Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Perilaku Pengendara Sepeda Motor Dengan Satu Penumpang dan Lebih dari Satu Penumpang Studi Kasus Pada Mahasiswa di Enam Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Ruthfianiwaty - Ruthfianiwaty; Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 19, No 2 (2020)
Publisher : Dian Nuswantoro Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/visikes.v19i2.3833

Abstract

Riding motorcycle with more than one passenger is a behavior that violates Law Number 22 of 2009 article 106 paragraph 9 and can increase the risk of accidents. Based on the results of a preliminary study of 15 students 10 of them claimed the reason for carrying more than one passenger was because the motorcycle was insufficient and had never received a ban from the security guards.This study uses a qualitative method which aims to describe the behavior between riders with one passenger and riders with more than one passenger reviewed using the theory of planned behavior. Informants were selected by purposive sampling method with a total of 16 informants. Data were collected by using in-depth interviews and observations.Theattitude aspect show that the riders belief that carrying more than one passenger have more disadvantages. In the aspect of subjective norms, riders perceive social pressures obtained from surrounding communities and friends. On the aspects of perceptions of behavioral control that influented the most are the factors that facilitate and inhibit which was the availability of motorcycles.. Riders have a tendency to carry one passenger for fear of being seen as negative, discomfort, and if the motorcycle is sufficient, while riders with more than one passenger behave accordingly if there is a lack of a motorcycle and only for a close distant.Keyword: Carrying more than one passanger, Theory of Planned Behavior, Undergraduate student
FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN STRES KERJA PADA PEKERJA (ABK) KAPAL PENGANGKUT LNG DI PT. X Irenia Tennovia Yulius; Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY JOURNAL Vol 1, No 2 (2021): EOHSJ
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/eohjs.1.2.169-190

Abstract

Pekerjaan sebagai pelaut (Anak Buah Kapal) merupakan pekerjaan yang berisiko menimbulkan stres kerja. Umumnya, pelaut (ABK) menghabiskan sekitar setengah dari setiap tahunnya bekerja dan tinggal jauh dari rumah di lingkungan kerja yang unik. Selain itu, kondisi internal di dalam kapal pun berbeda-beda serta berbagai latar belakang pekerja dapat menyebabkan kondisi stres kerja. Hasil studi awal dari 30 orang pelaut ABK LNG di PT. X diketahui 2 mengalami stress kerja sangat berat, 9 orang mengalami stress kerja berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan faktor-faktor determinan stres kerja di Kapal pengangkut LNG di PT. X.Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penentuan sampel menggunakan teknik total sampling berjumlah 71 orang. Data dikumpulkan menggunakan 3 kuesioner yaitu kuesioner Depression, Anxiety, Stress Scale 42 (DASS-42), HSE management standart indicator tools dan The Glazer-Stress Control Life-Style Questionnaire. Hasil penelitian menunjukan 53 orang (74,6%) mengalami keluhan stres kerja dan 18 orang (25,4%) sisanya tidak mengalami stres kerja. sementara itu dari 11 variabel independen yang diteliti, faktor kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial, peran, perubahan organisasi, faktor keluarga memilki Pvalue < 0,05 yang artinya terbukti memiliki hubungan terhadap stres kerja. sedangkan faktor lainnya tidak berhubungan. Saran bagi perusahaan diharapkan dapat menciptakan dan memfasilitasi dalam pembentukan komunitas konseling untuk pekerja (ABK) diatas kapal, sebagai sarana penampung keluhan terkait permasalahan sosial diatas kapal dan sarana pendekatan antar pekerja. Serta perusahaan dapat memfasilitasi pembentukan kegiatan olahraga/meditasi komunitas rutin pada tiap minggunya.---Work as a seafarers is a job that risks of work stress. Generally, seafarers spend around half of each year working and living away from home in a unique work environment. In addition, the internal conditions inside the vessel also vary and various backgrounds of workers can cause conditions of job stress. Based on the results of a preliminary study on 30 LNG vessels crew in PT. X, there are 2 workers have very heavy job stress, 9 workers have heavy job stress. This study aims to determine the description and relationship of job stress determinant factors on LNG vessels in PT. X.This study used a cross sectional design. Determination of samples using  total sampling with a total of 71 people. Data were collected using Depression, Anxiety, Stress Scale 42 (DASS-42), HSE management standard indicator tools and The Glazer-Stress Control Life-Style Questionnaire, and the author's modified questionnaire related to family factors.The results showed 53 people (74.6%) have job stress complaints and the remaining 18 (25.4%) didn’t experience job stress. Meanwhile from 11 independent variables studied, control at work, social support, role, organizational change, family factors have a Pvalue of <0.05, which means it has a relationship to job stress. while other factors are not related.Suggestions for companies are expected to be able to create and facilitate the establishment of counseling communities for workers (seafarers crew) on board, as a means of accommodating complaints related to social problems on board and means of approach between workers. And the company can facilitate the establishment of regular sports / community meditation activities on a weekly basis.
GAMBARAN IKLIM KESELAMATAN (SAFETY CLIMATE) PADA PEKERJA PROYEK KONSTRUKSI Sendya Martviyori; Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY JOURNAL Vol 2, No 2 (2022): EOHSJ
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/eohjs.2.2.235-250

