Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KAJIAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) BAWANG MERAH DI NGANJUK DAN PROBOLINGGO Baswarsiati, Baswarsiati; Tafakresnanto, Chendy
Agrika Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v13i2.1206

Abstract

ABSTRAKEra pasar bebas menghendaki produk yang aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan dengan harga yang relatif murah (bersaing). Kondisi ini mengharuskan adanya langkah kongkrit di tingkat petani/pelaku usaha, agar mampu memenuhi tuntutan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung hal tersebut adalah penerapan good agricultural practices (GAP). Untuk melakukan kajian penerapan GAP bawang merah, maka dilaksanakan pendampingan di kelompok tani dan demoplot di Desa Watu Wungkuk, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo dan Desa Sukorejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Kegiatan  dilaksanakan pada Januari-Desember 2016.  Hasil tanaman bawang merah yang menggunakan pupuk organik 10 ton/ha ditambah Trichocompos mampu menekan serangan Fusarium sp.  Dengan menerapkan GAP maka produksi bawang merah meningkat sekitar 8-10 % dibandingkan cara budidaya eksisting. Hasil analisa usahatani bawang merah dengan pengendalian hama menggunakan insektisida kimia menghasilkan B/C 2,55, dengan lampu perangkap menghasilkan B/C 2,76 dan dengan kelambu kasa menghasilkan B/C 2,7. ABSTRACTThe free market requires products that are safe for consumption, quality and environmentally friendly at a relatively cheap price (competitive). This condition requires concrete steps at the level of farmers/business, in order to meet these demands. One of the activities that can be done to support this is the application of Good Agricultural Practices (GAP). To study the application of shallot GAP in the form of assistance in farmer groups and demonstration plots in Watu Wungkuk village, Dringu sub-district, Probolinggo district and Sukorejo village, Rejoso sub-district, Nganjuk district. The activity was carried out from January-December 2015. The shallot plant using 10 tons/ha of organic fertilizer plus Trichocompos was able to suppress Fusarium sp. By applying GAP, the production of shallots increases at around 8-10% compared to existing methods of cultivation. The results of analysis of shallot farming with pest control using chemical insecticides produced B/C 2.55, with trap lights producing B/C 2.76 and with gauze nets producing B/C 2 
Penghijauan Lingkungan melalui Budidaya Tanaman Alpukat di Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri Laily, Dona Wahyuning; Hadiyanti, Nugraheni; Artini, Widi; Tafakresnanto, Chendy; Eko, Eko
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v3i2.5114

Abstract

This community service activity aims to invite the people of Joho Village, Semen District, Kediri Regency to be active in greening the environment through cultivating avocado plants. This research responds to the increasingly pressing issues of climate change and environmental damage by offering sustainable and effective solutions. The methodology for this activity included a participatory approach involving local communities, starting from planning, counseling, and training, preparation for planting and plant maintenance, monitoring and evaluation by the team. The results of this activity included increasing public awareness about the importance of environmental conservation and the role of plants in absorbing carbon dioxide. Apart from that, it is hoped that the avocados produced can increase people's income through the sale of avocados. Avocado cultivation also contributes to improving the quality of the environment around Joho Village by improving air and land quality. This activity created a positive synergy between community empowerment and environmental conservation, as well as providing concrete examples of how plant cultivation can be a solution to overcoming climate change and supporting sustainable living.   Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk mengajak masyarakat Desa Joho, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri aktif dalam penghijauan lingkungan melalui budidaya tanaman alpukat. Penelitian ini merespons isu-isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang semakin mendesak, dengan menawarkan solusi berkelanjutan dan berdaya guna. Metodologi kegiatan ini mencakup pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat setempat mulai dari perencanaan, penyuluhan dan pelatihan, persiapan penanaman, dan pemeliharaan tanaman, monitoring dan evaluasi oleh tim. Hasil dari kegiatan ini mencakup peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan peran tanaman dalam penyerapan karbon dioksida. Selain itu, buah alpukat yang dihasilkan diharapkan dapat menambah pendapatan masyarakat melalui penjualan buah alpukat. Budidaya tanaman alpukat juga berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan sekitar Desa Joho dengan perbaikan kualitas udara dan lahan. Kegiatan ini menciptakan sinergi positif antara pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan, serta memberikan contoh konkret tentang bagaimana budidaya tanaman dapat menjadi solusi dalam mengatasi perubahan iklim dan mendukung kehidupan berkelanjutan.
Kelola Sampah Dapur Rumah Tangga Menjadi Eco-Enzym Serbaguna dan Ramah Lingkungan Mariyati, Umi; Anindita, Devina Cinantya; Tafakresnanto, Chendy; Widiyono, Wahyu
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v4i1.5581

