Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

POTENSI WISATA KAMPUNG ADAT TUTUBHADA DESA RENDU TUTUBHADA KECAMATAN AESESA SELATAN KABUPATEN NAGEKEO Saddam, Saddam; Maemunah, Maemunah; Palahuddin, Palahuddin; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Rahmandari, Ismi Arifiana
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 6, No 2 (2021): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v6i2.7827

Abstract

Abstrak: Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan alam dan juga keanekaragaman budaya serta adat istiadat seperti provinsi lain di Indonesia. Keanekaragaman tersebut diantaranya adalah keanekaragaman budaya, alam, kuliner serta peninggalan-peninggalan sejarah yang sangat kental dengan adat serta tradisi-tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat hingga saat ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di Kampung Adat Tutubhada Desa Rendu Tutubhada Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi, di sini peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kampung adat Tutubhada memiliki potensi wisata seperti, bangunan rumah adat yang masih asli, benda-benda peninggalan sejarah disetiap rumah adat dikampung adat Tutubhada, serta mempunyai ritual-ritual adat serta atrakasi-atraksi, seperti, tinju adat, tarian, potong kerbau, dan masih banyak lagi, serta hasil karya kerajinan tangan masyarakat Tutubhada yang mempunyai daya tarik wisata. Kampung Adat Tutubhada memiliki potensi wisata kebudayaan berupa bangunan megalitikum yang masih asli.Abstract: East Nusa Tenggara has natural wealth and also cultural diversity and customs like other provinces in Indonesia. This diversity includes cultural, natural, culinary, and historical relics that are very thick with customs and traditions that are still run by the community to this day. The research method used is qualitative descriptive. The research was conducted in Kampung Adat Tutubhada Rendu Tutubhada Village, South Aesesa District of Nagekeo Regency. The data sources used are primary and secondary. Data collection techniques use observation, interviews, and documentation, here researchers act as key instruments. Data analysis is carried out through three stages, namely data reduction, data presentation, and verification. The results showed that the traditional village of Tutubhada has tourism potential such as, traditional house buildings that are still original, historical relics in every traditional house in the Tutubhada traditional village, and has traditional rituals and attractions, such as, customary boxing, dance, buffalo cutting, and many more, as well as the handicrafts of the Tutubhada people who have tourist attractions. Kampung Adat Tutubhada has the potential of cultural tourism in the form of megalithic buildings that are still original.
TRADISI DAN ADAT-ISTIADAT MASYARAKAT SUKU KORE KECAMATAN SANGGAR KABUPATEN BIMA Saddam, Saddam; Bidaya, Jaini; Isnaini, Isnaini; Supratman, Supratman; Sri Wahyuni, Dian Eka Mayasari; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Rahmandari, Ismi Arifiana
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 7, No 2 (2022): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v7i2.9676

