Edy Machmud
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PROFILE OF ELDERLY PEOPLE WHO NEEDED DENTURE AT WAJO REGENCY: PROFIL MASYARAKAT LANJUT USIA YANG MEMBUTUHKAN GIGI TIRUAN DI KABUPATEN WAJO Edy Machmud
Dentika: Dental Journal Vol. 15 No. 2 (2010): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1530.503 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v15i2.1930

Abstract

The main problem faced by the elderly people is tooth loss. A number of tooth loss will affect a health in general,as it will disrupt mastication process and finally will cause malnutrition and gastritis. Therefore, teeth should besubstituted with dentures. The aim of this study was to have a picture of elderly people profile who needed adenture teatment at Wajo regency, South Sulawesi province. A research method by purposive random samplingof 703 samples of elderly people with age equal or above 55 years old by fulfilling a questioner. The result ofthis study showed that all of 703 samples had tooth loss, 29,26% with 1-10 tooth loss, 28,0% with 11-20 toothloss, more than 20 teeth (42.1%), and edentulous 0,7%. Only 1 % of the samples used denture. In conclusion,knowledge of community related oral and dental health and the importance of substituting tooth loss withdenture is very limited or low.
TEKNIK PENCETAKAN CLOSED TRAY UNTUK PEMBUATAN SUPRA STRUKTUR GIGI TIRUAN IMPLAN TUNGGAL PADA GIGI MOLAR RAHANG BAWAH: CLOSED TRAY IMPRESSION TECHNIQUE FOR MANUFACTURING SUPER STRUCTURES OF A SINGLE TOOTH IMPLANT IN MANDIBULAR MOLAR Elizabeth Mailoa; Peter Rovani; Edy Machmud
Dentika: Dental Journal Vol. 18 No. 1 (2014): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.457 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v18i1.2007

Abstract

Gigi tiruan implan merupakan salah satu restorasi yang dapat digunakan untuk menggantikan kehilangan satu ataubeberapa gigi yang hilang dengan pembuatan restorasi cekat, atau pada pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengandistal extension maupun pada gigi tiruan penuh. Faktor yang paling penting pada pembuatan gigi tiruan implan baikuntuk kondisi kehilangan sebagian maupun seluruh gigi adalah pemahaman operator tentang tahap prostetik yangdibutuhkan untuk melengkapi seluruh perawatan gigi tiruan implan. Prosedur pencetakan pada gigi tiruan implanmembutuhkan keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan prosedur pencetakan pada gigi alami. Ada dua teknikpencetakan yang umumnya digunakan pada prosedur pencetakan untuk pembuatan supra struktur dari gigi tiruan implanyaitu closed tray dan opened tray technique. Pada laporan kasus ini akan dijelaskan prosedur pencetakan dengan teknikclosed tray pada pembuatan gigi tiruan implan tunggal. Prosedur pencetakan yang dilakukan menggunakan transfercoping (ball-top screw), kemudian prosedur pencetakan menggunakan custom tray dan dilakukan pencetakan denganbahan cetak elastomer tipe putty dan tipe injeksi di sekitar implan. Setelah bahan cetak mengeras, ball-top screw danimplant abutment dilepas dengan hati-hati dari mulut pasien. Pada hasil cetakan, dimasukkan abutment analog padaposisi abutment. Hasil cetakan dikirim ke laboratorium teknik gigi untuk penyelesaian. Sebagai kesimpulan, teknikpencetakan yang baik merupakan dasar pembuatan gigi tiruan implan yang tepat.
Efek Penyemprotan Disinfektan Kelopak Bunga Rosella Pada Cetakan Rahang Terhadap Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Edy Machmud
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2017): Jurnal Panrita Abdi - April 2017
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.479 KB) | DOI: 10.20956/pa.v1i1.2308

