) with a testicular weight and a real correlation (p <0.05) with sperm volume, motility and concentration of spermatozoa with a coefficient of 0.91 each; 0.58; 0.56 and 0.54. The testes weight is real correlating (p <0.05) with sperm volume, progressive motility and spermatozoa concentration with a coefficient of 0.53 each; 0.56 and 0.54. CONCLUSION, body weight correlates piosif with scrotum circumference, the weight of the quality of the testes and sperm production in boer goats.