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis tradisi dan adat-istiadat masyarakat asli Kore di tengah masyarakat Suku Mbojo. Penelitian ini menggunakan pendekatan dan desain entografi dalam metode penelitian kualitatif. Fenomena khas yang akan diteliti hanya ada di Suku Kore. Teknik Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi. Data akan dianalisis menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi dan adat-istiadat masyarakat asli Kore masih dipertahankan sampai sekarang, terdapat unsur budaya benda dan unsur budaya tak benda. Unsur budaya benda diantaranya peninggal berupa Uma Raja (rumah kerajaan) yang menjadi kediaman keturunan asli Kore, benteng, makam kono, makan kerajaan, bendera kerjaan Sanggar, dan tempat-tempat pemujaan yang dianggap sakral. Unsur budaya tak benda berupa bahasa Kore, Legenda La Hami Kore, Hikayat Dae La Minga, atraksi berupa Mpa'a Kapodo, Mpa'a Sampari, Mpa'a Gantao, Buja kadanda, music berupa Hadrah Rebana, biola gambo. Lagu: Inde ndua, Waro, Wala-wala, Manu Vinem Taloko, rangko, Janga Ile, cake, gele, tarian berupa Tari Inde Ndua, Tari Cake-cake, Tari Toja, dan Tari Wura Bongi Monca. Tradisi sosial yang ada pada Suku Kore adalah Ngaha Dana, Salunga oha, Pacoa Jara, Nggalo, dan Ngguda. Upacara Ritual berupa upacara ufi untuk pengobatan sakit tertentu, tolak bala, dan ndewa (tarian tradisional) untuk minta hujan, cari orang hilang, dal lain-lain.Abstract: The purpose of this study is to identify and analyze the traditions and customs of the indigenous Kore people in the Mbojo Tribe community. This research uses an ethnography approach and design in qualitative research methods. The typical phenomenon to be studied exists only in the Kore Tribe. Data collection techniques use observation, interviews, and documentation. The validity of the data using triangulation. The data will be analyzed using Miles and Huberman's interactive model. The results showed that the traditions and customs of the indigenous Kore people are still maintained today, there are elements of material culture and elements of intangible culture. Cultural elements of objects include the death of the Uma Raja (royal house) which is the residence of the original descendants of Kore, fortifications, kono tombs, royal meals, sanggar work flags, and places of worship that are considered sacred. Intangible cultural elements in the form of Kore language, Legend of La Hami Kore, Hikayat Dae La Minga, attractions in the form of Mpa'a Kapodo, Mpa'a Sampari, Mpa'a Gantao, Buja kadanda, music in the form of Hadrah Tambourine, violin gambo. Songs: Inde ndua, Waro, Wala-wala, Manu Vinem Taloko, rangko, Janga Ile, cake, gele, dance in the form of Inde Ndua Dance, Cake-cake Dance, Toja Dance, and Wura Bongi Monca Dance. The social traditions that exist in the Kore Tribe are Ngaha Dana, Salunga oha, Pacoa Jara, Nggalo, and Ngguda. Ritual Ceremonies in the form of ufi ceremonies for the treatment of certain illnesses, tolak bala, and ndewa (traditional dances) to ask for rain, search for missing persons, dal others.
PERBANDINGAN SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA DARI MASYARAKAT MAJEMUK KE MASYARAKAT MULTIKULTURAL Saddam, Saddam; Mubin, Ilmiawan; Mayasari S.W., Dian Eka; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Rahmandari, Ismi Arifiana; Risdiana, Risdiana
Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2020): DECEMBER
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/historis.v5i2.3424