Abstract

Tujuan pembuatan gigi tiruan dalam bidang prostodonsia yaitu untuk memperbaiki estetika, fungsi mastikasi, fungsi fonetik serta melindungi jaringan pendukung di bawah gigi tiruan. Pada pembuatan gigi tiruan terkadang tidak berhasil atau berfungsi dengan baik, dapat diketahui dari adanya keluhan-keluhan pasien diantaranya yaitu gigi tiruan yang longgar, adanya rasa sakit akibat luka pada mukosa mulut dibawahnya, kesalahan oklusi dan adanya basis gigi tiruan yang mengalami fraktur. Penelitian eksperimental labolatorium ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin untuk proses pembuatan larutan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) 10%. Penelitian dilakukan di Laboratorium Dental Material Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin untuk melakukan proses pencetakan dan pengukuran model master. Rancangan penelitian yaitu the pre and post test-only control design.
Desain implan khusus untuk pasien dengan kelainan parafungsi (bruxism) A specific implant design for parafunctional patients (bruxism) Rustan Ambo Asse; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.614 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v6i3.37

Abstract

Bruxism (bruksisme) adalah suatu kelainan parafungsi yang terjadi pada seseorang yaitu sering menggeretukkan giginya terutama pada malam hari sewaktu tidur. Tanda khas pada orang yang menderita bruxism adalah abrasi mahkota gigi alaminya, oleh karena tekanan oklusal yang diberikan pada permukaan oklusal gigi saat menggeretuk/menggerus. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana seandainya seseorang dengan kondisi bruxism ingin dibuatkan restorasi implan. Apakah ada desain khusus agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan dalam perawatan. Oleh karena itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran dan informasi tentang desain implan khusus untuk pasien dengan kelainan bruxism (parafungsi). Kesimpulan: Bruxism adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan bagi pasien yang ingin dibuatkan restorasi implan, oleh karena itu perlu desain implan khusus agar perawatan menjadi optimal.
Penggunaan overdenture sebagai alternatif perawatan pada pasien edentulus parsialis Erwin Sutono; Mardi S. Arief; Adriana Djuhais; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.975 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.48

Abstract

Seiring bertambahnya usia semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigitiruan. Jika seseorang kehilangan satu atau lebih giginya, maka ia akan mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti mengunyah, berbicara serta dapat pula mempengaruhi penampilannya. Pasien yang mengalami kehilangan gigi sebagian membutuhkan suatu perawatan rehabilitasi prostetik meliputi pembuatan gigitiruan. Namun pemakai gigitiruan, utamanya jenis gigitiruan akrilik konvensional, sering melaporkan ketidaknyamanan, kurangnya retensi dan stabilitas sehingga sulit menggunakan gigitiruan, utamanya gigitiruan sebagian rahang bawah. Oleh karena itu saat ini berkembang suatu jenis gigitiruan overdenture sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi. Saat ini penggunaan overdenture telah banyak digunakan oleh dokter gigi dan memiliki banyak pilihan jenis alat bantu retensi yang dapat diaplikasikan pada overdenture, antara lain menggunakan clip yang dipasang pada gigitiruan dengan interconecting bar, penggunaan O-ring yang dilekatkan pada gigitiruan overdenture yang menggunakan retensi ball attachment, dan alat bantu retensi terbaru yang saat ini sering digunakan yaitu dengan penggunaan magnit. Overdenture didesain untuk mendistribusikan beban pengunyahan diantara lingir edentulus dan gigi penyangga. Overdenture dapat meneruskan gaya oklusal menuju tulang alveolar dengan melewati ligamen periodontal ke otot mastikasi, dapat mencegah kelebihan beban oklusal sehingga dapat mengurangi resorpsi tulang akibat kelebihan gaya. Gigitiruan overdenture secara bermakna dapat memberikan kepuasan, kenyamanan, stabilitas dan kemampuan mengunyah yang lebih baik dibandingkan dengan gigitiruan konvensional. Rehabilitasi den gan penggunaan gigitiruan overdenture pada rahang bawah yang tak bergigi menghasilkan perbaikan yang signifikan dibandingkan dengan gigitiruan konvensional.
Nasoalveolar moulding pra pembedahan pada penderita celah bibir dan langit-langit Abdullah Mugan Maruapey; Amie .; Irfany .; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.709 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i5.78