Abstract

Garbage is unused residual waste originating from households and industry. Organic Garbage is residual waste that has not been used by households or industry. Organic waste originating from households is not managed correctly, causing problems in the form of unpleasant odors and the emergence of disease. Proper management of household organic waste can have a positive impact, one of which is processing it into multi-purpose Eco-enzymes. Eco-enzyme is an organic solution from organic waste that has gone through the fermentation phase and has various benefits for the surrounding environment. Processing household kitchen waste into Eco-enzyme aims to manage household kitchen waste into Eco-enzyme by involving farmer groups in Kebonagung Village, Ploso District, Jombang Regency. This household kitchen waste processing activity were carried out at the place of one of the farmer group members. Household kitchen waste that was managed includes leftover vegetables and fruit that are not consumed but are not rotten. The process of making Eco-enzyme uses fruit and vegetable waste put in a drinking water container, then adding brown sugar and water according to the ratio (sugar: vegetable and fruit waste: water) 1:3:10. Benefits of Eco-enzyme made by the Patoman farmer group as organic fertilizer, polluted water purifier, and household appliance cleaner. Sampah merupakan limbah sisa yang sudah tidak dimanfaatkan yang berasal dari rumah tangga maupun industri. Sampah organik yang berasal dari rumah tangga tidak banyak dikelola dengan tepat sehingga menimbulkan masalah yaitu berupa aroma tidak sedap dan timbulya penyakit. Pengelolaan sampah organik rumah tangga yang tepat dapat memberikan dampak positif salah satunya adalah pengolahan menjadi Eco-enzym serbaguna. Eco-enzym merupakan larutan organik yang berasal dari sampah organik yang telah melewati fase fernentasi dan memiliki berbagai manfaat baik bagi lingkungan sekitar. Pengolahan sampah dapur rumah tangga menjadi Eco-enzym bertujuan untuk mengelola limbah dapur rumah tangga menjadi Eco-enzym dengan melibatkan kelompok tani yang berada di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Kegiatan pengolahan limbah dapur rumah tangga dilaksanakan ditempat salah satu anggota kelompok tani. Limbah dapur rumah tangga yang dikelola antara lain sisa sayuran dan buah-buahan yang tidak dikonsumsi namun tidak busuk. Proses pembuatan Eco-enzym menggunakan sisa buah dan sayur dimasukkan ke dalam wadah bekas air minuman kemudian diberi gula merah dan air sesuai dengan perbandingan (gula:sisa sayuran dan buah:air) 1:3:10. Manfaat Eco-enzym yang dibuat oleh kelompok tani Patoman sebagai pupuk organik, bahan penjernih air yang tercemar dan pemberish alat rumah tangga.
Pendampingan dan Edukasi Petani Padi dalam Penerapan Pertanian Berkelanjutan Organik di Desa Sukorame Sunarto; Dewi, Rifani Rusiana; Pamujiati, Agustia Dwi; Hadiyanti, Nugraheni; Tafakresnanto, Chendy
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2024): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v4i2.6135