Abstract

Abstrak: Tujuan penulisan menyajikan konsep ke-Indonesia-an secara menyeluruh sejak sebelum merdeka hingga setelah kemerdekaan. Mengkaji sistem sosial budaya Indonesia zaman penjajahan Belanda dan setelah kemerdekaan dari konsep masyarakat mejemuk dan masyarakat multikultural. Penelitian ini menggunakan library research. Data dikumpulkan menggunakan dokumentasi berupa buku, makalah, artikel, dan jurnal relevan. Analisis data menggunakan content analysis, untuk mendapatkan infensi valid dan dapat diteliti kembali berdasarkan konteksnya. Pengecekan antar pustaka dan membaca kembali pustaka dilakukan guna menjaga keaslian dan kesalahan hasil kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa penjajahan Belanda selalu diupayakan memperkuat dan membentuk lagi masyarakat Indonesia berdasarkan habituasi masing-masing antar suku, budaya, agama, dan adat-istiadat. Belanda menggunakan potensi yang ada dalam masyarakat untuk memperkuat maksud tertentu, hingga mengarahkan masyarakat Indonesia memperkuat kemajemukan. Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang hidup secara berkelompok secara terpisah berdasarkan suku, agama, ras dan kelas sosial dengan corak khas tertentu. Rasialis menjadi hal yang dilestarikan dalam masyarakat majemuk secara mendasar. Masyarakat multikultural adalah suatu kondisi masyarakat majemuk yang telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan dalam masyarakat, dengan banyaknya diferensiasi sosial masyarakat tercipta suatu keharmonisan, saling menghargai, kesederajatan dan mempunyai kesadaran tanggungjawab sebagai satu kesatuan.Abstract: The purpose of writing presents the concept of Indonesia as a whole from before independence until after independence. Reviewing the Indonesian socio-cultural system during the Dutch colonial era and after independence from the concept of a rich society and multicultural society. This study uses library research. Data is collected using documentation in the form of books, papers, articles, and relevant journals. Data analysis uses content analysis, to obtain valid inferences and can be re-examined based on the context. Checking between libraries and rereading libraries is done to maintain the authenticity and errors of the study results. The results showed that during the Dutch colonial period was always sought to strengthen and reshape Indonesian society based on their respective habituation between tribes, cultures, religions, and customs. The Dutch used the potential in society to strengthen certain intentions, to direct the Indonesian people to strengthen diversity. Compound society is a society that lives in groups separately based on ethnicity, religion, race, and social class with a certain distinctive pattern. Racists are fundamentally preserved in compound society. A multicultural society is a condition of compound society that has been achieved a regularity and harmony in society, with much social differentiation of the community created a harmony, mutual respect, equality and awareness of responsibility as a whole.
HABITUASI NILAI-NILAI ETNO-DIGITAL ETHIC UNTUK PENGUATAN ETIKA KOMUNIKASI DIGITAL DAN SOCIAL TRUST MAHASISWA Maemunah, Maemunah; Saddam, Saddam; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Suryantara, I Made Putra; Rahmandari, Ismi Arifiana; Mariaseh, Ni Wayan; Wahab, Abdul
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 7, No 4 (2024): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v7i4.28368

Abstract

Abstrak: Workshop bertujuan merancang nilai-nilai etika digital berbasis budaya lokal yang dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan kampus. Kegiatan ini melibatkan 20 peserta, terdiri dari 10 mahasiswa dan 10 dosen dari lima perguruan tinggi swasta di Kota Mataram. Metode pelaksanaan mencakup pengantar teori, diskusi kelompok, analisis studi kasus, serta simulasi implementasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta mampu merumuskan nilai-nilai inti seperti sopan santun, gotong royong, kejujuran, dan tanggung jawab dalam komunikasi digital. Selain itu, strategi implementasi yang diusulkan mencakup pelatihan etika digital, pembentukan kode etik komunikasi kampus, dan promosi nilai-nilai etika melalui media sosial. Evaluasi menunjukkan tingkat kepuasan peserta yang tinggi, dengan mayoritas merasa siap untuk mengadopsi hasil workshop dalam kehidupan kampus. Pembahasan mendalami relevansi nilai-nilai lokal dengan tantangan komunikasi digital saat ini, mengacu pada teori etika digital dan budaya lokal. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan mahasiswa dan dosen terbukti efektif dalam merancang nilai-nilai yang aplikatif. Namun, keberhasilan jangka panjang membutuhkan komitmen institusi untuk monitoring, evaluasi, dan keberlanjutan implementasi. Nilai-nilai etno-digital ethics memiliki potensi besar untuk membangun komunikasi digital yang lebih etis dan memperkuat kepercayaan sosial di lingkungan kampus. Diperlukan langkah strategis dan dukungan berkelanjutan untuk memastikan implementasi nilai-nilai ini.Abstract: The workshop aims to design digital ethical values based on local culture that can be integrated into campus life. This activity involved 20 participants, 10 students, and 10 lecturers from five private universities in Mataram City. The implementation method includes an introduction to theory, group discussion, case study analysis, and implementation simulation. The results of the activity showed that participants were able to formulate core values such as good manners, cooperation, honesty, and responsibility in digital communication. In addition, the proposed implementation strategy includes digital ethics training, the establishment of a campus communication code of ethics, and the promotion of ethical values through social media. The evaluation showed a high level of participant satisfaction, with the majority feeling ready to adopt the workshop results in campus life. The discussion explored the relevance of local values to the current challenges of digital communication, referring to the theory of digital ethics and local culture. A collaborative approach involving students and lecturers has proven effective in designing applied values. However, long-term success requires institutional commitment to monitoring, evaluation, and implementation sustainability. The conclusion is that the values of ethno-digital ethics have great potential to build more ethical digital communication and strengthen social trust in the campus environment. Strategic steps and ongoing support are needed to ensure the implementation of these values.
IDENTIFIKASI PARASIT YANG MENYERANG IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Sumahiradewi, Luh Gede; Winasari, Hesti; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Hamid; Nufus, Chairun
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 22 No 2 (2024): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v22i2.4765