Abstract

Berdasarkan studi pendahuluan pada 20 pekerja konstruksi diketahui keterlibatan dalam sistem K3, lingkungan kerja dan peraturan dan prosedur keselamatan kerja termasuk kategori kurang dan terdapat 31 kasus kecelakaan kerja. Oleh karena itu, upaya pelaksanaan keselamatan pekerja masih perlu ditingkatkan, guna meningkatkan iklim keselamatan di tempat kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan iklim keselamatan di Proyek Konstruksi Tamansari Iswara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Dilaksanakan pada bulan September-Desember 2018 dengan sampel penelitian sebanyak 127 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam  penelitian  ini  adalah total sampling dengan instrumen penelitian berupa kuesioner LSCAT. Hasil menunjukkan terdapat lima faktor dengan kategori kurang yaitu keselamatan sebagai kebutuhan utama (5,7); kebutuhan dan prioritas diri terhadap keselamatan (5,8); persepsi terhadap risiko (6,4); peraturan dan prosedur keselamatan kerja (6,3); dan lingkungan kerja (6,5). Sedangkan terdapat terdapat empat faktor kategori cukup baik yaitu keterlibatan dalam sistem K3 (6,7); dukungan lingkungan (6,9); komitmen manajemen (7,14); dan komunikasi (7,3). Saran untuk perusahaan adalah meningkatkan kedisplinan dalam pelaksanaan K3 di proyek, memberikan dorongan untuk seluruh pekerja agar terlibat aktif dalam melaporkan kondisi/perilaku tidak aman di area kerjanya.
Analisis Faktor Risiko Ergonomi terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Teller Bank Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 02 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.977 KB) | DOI: 10.33221/jikm.v7i02.107

Abstract

Teller bank merupakan kelompok kerja yang berisiko tinggi terhadap keluhan MSDs. Pola kerja mengakibatkan tingkat repetisi pada setiap task tinggi karena waktu setiap transaksi perbankan harus sesingkat mungkin. Penggunaan dan penempatan peralatan kerja lebih kompleks memperbesar risiko Teller bank terhadap keluhan MSDs dibandingkan pada unit kerja lain di bank. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko ergonomic terhadap keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja Teller bank. Penelitian ini adalah penelitian semikuantitatif dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Asessment (REBA) untuk melakukan penilaian risiko ergonomi terhadap 8 task Teller yang menjadi unit analisis penelitian. Untuk mendapatkan keluhan MSDs dilakukan pengisian kuesioner Nordic Body Map terhadap 17 orang Teller Bank di PT. X . Hasil penelitian menunjukkan bahwa task yang menjadi prioritas utama adalah task menyerahkan uang di akhir hari kepada supervisor, tetapi dari data keluhan MSDs dan data peralatan yang didapat prioritas task yang harus segera dilakukan perubahan adalah task menginput data dan task menghitung uang dengan mesin hitung. Berdasarkan analisis lebih lanjut, diketahui faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya keluhan MSDs, yaitu : postur statis, postur janggal yang didukung oleh layout yang tidak sesuai dengan standard, dan repetisi yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
Pengukuran Faktor Psikososial terhadap Stres Kerja Pada Penjahit Konveksi Home Industry Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 11 No 02 (2022): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v11i02.1084

