Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

DIMENSI RUBUBIYAH DALAM PENCIPTAAN ALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN: PROMOSI EKOTEOLOGI DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN Tamam, Badru; Hude, Darwis; Anwar, Hamdani; Kholilurrohman, Kholilurrohman; Febriani, Nur Arfiyah
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman Vol 8, No 1 (2024): Mumtaz: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Keislaman
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/mumtaz.v8i01.850

Abstract

Stephen Hawking, a realist who adheres to positivism, asserts that the universe was created without God. This perspective considers nature to be only matter, an entity without a soul. On the other hand, one of the factors causing environmental damage is the anthropocentric paradigm that considers humans as the most important element in the universe. Ironically, this paradigm uses the holy book of the heavenly religions to legitimize its thinking, as found in Genesis 1:28 and the Qur'an in Surah al-Baqarah [2]: 29. In the interpretation of the Qur'an, to find a concept is not enough with just one verse, a series of steps need to be taken in order to produce a comprehensive interpretation. For this reason, the Maudu'i interpretation method is used to explore the concept of the Qur'an about the creation of the universe and its maintenance and how humans function in the universe. The authors found that: 1. With the Rububiyah dimension, Allah SWT is the Creator, Owner, Manager and Maintainer of nature. Humans are the khalifatullah/representatives of Allah SWT on earth who are allowed to use natural resources while maintaining their sustainability. 2. Ecotheology in the Qur'an can be understood in the sense: "The science that studies the interaction between creatures in their ecosystem based on the verses of takwn (universe/ecology) and tadwn (Qur'anic texts as the basis of theology)." Ecotheology is related to efforts to preserve the environment through balancing human rights and obligations towards nature and respect for the human rights of nature. This is because in the Qur'an, both humans and nature have their respective roles and purposes of creation as fellow creations of God. Humans as khalifah fi al-‘ard}/prosperers of the earth and nature are partners of humans in carrying out this mandate. Nature is the same as humans as fellow creations of God (ukhuwah makhluqiyyah) who also have the right to worship, develop and live in groups in their communities
PROBLEMATIKA LINGUISTIK ARAB: POTRET POSISI TUHAN DALAM AL-QUR'AN Zulki, Ahmad; Hude, Darwis; S, Abdillah
Al-Maraji' : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol 8, No 2 (2024): Al-Maraji': Jurnal Pendidikan Bahasa Arab
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/almaraji.v8i2.17470

Abstract

Penelitian ini mengkaji problem linguistik dalam menggambarkan posisi Tuhan di dalam Alquran, dengan fokus pada peran bahasa dalam membentuk pemahaman teologis tentang Tuhan. Menggunakan pendekatan semantik, sintaksis, dan pragmatik, penelitian ini menyoroti bagaimana struktur bahasa dalam Alquran mencerminkan kedudukan Tuhan yang transenden dan imanen. Pembahasan utama mencakup kritik Abu Zayd terhadap ideologisasi dan sakralisasi teks Alquran, yang membatasi pemahaman mendalam terhadap teks. Abu Zayd mengusulkan agar Alquran dipahami sebagai teks sastra yang dianalisis secara hermeneutis, memungkinkan pemahaman yang lebih kontekstual dan relevan dengan realitas sosial dan budaya. Penelitian ini mengajak pembaca untuk melihat Alquran sebagai produk budaya yang dinamis, yang memberikan wawasan lebih luas tentang hubungan antara Tuhan dan umat manusia.Kata Kunci: Linguistik, Arab, Posisi Tuhan, Al-Qur’anAbstractThis study examines linguistic problems in describing God's position in the Quran, focusing on the role of language in shaping theological understanding of God. Using semantic, syntactic, and pragmatic approaches, this research highlights how the linguistic structure of the Quran reflects God's transcendent and immanent position. The main discussion includes Abu Zayd's critique of the ideologization and sacralization of the Quranic text, which limits a deeper understanding of the text. Abu Zayd proposes that the Quran should be understood as a literary text analyzed hermeneutically, allowing for a more contextual and socially and culturally relevant interpretation. This study encourages readers to view the Quran as a dynamic cultural product that provides broader insights into the relationship between God and humanity.Keywords: Linguistics, Arabic, God's Position, Quran
CORAK PENAFSIRAN ACARA SERAMBI ISLAMI TVRI DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN DIVERSITAS SOSIO- KULTURAL SELAMA MASA PANDEMI Darwis, Yuliandre; Hude, Darwis; Hariyadi, Muhammad
Jurnal Ranah Komunikasi Vol 8 No 2 (2024): Jurnal Ranah Komunikasi (JRK)
Publisher : Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/rk.8.2.136-150.2024