Abstract

Goldfish (Carassius auratus) is one of the most popular ornamental fish and is in great demand by the public. In addition, this fish is easy to cultivate and has high economic value. One of the challenges faced by cultivators is quality loss caused by parasitic attacks. This study aims to determine the type, prevalence and intensity of parasites that attack goldfish so that appropriate countermeasures against parasitic attack Luh Gede Sumahiradewi s can be identified. This study uses a survey method. The primary data collected included length and weight of fish, type and number of parasites, and water quality (temperature, pH, DO and ammonia). Goldfish taken from three cultivation locations in West Lombok Regency (Langko Village, Duman and Embungpas) obtained 15 samples. The results showed that five types of parasites were found attacking goldfish samples, namely Argulus sp., Trichodina sp., Chillodonella sp., Gyrodactylus sp. and Dactylogyrus sp. The parasite prevalence rates obtained ranged from 40 – 100% with the general to always category. The parasite intensity values obtained ranged from 2 – 31 individuals/head with low to moderate categories. As for the water quality parameters during the study, temperature ranged from 21 – 23 oC, pH ranged from 6 – 7, DO 5 – 8 mg/L and ammonia 0.01 mg/L.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA TANAMAN EDAMAME DAN KAKTUS DI PUSAT PERTANIAN TERINTEGRASI “SATNITE” Sri Wahyuni, Dian Eka Mayasari; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Saddam, Saddam
JCES (Journal of Character Education Society) Vol 5, No 3 (2022): Juli
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jces.v5i3.9696

Abstract

Abstrak: Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah memperkenalkan dan mempraktekkan teknik budidaya tanaman holtikultura kepada masyarakat desa Saribaye. Jenis tanaman holtikultura yang dimaksud yaitu edamame (kedelai Jepang), Kaktus dan sukulen melalui pemberdayaan masyarakat di pusat pertanian terintegrasi “Satnite”. Metode pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan melalui tiga tahapan: (1) Observasi untuk melihat kondisi awal mitra akan kebutuhan dan potensi yang ada, (2) Sosialisasi dan pelatihan budidaya tanaman, (3) Pendampingan dan evaluasi kegiatan sejauh mana mereka memperoleh manfaat dari program yang dijalankan. Hasil kegiatan ini meningkatkan kapasitas pengetahuan mitra tentang budidaya tanaman edamame dan kaktus dapat menjadi alternatif bagi mereka untuk memperoleh manfaat secara ekonomi sebagai sumber tambahan penghasilan dan inovasi produk hasil tani masyarakat desa Saribaye.Abstract:  The purpose of this service activity is to introduce and practice horticultural plant cultivation techniques to the Saribaye village community. The types of horticultural crops in question are edamame (Japanese soybeans), cacti and succulents through community empowerment in the integrated agricultural center "Satnite". This community service method is carried out through three stages: (1) Observation to see the initial conditions of partners regarding existing needs and potentials, (2) Socialization and training on plant cultivation, (3) Assistance and evaluation of activities to what extent they benefit from the program. run. The results of this activity increase the knowledge capacity of partners about edamame and cactus cultivation, which can be an alternative for them to obtain economic benefits as an additional source of income and innovation of agricultural products from the Saribaye village community.
Pendampingan terhadap Kelompok Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (POKLAHSAR) di Dusun Kuranji Bangsal Sumahiradewi, Luh Gede; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Sukmarin, Lalu Achmad Tantilar Wangsajati; Rahmawati, Aryani
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 9, No 3 (2025): May
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v9i3.29920