Abstract

Stres kerja merupakan dampak dari proses kerja. Interaksi antara pekerja dengan alat dan lingkungan kerja menyebabkan pekerja harus beradaptasi, jika tidak sesuai dengan kapasitas kerja maka akan muncul penyesuaian secara negatif berupa stres kerja. Penjahit konveksi merupakan pekerja di bidang sektor informal yang memiliki risiko untuk mengalami stres kerja disebabkan aktivitas kerja yang menuntut ketelitian tinggi dan memiliki waktu kerja yang panjang mencapai 10 jam/hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur faktor psikososial yang mempengaruhi stres kerja pada penjahit konveksi home industry. Desain penelitian menggunakan studi cross sectional. Populasi penelitian adalah 45 orang penjahit konveksi di RW 06 kawasan Cipadu Tangerang dengan jumlah sampel sebanyak 39 orang. Teknik penentuan sampel menggunakan systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner Diagnosis Stres kerja dan kuesioner tambahan sesuai kebutuhan penelitian. Hasil penelitian menunjukan 13 orang (30,8%) mengalami keluhan stres kerja sedang dan 26 orang (60,2%) mengalami keluhan stres kerja ringan. Sementara itu dari 6 variabel faktor psikososial yang diteliti, terdapat 4 faktor yang memiliki hubungan terhadap stres kerja yaitu ketaksaan peran (Pv=0,000), konflik peran (Pv=0,000), beban berlebih kualitatif (Pv=0,020) dan pengembangan karir (Pv=0,000). Diharapkan kepada pemilik usaha untuk mengatur ulang jadwal pengaturan kerja dan membuat prosedur kerja yang jelas.
Gambaran Iklim Keselamatan pada Perawat dan Tenaga Penunjang Medis RSU Kota Tangerang Selatan Melati Rizqiya Fitri; Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan) Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.037 KB) | DOI: 10.30829/jumantik.v6i1.7923

Abstract

Safety climate is employee’s perception about policy, program, and all the matters related to safety in the workplace that can affect worker’s safety behavior. Good safety behavior can create a safe working environment so as to be able to reduce workplace accidents. The results of preliminary study in General Hospital of Tangerang Selatan showed that most of the occupational injury were caused by unsafe behavior, and based on the assessment of perception of 20 workers showed that their perception about management’s commitment, management’s safety empowerment, management’s justice in safety, and risk priority were categorized as not good enough.This research is a descriptive research with cross sectional design. This research took place in November 2019 until February 2020. The samples were 176 workers from nurse stations and medical support installations. Sampling methods used was simple random sampling, and the instrument used was NOSACQ-50 questionnaire.Result shows that the dimension of worker safety priority and not-tolerated risk is categorized as not good enough and need improvement, with the final score 2.91. the others dimensios  of safety climate is categorized good.Therefore, management is advised to improve the sustainability of a systematic risk management program (HIRADC) and for workers, it would be better if the workers also participating in safety programme especially the program related to risk management in the hospital.Keywords: hospital, Nurse, NOSACQ50, Safety Climate 
Prediction of individual characteristics and lactation facilities in the workplace on the sustainability of working mother’s exclusive breastfeeding Siti Rahmah Hidayatullah Lubis; Indri Hapsari Susilowati
Riset Informasi Kesehatan Vol 11 No 2 (2022): Riset Informasi Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.178 KB) | DOI: 10.30644/rik.v11i2.720

Abstract

Background: Working mothers are more likely than stay-at-home mothers to discontinue breastfeeding earlier. The province of Banten has a low rate of exclusive breastfeeding coverage. The government issued several regulations to address the challenges and barriers in the workplace to continue exclusive breastfeeding. The research aims to predict the influence of individual characteristics and lactation facilities in the workplace on the sustainability of exclusive breastfeeding for working mothers. Method: This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design. 65 survey respondents were given online questionnaires. Mothers who work in the Banten area, in specific, are currently or have previously breastfed their babies aged 6-24 months. The study was carried out in July 2022. The quantitative analysis used logistic regression to identify factors that significantly relate to the sustainability of exclusive breastfeeding. Result: The study's findings indicate that the knowledge variable of working mothers has a significant effect, with a p-value of 0.040 and an Odds Ratio of 5.564, implying that working mothers with poor knowledge are 5.5 times more likely to discontinue exclusive breastfeeding than working mothers with good knowledge. Conslusion: Develop an intervention model in the workplace that provides education about dairy milk management.
Keberlanjutan Menyusui Eksklusif pada Buruh Wanita Industri dan Faktor yang Berhubungan Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 12 No 05 (2023): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v12i05.2355

