Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Moralitas Intelektual dalam Perspektif Fiqh al-Hadith Firdaus, Mohamad Anang
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 8 No 2 (2018): Agustus
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v8i2.3015

Abstract

Artikel ini akan meneliti keautentikan hadith tentang moralitas intelektual yang terkandung dalam hadith Musa-Khidir dengan metode penelitian takhrij al-hadith dan i’tibar al-sanad. Dengan cara takhrij al-hadith bi al-lafdz dengan menelusuri lafadz atau salah satu kata dari matan hadith dengan menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Al-fadz al-Hadith al-Nabawi karya Dr. A.J. Wensinck yang dirujukkan ke dalam Sembilan kitab hadith. Serta takhrij al-hadith bi al-maudlu’ dengan cara menelusuri hadith dari topik-topik permasalahan dengan menggunakan kitab Miftah Kunuz al-Sunnah karya Dr. A. J. Wensinck yang dirujukkan ke dalam empat belas kitab hadith. Takhrij hadith yang akan penulis lakukan adalah takhrij hadith bi al-lafdz, yaitu ungkapan pertanyaan Bani Israil kepada Nabi Musa هَلْ تَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمُ مِنْكَ, namun hadith tersebut juga ditemukan dalam kitab musnad Imam Ahmad, Shahih Muslim dan Sunan al-Tirmidzi dan bahkan dalam Shahih Bukhari, tertulis dengan lima varian kalimat kunci yang similiar dengan kalimat tersebut, yaitu أَتَعْلَمُ أَحَدًا أَعْلَمَ مِنْكَ، أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ، هَلْ فِي الأَرْضِ أَحَدٌ أَعْلَمُ مِنْكَ، مَنْ أَعْلَمُ النَّاسِ، هَلْ أَحَدٌ أَعْلَمُ بِاللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مِنْكَ. Untuk mempermudah dalam menemukan hadith yang diteliti, takhrij hadith dalam penelitian ini tidak dilakukan secara manual, tetapi terlebih dahulu ditelusuri melalui website islamweb.net, dan didukung kitab Mu’jam Mufahras li Alfazh al-Hadith al-Nabawi dan Miftah Kunuz al-Sunnah kemudian dilakukan cross check pada kitab aslinya
Hukuman Riddah dalam Perspektif Ijtihad Progresif Abdullah Saeed Firdaus, Mohamad Anang
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol 10 No 1 (2020): Februari
Publisher : Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v10i1.3072

Abstract

Hukum Islam sekarang berada di tengah arus perubahan dan perkembangan zaman. Kaummuslimdituntut harus mampu menguasai dasar-dasar Islam dan problematika kontemporer untuk menemukan solusi melalui proses berfikir metodologis. Sanksi berupa hukuman mati terhadap pelaku riddah sebagaimana yang di-nash-kan Nabi Saw haruslah dikaji menurut konteks sosio-historis yang melingkupinya. Ketika nashal-Qur’ân dan Hadis dipisahkan dari konteksnya, maka akan mengakibatkan kesalahan pemahaman yang mempunyai dampak yang luas. Islam dipandang sebagai agama yang mengekang pemeluknya, dan tidak menghargai nyawa dan nilai kemanusiaan. Abdullah Saeed menawarkan apa yang ia sebut dengan Ijtihad Progresif, yang bertumpu pada konteks sebuah nash. Makalah ini akan mengkaji hukum riddah dalam perspektif metodologi Ijtihad progresif Abdullah Saeed. Kata Kunci: Riddah, Ijtihad Progresif, Tujuh Pendekatan.
تطویر المواد التعلیمیة على المنھج التكاملي لترقیة مھارة القراءة Firdaus, Mohamad Anang
Asalibuna Vol. 1 No. 02 (2017): Volume 01, Nomor 02, Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asa.v1i2.828