Abstract

Abstrak Kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (POKLAHSAR) di Dusun Kuranji Bangsal adalah kelompok usaha ibu – ibu atau istri nelayan yang melakukan pengolahan terhadap hasil perikanan yang didapatkan dari hasil tangkapan nelayan. Hasil tangkapan berupa Ikan teri yang selama ini hanya diolah dengan cara pemindangan dan dujual langsung. Kegiatan pendampingan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kelompok pengolahan mengenai pentingnya diversifikasi olahan ikan teri menjadi stik ikan yang memiliki ketahanan, gizi dan nilai jual yang lebih baik. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu dengan observasi, penyuluhan, demonstrasi, dan evaluasi. Hasil dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu mampu mengolah stik ikan teri secara madiri serta kepuasan terhadap kegiatan yang dilakukan sebesar 98%. Kata kunci: ikan teri; stik ikan; diversifikasi Abstract The Fishery Products Processing and Marketing Group (POKLAHSAR) in Dusun Kuranji Bangsal is a women's business group consisting of fishermen’s wives who process the fishery products obtained from local catches. One of the main catches, anchovies, has traditionally only been processed through boiling and sold directly. This community service activity aims to provide knowledge and skills to the processing group regarding diversifying anchovy-based products by turning them into fish sticks, which offer better shelf life, nutritional value, and marketability. The implementation methods used in this activity include observation, counseling, demonstration, and evaluation. The results of the program showed that the group is now capable of independently producing anchovy sticks, with a satisfaction rate of 98% among participants. Keywords: anchovies; fish sticks; diversification
Pendampingan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi tenaga surya (API- GaYa) sebagai upaya peningkatan kesejahteraan daerah pesisir di Pulau Lombok Sulystyaningsih, Naning Dwi; Sukmari, Lalu Achmad Tan Tilar Wangsajati; Sumahiradewi, Luh Gede
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 3 (2024): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i3.26243