Abstract

This study examines the interpretation patterns in the Serambi Islami TVRI program during the 2020-2021 pandemic, focusing on social interpretation patterns (al-Adabī wa al-Ijtima’ī). The themes addressed in these interpretations include values such as mutual cooperation, media ethics, family roles, radicalism, rahmatan lil 'Alamin, the importance of dhikr, manners in religious gatherings, and the roles of husbands and wives in the family. The aim of this research is to explore the interpretations conveyed by the speakers and their relevance to informal education in Indonesia, particularly in the socio- cultural education context. The method used is descriptive analysis, with contextual and textual approaches in delivering the interpretations. The results show that most speakers used the ijmali interpretation method with a more contextual approach, although there was variation in the delivery methods. This dissertation also found similarities with Albert Bandura's social learning theory, where new behavior is learned through observation and imitation. On the other hand, this theory differs from nativism, which considers that education does not influence human development. The Serambi Islami TVRI program is considered relevant to socio-cultural diversity education in Indonesia, as it teaches values that align with the characteristics of Indonesian society, such as brotherhood, equality, tolerance, deliberation, mutual assistance, and justice. This research concludes that the program contributes to informal education accessible to the broader public without requiring formal education.
Best Practice Sehat Paripurna Berbasis Al-Qur’an Nasution, Susi Sofiani; Hude, Darwis; Hariyadi, Muhammad
Journal of Comprehensive Science Vol. 4 No. 4 (2025): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jcs.v4i4.3112

Abstract

Penelitian ini membuktikan bahwa Al-Qur’an memiliki Protokol Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Kesehatan No. 17 tahun 2023, tentang Sehat Paripurna, yaitu keadaan Sehat Fisik, Sehat mental, Sehat Spiritual, dan Sehat Sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesimpulan ini didasarkan atas temuan, pertama isyarat Al-Qur’an tentang kesehatan (QS. As-Syu'ara: 80), obat (QS. Al-Isra: 82), dan kesembuhan (QS. Yunus: 57). Kedua, isyarat Al-Qur’an tentang Protokol kesehatan fisik (QS. Al-A’raf: 31), protokol kesehatan emosi (QS. Al-Baqarah: 153), protokol kesehatan spiritual (QS. Al-Mu’minun: 9-11), protokol kesehatan sosial (QS. Ar-Rum: 21), dan protokol kesehatan ekonomi (QS. At-Taubah: 105). Ketiga, Al-Qur’an memiliki upaya kesehatan perilaku preventif (QS. Al-Ma'idah: 90), perilaku promotif (QS. Al-A'raf: 31), perilaku kuratif (QS. An-Nahl: 99), dan perilaku rehabilitatif (QS. As-Syu'ara: 80), dengan penerapan protokol kesehatan ini akan terjadi reorientasi penguatan perilaku kesehatan menuju sehat paripurna. Implementasi dari hasil temuan disertasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu protokol kesehatan untuk membantu pemerintah dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang merupakan pilar ke enam peningkatan sistem kesehatan Nasional. Disertasi ini sejalan dengan pandangan M. Quraish Shihab tentang indikator kesehatan dalam Islam yang mencakup aspek kesehatan fisik, jiwa, dan sosial, serta Mariyana (2021) yang mengemukakan bahwa promosi kesehatan berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup bersih serta sehat. Pandangan ini juga diperkuat oleh Febri Endra Budi Setyawan (2010) tentang pentingnya paradigma sehat yang holistik, proaktif, dan antisipatif dalam pembangunan kesehatan. Dalam konteks kesehatan masyarakat, disertasi ini memperhatikan pandangan Umar Fahmi Achmadi (2013) tentang perlunya upaya pencegahan penyakit yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, sektor, serta partisipasi aktif masyarakat dan manajemen yang tepat sasaran. Disertasi ini juga sejalan dengan disertasi Agus Rahmadi (2023) yang menemukan lingkungan sekitar orang yang membaca Al-Qur'an memiliki konsentrasi bakteri yang lebih rendah dibandingkan dengan lingkungan yang tidak terpapar aktivitas membaca Al-Qur'an dan Dedi Nur Wachid Achadiono (2017) tentang pengaruh latihan pasrah diri (dzikir) untuk memperbaiki kondisi kesehatan penderita lupus. Di sisi lain, disertasi ini tidak sepakat dengan Ahmad Habibi (2021) yang mengutamakan penanganan penyakit secara fisik saja, dan juga berbeda dengan pandangan I Putu Sudasaya (2021) yang hanya menekankan aspek kampanye dalam pencegahan penularan penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang dilakukan sejak bulan Januari 2022 sampai dengan bulan Maret 2024. Sumber data primer diperoleh melalui Al-Qur’an dan Al-Hadis dengan menjadikan kitab al-Misbah karya M. Quraish Shihab, Tafsir Ibn Katsir karya Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Azhar karya Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir al-Thabari karya Imam Muhammad ibn Jarir al-Thabari dan beberapa tafsir lainnya. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup buku-buku, jurnal, undang-undang, dan website yang terkait dengan tema penelitian. Analisa data melalui tafsir maudhu’i dengan mengumpulkan data, membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis serta menyimpulkan dari data yang ada sesuai dengan tema penelitian.
Preventing Suicide Through Resilience: An Integrative Quranic Perspective Sofia, Nanum; Hude, Darwis
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 30 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol30.iss2.art7