Abstract

Metode Integratif dalam desain bahan ajar belum menjadi opsi pilihan bagi guru dan pelajar, terutama di kalangan pesantren. Kebanyakan guru pesantren masih menggunakan metode tradisional "al-QawÄid wa al-Tarjamah" dalam pendidikan mereka. Meskipun para ulama dan pendidik di Arab telah meninggalkan pendekatan ini sejak tahun 1960-an dan mengubah pendekatan mereka dengan metode "al-Sam'iyyah al Shafahiyyah". Namun, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemendikbud dan Kementerian Agama telah menerbitkan materi pendidikan berupa buku ajar yang dirancang dengan pendekatan metode Integratif ini, setelah pemerintah menetapkan kurikulum pendidikannya dengan pendekatan baru ini di tingkat nasional yaitu Kurikulum 13 (K13). Sejak tahun 2015, buku ini telah digunakan oleh beberapa sekolah negeri dan sekolah swasta yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Akan tetapi metode pendidikan di pesantren masih tetap dengan kurikulum lamanya.
Between Adherence to Madhhab and Adaptation to Context: Fatwās on Female Leadership in Nahdlatul Ulama-Affiliated Islamic Higher Education Institutions Hannan, Nur; Huda, M. Syamsul; Firdaus, Mohamad Anang; Afabih, Abdillah; Musthofa, Yayan
Journal of Islamic Law Vol. 5 No. 2 (2024): Journal of Islamic Law
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jil.v5i2.2725

Abstract

The issue of women in leadership has been a longstanding topic of debate among classical Islamic jurists, eliciting diverse responses from mainstream Islamic organizations in Indonesia. This article presents a comparative analysis of fatwās (Islamic legal opinions) issued by the Forum of Bahtsul Masail (FBM) at two Nahdlatul Ulama (NU)-affiliated Islamic higher education institutions: Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, which prohibits female leadership, and Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, which permits it. Through a combination of literature-based and empirical approaches, the article highlights a significant contrast in the istinbāṭ al-aḥkām (derivation of legal rulings) employed by these two FBMs. FBM Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng adopts the qawlī (literal) method, adhering to the majority views of classical Islamic jurists. In contrast, FBM Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo employs a manhājī (methodological) approach, incorporating minority opinions and reinterpreting texts within the context of modern societal changes. These contrasting fatwās reflect a broader tension between taqlīd (adherence to precedent) and adaptation to evolving social contexts. Furthermore, this article argues that the educational backgrounds of the FBM actors, as well as the curricula taught in their respective pesantren (Islamic boarding schools), contribute to the differences in fatwās. These differences reflect the internal dynamics within the fatwā production process in NU. [Isu kepemimpinan perempuan telah lama menjadi topik perdebatan di kalangan ahli hukum Islam klasik yang telah memicu beragam respons di kalangan organisasi masyarakat Islam arus utama di Indonesia. Artikel ini menganalisis secara komparatif fatwa dari Forum Bahtsul Masail (FBM) di dua ma’had aly yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU): Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, yang melarang perempuan menjadi pemimpin, dan Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, yang memperbolehkannya. Artikel ini, dengan mengombinasikan pendekatan kepustakaan dan empiris, menemukan bahwa kedua FBM menggunakan metode penggalian hukum (istinbāṭ al-aḥkām) yang berbeda. FBM Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng menerapkan metode qawlī, merujuk pada pendapat mayoritas ulama fikih, sementara FBM Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo menggunakan metode manhājī, mengadopsi pendapat ulama minoritas dan melakukan interpretasi (ulang) terhadap teks. Perbedaan fatwa tersebut dipengaruhi oleh pendekatan yang berbeda antara taklid dalam bermazhab dan adaptasi terhadap perubahan sosial. Lebih jauh, artikel ini berargumentasi bahwa latar belakang pendidikan para aktor FBM, serta kurikulum yang diajarkan di masing-masing pesantren, berkontribusi pada perbedaan fatwa yang dihasilkan. Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan dinamika internal dalam proses produksi fatwa di kalangan NU.]
NAFKAH PRODUKTIF UNTUK ANAK PERSPEKTIF KIAI SYANSURI BADAWI Musthofa, Yayan; Firdaus, Mohamad Anang
Asy-Syari'ah Vol. 24 No. 1 (2022): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v24i1.16566