Abstract

Pesticides are one of the components of agri input needed to protect plants from plant pests. However, massive use of pesticides can cause various negative impacts on plants, the environment, and human health. Excessive use of pesticides in rice cultivation is still a problem that is often found in Sukorame Village, Trenggalek. Seeing this condition, there needs to be more intensive education efforts for farmers. Seeing this problem, community service activities were carried out by the Faculty of Agriculture team at Kadiri University. Community service activities were carried out with the aim of providing education to farmers regarding more environmentally friendly and sustainable pest management. This program is also expected to reduce dependence on chemical pesticides and introduce Integrated Pest Management (IPM) techniques that can help farmers increase productivity without damaging the environment. Community service activities were carried out using the Participatory Aural Appraisal (PRA) approach. This method emphasizes community participation and involvement starting from the preparation, education, training and mentoring stages. Overall, the main objectives of the program to increase farmer awareness of the dangers of pesticides and introduce the IPM method have been achieved. The community began to understand the importance of environmentally friendly pest management. After the program was implemented, farmers began to provide follow-up. It is seen that some farmers have started to adopt the IPM method as a sustainable agricultural system.  Pestisida merupakan salah satu komponen agri input yang dibutuhkan untuk melindungi tanaman dari organisme pengganggu tanaman. Namun, penggunaan pestisida secara masif dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi tanaman, lingkungan, maupun kesehatan manusia. Penggunaan pestisida berlebihan dalam budidaya padi masih menjadi masalah yang sering dijumpai di Desa Sukorame, Trenggalek. Melihat kondisi ini, perlu adanya upaya edukasi yang lebih intensif kepada para petani. Melihat permasalahan tersebut, maka dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat oleh tim Fakultas Pertanian Universitas Kadiri. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan tujuan memberikan edukasi kepada petani terkait pengelolaan hama yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Program ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia dan memperkenalkan teknik Integrated Pest Management (IPM) yang dapat membantu petani meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan pendekatan Participatory Aural Appraisal (PRA). Metode ini menekankan partisipasi dan keterlibatan masyarakat mulai dari tahap persiapan, edukasi, pelatihan dan pendampingan. Secara keseluruhan, tujuan utama program untuk meningkatkan kesadaran petani tentang bahaya pestisida dan memperkenalkan metode IPM telah tercapai. Masyarakat mulai memahami pentingnya pengelolaan hama ramah lingkungan. Setelah pelaksanaan program, petani mulai memberikan tindak lanjut. Hal ini terlihat bahwa beberapa petani mulai mengadopsi metode IPM sebagai salah satu sistem pertanian berkelanjutan.
Optimizing Seedling Media for Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) Cultivation Saptorini, Saptorini; Supandji, Supandji; Widiyono, Wahyu; Tafakresnanto, Chendy; Sari, Intan Permata; Putra, Niko Prismanda
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 9 No 1 (2025): MARCH
Publisher : Kadiri University - Faculty of Agriculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v9i1.6453

Abstract

This study evaluates the growth performance and cost-effectiveness of six different seedling media for tomato (Lycopersicum esculentum Mill) cultivation: sand (M1), rice husk charcoal (M2), clay (M3), organic fertilizer (M4), clay-organic fertilizer (M5), and sand-organic fertilizer (M6). The experiment assessed plant height, number of leaves, and number of branches from 7 to 35 days after sowing (DAS). Results showed that media containing organic fertilizer (M4, M5, M6) significantly enhanced all growth parameters compared to non-organic treatments. Among these, M5 (clay-organic fertilizer) achieved the highest values for plant height (34.9 cm), number of leaves (15.5), and number of branches (5.5) at 35 DAS, indicating superior performance. However, cost analysis revealed that M5 also incurred the highest production cost. In contrast, M6 (sand-organic fertilizer) offered a more cost-effective option by providing strong growth performance at a lower cost. These findings highlight the importance of incorporating organic fertilizers into seedling media to improve early growth stages of tomato plants. The use of organic blends, particularly M6, presents a practical and sustainable solution for smallholder farmers aiming to maximize seedling vigor without incurring high input costs, ultimately supporting more efficient and eco-friendly agricultural practices.