Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PELURUSAN SEJARAH MENGENAI INDONESIA DIJAJAH BELANDA 350 TAHUN SEBAGAI MATERI SEJARAH KRITIS KEPADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 1 RUPAT Hasudungan, Anju Nofarof
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i3.39395

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bukti-bukti ilmiah mengenai kebohongan sejarah bahwa Indonesia telah dijajah Kolonial Belanda selama 350 tahun kepada peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, khususnya dari G.J. Resink, seorang professor hukum internasional telah berhasil mengungkapkan kebenaran yakni, tidak benar Indonesia dijajah Kolonial Belanda selama 350 tahun. Akan tetapi, pemahaman tersebut masih banyak diyakini oleh peserta didik bahkan oleh guru. Pemaham tersebut masih diyakini sebabnya, masih diajarkan baik dalam proses belajar mengajar yaitu, ketika guru menjelaskan atau dari bahan ajar sejarah yang belum up to date. Penelitian ini menggunakan penelitian jenis studi pustaka dan merujuk pada sejarah kritis. Data dikumpulkan melalui literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, artikel jurnal, maupun laporan hasil penelitian terdahulu. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar alternatif oleh guru sejarah untuk pelurusan sejarah mengenai ketidakbenaran Indonesia dijajah Kolonial Belanda selama 350 tahun. Selain itu, dapat meningkatkan kemampuan critical thinking peserta didik di satuan pendidikan menengah atas.
Policy and decision making in education during the Covid-19 Pandemic: A Case Study of SMAN 1 Rupat Sumantri, Pulung; Hasudungan, Anju Nofarof
International Journal for Educational and Vocational Studies LIST OF ACCEPTED PAPERS
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ijevs.v0i0.5935

Abstract

This study aims to describe the educational policies issued by the Ministry of Education, Culture, Research and Technology and the decisions taken by Senior High School 1 Rupat (SMAN 1 Rupat) as an effort to continue education during the Covid-19 pandemic. The research method used is descriptive qualitative research method with a case study approach. Data was collected by means of literature study, interviews, documents and observations. Data analysis was carried out by adopting an interactive model from Miles and Huberman. The results of the study show that flexibility is the goal of the issuance of policies and decisions taken by the government and schools with the aim of maintaining student safety from Covid-19 and minimizing the impact of learning loss. The challenge in the future is to find a model of resilience that can be maximized to restore Indonesian education.
The Role of PPKN Teachers in the Formation of Student Discipline at SMA Negeri 2 Binjai in the Development of Pancasila and Civic Education Subject Matter Adlina*, Zuraidah; Hasudungan, Anju Nofarof; Nababan, Surya Aymanda
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 8, No 3 (2023): Juni, socio-economics, community law, cultural history and social issues
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v8i4.26944

Abstract

This study aims to examine the role of PPKn teachers in the formation of student discipline at SMA Negeri 2 Binjai. This research uses qualitative research with a descriptive approach. The subjects in the study were all PPKn teachers and students who violated discipline at SMA Negeri 2 Binjai. Data collection techniques used include observation, interviews and documentation. The data analysis techniques are by reducing data, presenting data and verifying data. The results of this study show that the role of PPKn teachers in the formation of student discipline at SMA Negeri 2 Binjai, by improving discipline so that students do not commit violations, rules, and providing an understanding of discipline. As for the exemplary forms of PPKn teachers in fostering student discipline at SMA Negeri 2 Binjai, by setting good examples such as teachers must be disciplined, teachers must be responsible and teachers must be authoritative.
Pengarusutamaan Pendidikan Perdamaian Berbasis Kearifan Lokal Pela Gandong Pasca Rekonsiliasi Konflik Ambon di Sekolah Hasudungan, Anju Nofarof; Sariyatun, Sariyatun; Joebagio, Hermanu
Jurnal Lektur Keagamaan Vol 17 No 2 (2019): Jurnal Lektur Keagamaan Vol. 17 No. 2 Tahun 2019
Publisher : Center for Research and Development of Religious Literature and Heritage, Agency for Research and Development and Training, Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.067 KB) | DOI: 10.31291/jlka.v17i2.664