Abstract

Abstract: The obligation of parents to provide for their children at least until they reach adulthood, which is 21 years referring to the KHI policy article 98 paragraph (1), when they are married, or have entered ar-rusydu phase (understanding the law and independence) referring to classical fiqh studies. In another study on maqāshid as-syarī'ah version, when the child has entered the age of 23 years based on the calculation finishing study period plus a year of financial independence trial period. In order to study further to prepare children's financial independence, this study aims to examine more deeply the concept of productive livelihood from the maqāsid as-syarī'ah perspective in the book of Fiqh Al-Munākaḥāt by Kiai Syansuri Badawi. This article includes a literature review with the maqāsid as-syarī'ah approach of Jasser Auda, while the object of this study is the work of Kiai Syansuri Badawi. From this research, I found that livelihood in Kiai Syansuri Badawi's view contains a productive meaning or a productive spirit and is in accordance with Jasser Auda's maqāshid as-syarī'ah concept for human development as the goal of the Shari'a. This article is important to build human development –especially Muslims– with the disteribution and management of a productive living, starting from the smallest organization, namely the family.Abstrak: Kewajiban orangtua menafkahi anak setidaknya berlangsung hingga masuk usia dewasa, yakni 21 tahun bila merujuk kebijakan KHI PPasal 98 ayat (1), ketika sudah menikah, atau sudah masuk fase ar-rusydu (cakap hukum dan mandiri) bila merujuk kajian fikih klasik. Dalam kajian lain versi maqāsid as-syarī’ah, ketika anak sudah masuk usia 23 tahun dengan perhitungan usai masa belajar ditambah setahun masa uji coba kemandirian finansial. Untuk mengkaji lebih lanjut untuk menyiapkan kemandirian finansial anak, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam konsep nafkah produktif perspektif maqāshid as-syarī’ah dalam kitab Fiqh Al-Munākaḥāt karya Kiai Syansuri Badawi. Artikel ini termasuk kajian pustaka dengan pendekatan maqāshid as-syarī’ah Jasser Auda, sedangkan objek kajiannya adalah karya Kiai Syansuri Badawi. Dari kajian tersebut, peneliti mendapat­kan hasil bahwa nafkah dalam pandangan Kiai Syansuri Badawi mengandung makna produktif atau spirit-produktif dan sesuai dengan konsep maqāshid as-syarī’ah Jasser Auda untuk pengembangan SDM (human development) sebagai tujuan dari syariat. Artikel ini penting guna membangun human development –khususnya umat Islam– dengan penyaluran dan pengelolaan nafkah menjadi produktif, dimulai dari organisasi terkecil, yakni keluarga.
The Correlation between Language Skill and the Brain in the Second Verse of Surah Yusuf l ‘Alaqah al-Maharah al-Lughawiyyah wa al-‘Aql fi Surah Yusuf al-Ayah al-Tsaniyyah Firdaus, Mohamad Anang; Ramadhan, Muhammad Rizki Syahrul; Amrulloh, Abdul Karim
Jurnal Al Bayan : Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Vol 15 No 1 (2023): Jurnal Al Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/albayan.v15i1.15217

Abstract

Arabic language had linguistic skills in its application. The Second Ayah (verse) of Surah Yusuf informed that there was a correlation between language skill and the brain. In terms of semantics, the choice of pronunciation and word in Al-Qur’an was based on the reason and the wisdom behind it. This article is necessary for language learning research by using neurology as a new approach in language skills learning. This article aimed to analyze and reveal a correlation and an appropriateness between the language skills in the Arabic language and the process of the human mind as mentioned in Surah Yusuf, the second verse. The data and evidence were obtained from books related to the subject of the research, a dialogical analysis between three scientific disciplines, such as commentary books, Arabic learning and neurology, with the method of content analysis of Al-Quran. The results of this research showed that the appropriateness of language skills in the Arabic language and the process of the human mind based on Surah Yusuf at the second verse were achieved. This result was reached based on three aspects, and it is from the opinions of scholars, interpreters, linguistics, and neurology. On the other hand, it was confirmed through this scientific research that there is no contradiction between the correct transmission and the frank reason. This article confirmed that the learning theory about maharah lughawiyah has the correlation with the workings of the human brain, according to what was stated in Surah Yusuf at the second verse.
ANALISIS MAQASHID HADIS JILBAB BAGI WANITA DALAM RUANG PUBLIK: PENDEKATAN MAQASID SISTEM JASSER AUDA Muksi, Muhammad; Razaq, Achmad Shidiqur; Ali, Umar; Hidiayat, Firman; Firdaus, Mohamad Anang
QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies Vol. 4 No. 1 (2025): QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies
Publisher : ASIAN PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58738/qanun.v4i1.816