Abstract

Perawatan bayi dengan celah bibir dan langit-langit (CBL) dilakukan sejak tahun 1950 dengan tujuan untuk melakukan koreksi terhadap cacat tersebut. Nasoalveolar moulding (NAM) hadir untuk mengubah paradigma dari metode konvensional perawatan bayi CBL. Pada metode konvensional terdapat masalah, yaitu kegagalan mengoreksi deformitas kartilago hidung pada penderita CBL unilateral dan bilateral serta defisiensi jaringan kolumela pada bayi dengan celah bibir bilateral. Piranti NAM dibuat dari kawat dan akrilik yang dilekatkan pada feeding plate. Piranti ini dipakai untuk menuntun kartilago hidung, premaksila, dan tulang alveolar pada pertumbuhan dan posisi yang normal pada periode neonatal. Efek penggunaan NAM sebelum dilakukan pembedahan adalah mengurangi tingkat keparahan deformitas oronasal. Teknik NAM memiliki kelebihan mengoreksi kartilago hidung yang immature dan mempertahankan pada posisi yang normal. NAM bertujuan memperpanjang kolumela CBL bilateral sesuai prinsip-prinsip ekspansi jaringan, dengan cara memperpanjang nasal stent dan aplikasi gaya-gaya yang diberikan pada bibir dan hidung. Penggunaan teknik NAM mengurangi surgical scar jika dibandingkan dengan rekonstruksi kolumela konvensional, mengurangi biaya pembedahan dan menjadi standar perawatan pada pusat pelayanan CBL.
Metode pencetakan minimally displacive impression untuk gigitiruan penuh pada pasien epulis fisuratum Asmah Fahmi Rasyid; Cencen T. Yanto; Herawati .; Edy Machmud; Ike Damayanti Habar
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.456 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i6.83

Abstract

Retensi dan stabilitas gigitiruan penuh dapat diperoleh dengan memperhatikan keadaan anatomi dan fisiologis rongga mulut. Pada kondisi pasien dengan epulis fisuratum akibat pemakaian gigitiruan yang longgar dan tidak stabil, maka retensi dan stabilitas gigitiruan penuh menjadi masalah yang harus ditangani secara tepat. Metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan pencetakan minimally displacive. Pada laporan kasus ini akan dibahas pembuatan gigitiruan penuh pada pasi en epulis fisuratum dengan menggunakan metode pencetakan minimally displacive impression yang bertujuan untuk mencetak daerah pendukung gigitiruan tanpa memberikan tekanan pada mukosa. Studi kasus dilakukan pada pasien dengan epulis fisuratum. Hasil anamnesis menunjukkan pasien pernah menggunakan gigitiruan penuh rahang atas tapi longgar dan patah, sedangkan rahang bawah belum pernah sama sekali. Pada pemeriksaan klinis memperlihatkan denture induced epulis hyperplasia rahang atas dan lingir datar rahang bawah. Pasien menginginkan gigitiruan penuh rahang atas dan bawah serta tidak ada tindakan bedah. Setelah pembuatan gigitiruan yang baru, pasien puas dan dapat mengatasi ketidaknyamanannya dengan gigitiruan sebelumnya. Pasien dapat mengunyah dengan baik dan merasa estetik sudah lebih baik.
Teknik pencetakan abutment implan: sebuah tinjauan pustaka Evelyn Neos; Edy Machmud; Rifaat Nurrahma; Irfany .
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.631 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.116

Abstract

Implan gigi merupakan perawatan alternatif terbaik dalam mengembalikan fungsi mastikasi, estetik dan fonetik pada pasien dengan kehilangan sebagian atau seluruh giginya. Penggunaan implan gigi telah memperluas lingkup kedokteran gigi klinis, menciptakan pilihan perawatan tambahan untuk kasus-kasus kompleks dengan rehabilitasi fungsional yang terbatas. Implan gigi terdiri atas badan implan, healing cap, abutment dan mahkota. Oleh karena itu untuk mendapatkan mahkota yang memiliki adaptasi, akurasi dan efisiensi yang baik, dibutuhkan teknik pencetakan yang tepat. Terdapat dua teknik pencetakan dasar yang sering dilakukan, yaitu teknik open-tray dan teknik closed-tray. Pada teknik open-tray, coping transfer berada dalam cetakan dan tidak disekrup sebelum cetakan dikeluarkan dari dalam mulut. Sedangkan pada teknik closed-tray, coping transfer tertahan pada implan saat pelepasan cetakan dan harus direposisikan kembali pada hasil cetakan. Kedua teknik pencetakan ini memiliki indikasi dalam penggunaannya serta keuntungan dan kerugian masing-masing. Dengan demikian dengan teknik pencetakan yang tepat tentu saja dapat menjadi pondasi untuk proses rekontruksi prostetik yang baik serta merupakan faktor penting dalam perawatan restorasi implan.
Perawatan gangguan sendi temporomandibular: pertimbangan dalam bidang prostodontik Erwin Sutono; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.724 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i4.133