Abstract

Abstrak Masyarakat pesisir Kuranji Bangsal, memiliki hasil tangkapan ikan yang melimpah, terutama jenis ikan pelagis. Biasanya masyarakat menjadikan hasil tangkapan sebagai produk perikanan olahan kering seperti ikan kering. Metode pengeringanyang digunakan masih menggunakan teknik tradisional dengan diletakkan di atas jaring ikan, tikar, lantai semen, atau anyaman bambu dan dijemur di bawah sinar matahari. Metode ini kurang higienis dan menyebabkan penurunan berat produk kering karena tertelan oleh serangga, burung, kucing, dan hewan lainnya. Tujuan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah untuk membantu nelayan meningkatkan kesejahteraan dalam memanfaatkan SumberDaya Ikan menggunakan teknologi sederhana, murah, dan ramah lingkungan secara higienis dan berkelanjutan serta melihat hasil performa dari Alat Pengering Ikan Tenaga Surya (API-GaYa). Kegiatan ini sudah melewati Uji Coba dengan dua tahap, tahap pertama pembuatan API-GaYa skala kecil, tahap kedua Uji coba pengeringan Ikan menggunakan alat tersebut. Penggunaan API-GaYa terbukti efektif dalam mengeringkan ikan, menghasilkan ikan kering dengan kadar air yang rendah dan kualitas yang terjaga. Proses pengeringan menunjukkan penyusutan berat yang signifikan, dengan ikan selar mengalami penurunan berat sebesar 82,1% dan ikan lemuru sebesar 72%. API-GaYa dirancang untuk memastikan proses pengeringan yang higienis dan berkelanjutan, menggunakan tenaga surya sebagai sumber energi utama. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa penggunaan API-GaYa membawa dampak positif bagi masyarakat pesisir, meningkatkan produktivitas dan kualitas produk perikanan, serta kesejahteraan ekonomi nelayan. Untuk memastikan keberlanjutan penggunaan API-GaYa, disarankan adanya pelatihan berkelanjutan bagi nelayan, pengembangan teknologi lebih lanjut, dukungan dari pemerintah dan swasta, diversifikasi produk perikanan, serta peningkatan upaya promosi dan pemasaran. Kata kunci:: API-GaYa; ikan asin; rendemen; tepat guna; SDI Abstract The coastal community of Kuranji Bangsal has abundant fish catches, especially pelagic fish. Typically, the community processes their catches into dried fish products. The drying methods used are still traditional, involving placing fish on nets, mats, cement floors, or bamboo weaves and sun-drying them. This method is less hygienic and leads to weight loss of the dried products due to insects, birds, cats, and other animals. The aim of this Community Service (PKM) activity is to help fishermen improve their welfare by utilizing fish resources using simple, inexpensive, and environmentally friendly technology in a hygienic and sustainable manner, as well as to evaluate the performance of the Solar Fish Dryer (API-GaYa). This activity has gone through two stages of trials: the first stage involved the creation of a small-scale API-GaYa, and the second stage involved the trial of drying fish using this tool. The use of API-GaYa has proven to be effective in drying fish, producing dried fish with low moisture content and maintained quality. The drying process shows significant weight reduction, with selar fish experiencing a weight loss of 82.1% and lemuru fish 72%. API-GaYa is designed to ensure a hygienic and sustainable drying process, using solar energy as the primary energy source. The results of this activity indicate that the use of API-GaYa has a positive impact on the coastal community, increasing productivity and quality of fishery products, as well as the economic welfare of fishermen. To ensure the sustainability of API-GaYa usage, it is recommended to have continuous training for fishermen, further technological development, support from the government and private sector, diversification of fishery products, and increased efforts in promotion and marketing. Keywords: API-GaYa; dried fish; yield; appropriate technology; fish resources (SDI)
PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PAKAN IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN KARDINAL BANGGAI (Pterapogon kauderni) Saruni; Sulystyaningsih, Naning Dwi; Hamid; Muahiddah, Nuri; Al Furkan; Sumahiradewi, Luh Gede; Soraya, Indah
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 22 No 1 (2024): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v22i1.4399

Abstract

The Banggai Cardinal Fish (BCF) is a type of fish endemic to Indonesia whose distribution is very limited. This fish lives in shallow waters in the Banggai Islands (Central Sulawesi), especially in Banggai Laut Regency and Banggai Islands Regency. The purpose of this study was to find the optimal dose of trash fish feed for the growth of Cardinal Banggai (Petrapogon kauderni). This study used a completely randomized design (CRD) with a total of 4 treatments, namely P0 (0%, as control), P1 (5% trash fish feed), P2 (10% trash fish feed), P3 (15% trash fish feed), with replicated 3 times in each treatment. The data collected is primary data in the form of weight and length data, survival, feed conversion ratio, and water quality (temperature, salinity, pH, DO, ammonia). Based on research results, the best growth in weight and length is in the range of 10-15%, namely with a weight value of 0.003 grams/day and a length of 0.008 cm/day. The highest specific growth rate was P3 of 0.009%/day and the survival rate reached 70%. The lowest (best) average value of feed conversion ratio was at P2 at 0.49. While the quality of the water during the study was still in the optimal range for the proud cardinal fish, namely temperature 28-29 oC, salinity 30 ppt, pH 7.2—8.2, DO 4.0 mg/l, and ammonia 0.1 mg/l.