Data dari BPS menunjukkan jumlah kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Palembang pada tahun 2021 mencapai 2.015 kasus, tertinggi dibandingkan daerah lain. Salah satu faktor penyebab BBLR adalah paparan polusi udara, termasuk SO2. Paparan SO2 selama kehamilan dapat memicu peradangan pada paru-paru dan plasenta, yang berperan penting dalam menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Penurunan fungsi plasenta akibat paparan ini dapat meningkatkan risiko BBLR. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi bertujuan untuk menganalisis dugaan keterkaitan antara polusi SO2 dengan kasus BBLR di Palembang menggunakan pendekatan spasial. Data diperoleh dari Profil Dinkes Kota Palembang, DLH Kota Palembang, dan Bappeda Kota Palembang. Penelitian dilakukan di tujuh kecamatan, dengan pemetaan menggunakan Quantum GIS. Analisis overlay digunakan untuk mengaitkan konsentrasi SO2 (2019-2022) dengan kasus BBLR (2020-2023). Disimpulkan setelah dilakukan overlay antara kasus konsentrasi SO2 dan BBLR ditemukan adanya keterkaitan antara konsentrasi polutan SO2 dengan kasus BBLR di Kecamatan Plaju pada tahun 2021-2022 dan Kecamatan Ilir Timur III tahun 2022, namun secara umum tidak ditemukan adanya keterkaitan antara konsentrasi polutan SO2 dengan kasus BBLR. Kasus BBLR di kecamatan Plaju dan Ilir Timur I cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimulai dari tahun 2020-2023. Konsentrasi polutan SO2 tertinggi pada periode 2019-2022 terdapat pada Kecamatan Kertapati dengan hasil pengukuran 59 μg/NM3/jam dan Kecamatan Plaju sebesar 57 μg/NM3/jam.