Abstract

Artikel ini menganalisis maqashid Hadis tentang jilbab bagi wanita dalam ruang publik menggunakan pendekatan maqasid syariah Jasser Auda. Permasalahan yang dibahas adalah perbedaan pandangan tentang kewajiban penggunaan jilbab bagi wanita dan batas-batas aurat yang diperbolehkan diperlihatkan. Penelitian ini mencoba menganalisis ayat dan Hadits terkait jilbab menggunakan teori maqashid Jasser Auda. Maqashid merupakan teori hukum Islam yang tumbuh sejak awal penetapan hukum Islam dan selanjutnya dikembangkan oleh ulama-ulama periode tabi' tabi'in. Artikel ini akan menjabarkan konsep maqashid syariah dan penerapannya dalam menganalisis teks-teks keagamaan terkait jilbab bagi wanita. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang makna dan tujuan pensyariatan hukum jilbab bagi wanita.
THE METHODOLOGICAL STEPS EMPLOYED BY SA’ĪD AL-MARRĪ IN IDENTIFYING THE ‘ILLAH IN AL-HADĪTH AL-GHARĪB Khoirunisa, Dinar Hanin; Firdaus, Mohamad Anang
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 5, No 1 (2024): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v5i1.144

Abstract

This article discusses the method used by Sa'īd Muhammad Hamad al-Marrī in analyzing the causes of the ‘illah al-ḥadīth al-gharīb bi al-ḥadīth al-mashhūr (the criticism of a rare hadith based on a famous hadith) by some ulama who are experts in the criticism of hadith. The article aims to answer two main questions: what is the meaning of ‘illah al-ḥadīth al-gharīb bi al-ḥadīth al-mashhūr and what is Shaykh Sa'īd al-Marrī’s methodological approach in identifying the ‘illah in al-ḥadīth al-gharīb based on the existence of al-ḥadīth al-mashhūr. This article is written using a qualitative literature review method, with the book ‘Illah al-Ḥadīth al-Gharīb bi al-Ḥadīth al-Mashhūr by Shaykh Sa'īd al-Marrī as the main reference. The research sources include Sa'īd al-Marrī's work and other relevant secondary references related to the topic. The article finds that the method used by Sa'īd al-Marrī is the tanṣīṣ method, which involves two aspects of research: the sanad (chain of narrators) and the matn (content) of the hadith. The methodological steps are as follows: For the ‘illah in the sanad of the hadith: first, mentioning one version of the matn of the hadith. Second, mentioning the narration of the hadith from both the famous and the rare chains. Third, analyzing the 'illah in both chains of the hadith using the tanṣīṣ method. Fourth, drawing conclusions. This article is expected to help readers understand the method employed by Sa'īd al-Marrī as a contemporary scholar of hadith in analyzing the presence of ‘illah. [Artikel ini berfokus pada pembahasan metode yang digunakan oleh Sa'īd Muhammad Hamad al-Marrī dalam menganalisis penyebab ‘illah al-ḥadīṣ al-garīb bi al-ḥadīṣ al-masyhūr oleh beberapa ulama yang ahli dalam kritik hadis. Artikel ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan utama: apa makna dari ‘illah al-ḥadīṣ al-garīb bi al-ḥadīṣ al-masyhūr dan bagaimana pendekatan metodologis yang digunakan oleh Syaikh Sa'īd al-Marrī dalam mengidentifikasi ‘illah dalam al-ḥadīṣ al-garīb berdasarkan keberadaan al-ḥadīṣ al-masyhūr. Artikel ini ditulis menggunakan metode tinjauan pustaka kualitatif, dengan buku ‘Illah al-Ḥadīṣ al-Garīb bi al-Ḥadīṣ al-Masyhūr oleh Syaikh Sa'īd al-Marrī sebagai referensi utama. Sumber penelitian meliputi karya Sa'īd al-Marrī dan referensi sekunder relevan lainnya yang berkaitan dengan topik tersebut. Artikel ini menemukan bahwa metode yang digunakan oleh Sa'īd al-Marrī adalah metode tanṣīṣ, yang melibatkan dua aspek penelitian: sanad (rantai periwayat) dan matn (isi) hadis. Langkah-langkah metodologisnya adalah sebagai berikut: Untuk ‘illah dalam sanad hadits: pertama, menyebutkan satu versi matan hadits. Kedua, menyebutkan riwayat hadis dari rantai yang masyhur dan yang tidak masyhur. Ketiga, menganalisis 'illah dalam kedua rantai hadis menggunakan metode tanṣīṣ. Keempat, menarik kesimpulan. Artikel ini diharapkan dapat membantu pembaca memahami metode yang digunakan oleh Sa'īd al-Marrī sebagai seorang ulama hadis kontemporer dalam menganalisis keberadaan ‘illah.]