Abstract

The significant increase in suicide cases in Indonesia requires important attention from all parties. One of the efforts to prevent suicide is to develop resilience. This research aims to explore the noble potential of humans based on the Qur'an as a capital in developing resilience. This study conducts a literature study through a thematic interpretation of Quranic verses pertaining to human potential, resilience, and the trials faced by humanity, alongside an exploration of relevant scholarly journals. The results of this research find that the noble potential of humans is a protective factor, while the negative potential of humans is a risk factor that can lead individuals to life threatening actions. The concepts of resilience in the Qur'an include intelligence, excellence, freedom, responsibility, moral/ethical awareness, a God-given nature, and the willingness to improve oneself. This research recommends five important points: 1) building and honing resilience, 2) using Allah's perspective in interpreting adversity and suffering, 3) understanding life and the process of human creation comprehensively, 4) strengthening the God-given nature (hablu min Allah), and 5) strengthening family bonds. hese five recommendations can be implemented by strengthening aspects from personal, family, and educational institutions, both formal and non-formal.
PROBLEMATIKA LINGUISTIK ARAB: POTRET POSISI TUHAN DALAM AL-QUR'AN Zulki, Ahmad; Hude, Darwis; S, Abdillah
Al-Maraji' : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Vol. 8 No. 2 (2024): Al-Maraji': Jurnal Pendidikan Bahasa Arab
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/almaraji.v8i2.17470

Abstract

Penelitian ini mengkaji problem linguistik dalam menggambarkan posisi Tuhan di dalam Alquran, dengan fokus pada peran bahasa dalam membentuk pemahaman teologis tentang Tuhan. Menggunakan pendekatan semantik, sintaksis, dan pragmatik, penelitian ini menyoroti bagaimana struktur bahasa dalam Alquran mencerminkan kedudukan Tuhan yang transenden dan imanen. Pembahasan utama mencakup kritik Abu Zayd terhadap ideologisasi dan sakralisasi teks Alquran, yang membatasi pemahaman mendalam terhadap teks. Abu Zayd mengusulkan agar Alquran dipahami sebagai teks sastra yang dianalisis secara hermeneutis, memungkinkan pemahaman yang lebih kontekstual dan relevan dengan realitas sosial dan budaya. Penelitian ini mengajak pembaca untuk melihat Alquran sebagai produk budaya yang dinamis, yang memberikan wawasan lebih luas tentang hubungan antara Tuhan dan umat manusia.Kata Kunci: Linguistik, Arab, Posisi Tuhan, Al-Qur’anAbstractThis study examines linguistic problems in describing God's position in the Quran, focusing on the role of language in shaping theological understanding of God. Using semantic, syntactic, and pragmatic approaches, this research highlights how the linguistic structure of the Quran reflects God's transcendent and immanent position. The main discussion includes Abu Zayd's critique of the ideologization and sacralization of the Quranic text, which limits a deeper understanding of the text. Abu Zayd proposes that the Quran should be understood as a literary text analyzed hermeneutically, allowing for a more contextual and socially and culturally relevant interpretation. This study encourages readers to view the Quran as a dynamic cultural product that provides broader insights into the relationship between God and humanity.Keywords: Linguistics, Arabic, God's Position, Quran
Metode Kolaborasi dalam Supervisi Pendidikan Berbasis Al-Qur’an Sarifudin, Agus; Hude, Darwis; Sarnoto, Ahmad Zain
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 12 No. 02 (2023): Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/ei.v12i02.4521

Abstract

Fakta menunjukkan bahwa masih rendahnya pengawasan mutu pendidikan yang, kurang dirasakannya dampak dan metode yang digunakan dalam supervisi pendidikan masih tidak efektif. Adapun tujuan spesifik dari penelitin ini adalah menemukan pemahaman metode kolaborasi dalam supervisi pendidikan menurut Al-Qur’an dan para ahli. Metode kolaborasi dapat diartikan sebagai kerja sama antara dua orang atau lebih yang saling memahami permasalahan secara bersama-sama dan saling membantu memecahkan permasalahan secara bersama-sama pula. Penelitian ini menemukan bahwa tema metode kolaborasi dalam supervisi pendidikan berbasis Al-Qur’an terletak pada pemahaman tentang syirkah dan ta’awun dengan didukung penguasaan skill interpersonal seperti prinsip tauhid,  kebersamaan, saling menolong, musyawarah, amanah, dan kerja sama. Penelitian ini relevan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam teori Trikon, yakni: “kontinuitas”, “konvergenisitas”, dan “konsentrisitas”. Penelitian ini juga sejalan dengan teori kolaborasi oleh Chris Ansell Alison Gash tentang collaborative governance. Penelitian ini memiliki perbedaan pendapat dengan Fiedler yang menyampaikan dalam teori kontingensi yang berdasarkan pada tiga hal yakni hubungan atasan bawahan, orientasi tugas, dan wibawa pimpinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, berbasis riset kepustakaan, kajian Al-Qur’an, publikasi penelitian, jurnal, dan artikel. Serta penggunaan tafsir tematik (tafsir maudhû’i) karena bisa menghasilkan penafsiran yang komprehensif, sistematis, dan mudah dipahami.