Abstract

Sendi temporomandibular merupakan sendi yang menghubungkan tulang temporal dan mandibula serta menghasilkan pergerakan seperti engsel. Otot mastikasi yang menghubungkan rahang bawah dengan tulang tengkorak dapat menggerakkan rahang ke depan, samping, membuka dan menutup. Sendi ini bekerja dengan baik jika rahang bawah dan sendi bergerak bersamaan. TMJ merupakan salah satu sendi paling kompleks dalam tubuh. Sendi ini dapat melakukan gerakan menggantung dalam satu bidang sehingga dapat digolongkan sebagai sendi ginglymoid. Akan tetapi, sendi ini dapat pula melakukan gerakan meluncur sehingga dapat pula diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial. Oleh karena itu, secara teknis, sendi ini dapat disebut sebagai sendi ginglymoarthrodial. Pergerakan mandibular terjadi sebagai suatu kesatuan yang kompleks dari keterhubungan tiga dimensi aktivitas rotasi dan translasi. Gangguan sendi temporomandibular dapat terjadi ketika rahang berputar sewaktu melakukan gerakan membuka, menutup, atau gerakan ke samping. Pergerakan ini mempengaruhi sendi rahang dan otot pengunyahan. Istilah gangguan sendi temporomandibular seringkali diartikan sebagai kumpulan beberapa gangguan klinis yang mempengaruhi sistem mastikasi dan stomatognatik. Sejumlah cara dapat digunakan untuk membantu dalam penanganan gangguan sendi temporomandibular. Dalam makalah ini akan dibahas tentang pertimbangan pemilihan perawatan yang dapat dipakai pada kasus gangguan sendi temporomandibular khususnya dari segi prostodontik.
Teknik pencetakan lingir datar dan pencetakan jaringan flabby menurut metode Kawabe: tinjauan pustaka Myra M. Nurtani; Edy Machmud; Mardi S. Arief
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 5 (2013): Vol 2 No 5 Oktober 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.324 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i5.144

Abstract

Resorbsi tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada penderita edentulous, baik pada rahang bawah maupun rahang atas. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi secara fisiologik dan patologik. Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan lingir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby. Pada kasus flabby memerlukan modifikasi yang cukup sederhana pada desain sendok cetak yang memungkinkan operator untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang cukup pada landasan gigitiruan yang berlawanan dengan gaya tilting yang meningkat akibat jaringan yang mudah bergerak ini. Teknik pencetakan yang digunakan adalah teknik pencetakan Kawabe yang terbagi dalam 2 tahap, yaitu pencetakan pendahuluan dibuat dengan menggunakan teknik yang bersifat mukostatis atau non pressure impression dan pada pencetakan fisiologis ini menggunakan teknik selective pressure impression. Pasien dengan lingir datar, kecil kemungkinannya untuk retensi dan stabilitas pada gigitiruan penuh. Perlekatan otot terletak dekat dengan puncak lingir dan menyebabkan efek melepaskan yang sangat besar pada gigitiruan. Dengan alasan ini, batas pergerakan otot dan ruang gigitiruan dapat diperluas tanpa melepaskan gigitiruan harus tercatat dengan akurat pada cetakan. Pencetakan seperti ini bisa didapatkan dari teknik pencetakan dinamik dan teknik pencetakan sublingual. Pencetakan pada kasus lingir datar dan kasus jaringan flabby membutuhkan teknik pencetakan modifikasi.