Abstract

Menyusui merupakan hal alamiah yang dialami sesudah proses melahirkan. Jenis tempat kerja industri memiliki perbedaan karakteristik dalam hal jenis kerja dan sarana prasarana laktasi bagi pekerjanya. Buruh merupakan salah satu jenis pekerja wanita yang berisiko untuk berhenti menyusui disebabkan banyaknya faktor penghambat di tempat kerja. Hambatan tersebut akan mempengaruhi keputusan mereka untuk melanjutkan menyusui secara eksklusif atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberlanjutan menyusui eksklusif pada buruh wanita industry dan faktor yang berhubungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain potong lintang. Sebanyak 68 responden penelitian adalah pekerja wanita di industri manufaktur yang mengisi kuesioner online. Penelitian dilakukan pada Juli – September 2022. Analisis dilakukan menggunakan uji Chi-Square untuk menguji hubungan signifikan antara variabel dukungan laktasi di tempat kerja terhadap terhadap variabel menyusui eksklusif. Hasil penelitian menemukan faktor dukungan laktasi di tempat kerja yaitu: waktu istirahat untuk memerah ASI (nilai p = 0,001; OR = 9,211) dan ruang laktasi (nilai p = 0,0004; OR = 6,067) memiliki hubungan yang signifikan terhadap keberlanjutan menyusui eksklusif bagi buruh wanita di industri. Sebaiknya manajemen industri perlu mengatur waktu istirahat untuk memerah ASI pada pekerja buruh lebih fleksibel dan menyediakan ruang laktasi yang sesuai dengan kebutuhan para buruh wanita.
Analisa Investigasi Kejadian Tangan Terjepit Dongkrak Pada Pekerja Bengkel Automaster ( Metode Accimap Dan Sequential Time Events Plotting (Step)) Astrid Yuniara Dewanti; Siti Rahmah Hidayatullah Lubis
ENVIRONMENTAL OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY JOURNAL Vol 4, No 1 (2023): EOHSJ
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/eohjs.4.1.42-49

Abstract

Bengkel Automaster merupakan tempat kerja yang memiliki potensi bahaya baik fisika, kimia, biologi, dan ergonomi. Hasil studi pendahuluan berkatian dengan manajemen risiko di bengkel automaster didapatkan delapan risiko pada kegiatan pengecekan mesin mobil dan pengecatan antara lain iritasi mata, dermatitis kontak, heat stress, sesak nafas/gangguan pernapasan, kebakaran, tangan bengkak, luka gores dan lecet, dan tangan melepuh akibat kesetrum. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa kecelakaan kerja pada kejadian tangan terjepit dongkrak pada pekerja bengkel Automaster dengan melihat akar masalah berdasarkan hasil investigasi metode Accimap dan STEP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang dilakukan dengan wawancara pada pekerja bengkel, dan melakukan investigasi dengan teknik AcciMap dan STEP. Adapun dari analisia investigasi kecelakaan kerja tangan terjepit dongkrak berdasarkan metode AcciMap dan STEP didapatkan beberapa elemen yang sama yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja di bengkel Automaster yaitu perilaku penggunaan alat pelindung diri yang buruk, pengawasan terhadap peralatan yang buruk, kurangnya konsentrasi saat bekerja, serta pekerja yang terburu-buru dalam mengerjakan pekerjaannya. Sehingga diharapkan kepada pemilik usaha untuk melakukan tindakan pengendalian di tempat kerja yang mengacu kepada hirarki pengendalian, dan sebaiknya perlu dibentuk POS UKK untuk memberikan pelayanan dan edukasi berkaitan keselamatan dan kesehatan kerja.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres pada Mahasiswa FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat Kuliah Daring Febriany, Sekar Elok; Alkaff, Raihana Nadra; Rosidati, Catur; Lubis, Siti Rahmah Hidayatullah; Hananingtyas, Izza
Jurnal Masyarakat Sehat Indonesia Vol. 1 No. 02 (2022): Jurnal Masyarakat Sehat Indonesia
Publisher : Yayasan Masyarakat Peduli Anak Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70304/jmsi.v1i02.9

Abstract

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat Kemendikbud menetapkan kebijakan pembelajaran secara daring agar dapat mengurangi penularan COVID-19. Kuliah daring merupakan hal yang baru bagi mayoritas mahasiswa sehingga perlu adaptasi dalam penerapannya. Terdapat hambatan yang dihadapi mahasiswa selama kuliah daring, seperti internet yang tidak stabil, sulit untuk menyerap pelajaran, dan pemberian tugas yang banyak. Apabila mahasiswa tidak dapat beradaptasi dengan kuliah daring akan menimbulkan stres. Stres timbul akibat ketidakmampuan mahasiswa dalam adaptasi dengan kuliah daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stres pada mahasiswa FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat kuliah daring. Peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 141 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis yang digunakan adalah uji Chi- Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 56,7% (80 orang) mahasiswa mengalami stres tingkat sedang. Adapun faktor yang berhubungan dengan stres mahasiswa pada penelitian ini adalah jenis kelamin (p value=0,013) dan tekanan berprestasi (p value=0,022). Faktor yang tidak berhubungan yaitu efikasi diri (p value= 0,501), prokrastinasi akademik (p value= 0,055), dukungan sosial (p value= 0,701), dan beban kuliah (p value = 0,061). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stres saat kuliah daring, mahasiswa harus menyempatkan diri untuk rutin melakukan olahraga serta peregangan setiap dua jam sekali selama 10-15 menit, melaksanakan shalat secara teratur dan khusyuk, serta mahasiswi perlu mengetahui manajemen emosi yang baik.