Abstract

The reconciliation of the Ambon Maluku conflict in 2002 is inseparable from the local wisdom of the Maluku people namely, pela gandong. When many parties find it difficult to find out how to end the conflict, pela gandong transforms into part of conflict resolution. However, peace conditions that are still vulnerable (peace vulnerabilities) allow conflict to occur again. Therefore, the achievement of conflict reconciliation must increase to the stage of peace education. The Maluku people define pela as a model of friendship, a system of brotherhood, or a system of fellowship that is developed between all indigenous people of two or more countries. Pela gandong local wisdom-based peace education has been implemented at SMPN 9 Ambon City and SMPN 4 Salahutu Liang Central Maluku District in the form of hot education pela education activities. This is different from the civil education model developed by the United Nations Children's Fund (UNICEF). Ambon Public Middle School 9 has a total of 1431 students with 99% Christians, while SMP Negeri 4 Salahatu Liang has 414 students with 100% Muslims. This study aims to reveal how the mainstreaming of peace education with the local wisdom model is imple­mented. The study was conducted in January 2018 at SMPN 9 Ambon. To get the answers of researchers, qualitative case study research methods are used. Data collection through literature study, interview, and partici­patory observation methods. The results of the study revealed the main­streaming of peace education with the local wisdom model of Pela Gandong can be well implemented and able to maintain peace (keeping the peace) in schools.Keywords: Mainstreaming, Peace Education, Pela Gandong, Ambon Conflict Reconciliation, Schools. Rekonsiliasi konflik Ambon Maluku tahun 2002 tidak terlepas dari kearifan lokal kepunyaan masyarakat Maluku yakni, pela gandong. Saat banyak pihak sulit menemukan bagaimana cara mengakhiri konflik, pela gandong bertransformasi menjadi bagian dari resolusi konflik. Akan tetapi, kondisi perdamaian yang masih rentan (peace vulnerabilities) memungkinkan konflik dapat terjadi lagi. Oleh karena itu, pencapaian rekonsiliasi konflik harus meningkat ke tahap pendidikan perdamaian (peace education). Masyarakat Maluku mendefinisikan pela sebagai model persahabatan, sistem persaudaraan, atau sistem persekutuan yang di kembangkan antar seluruh penduduk asli dari dua negeri atau lebih. Pendidikan perdamaian berbasis kearifan lokal  pela gandong telah diimplementasi di SMPN 9 Kota Ambon dan SMPN 4 Salahutu Liang Kabupaten Maluku Tengah dalam bentuk kegiatan panas pela pendidikan. Hal ini berbeda dari model pendidikan perdamaain yang kekembangkan oleh United Nations Children's Fund (UNICEF). SMP Negeri 9 Ambon memiliki jumlah peserta didik 1431 jiwa dengan 99 % beragama Kristen, sedangkan SMP Negeri 4 Salahatu Liang memiliki jumlah peserta didik 414 jiwa dengan 100 % beragama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana pengarus­utamaan pendidikan perdamaian dengan model kearifan lokal terlaksana. Penelitian dilakukan pada Januari 2018 di SMPN 9 Ambon. Guna menda­patkan jawaban peneliti, dipergunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, wawancara, dan observasi-partisipatoris. Hasil penelitian mengungkapkan pengarusutama­an pendidikan perdamaian dengan model kearifan lokal pela gandong dapat terlaksana dengan baik dan mampu memelihara perdamaian (keeping the peace) di sekolah.Kata Kunci: Pengarusutamaan, Pendidikan Perdamaian, Pela Gandong, Rekonsiliasi Konflik Ambon, Sekolah.
Urgency of Evaluation of Sekolah Penggerak Program Through the Cipp Model (Context, Input, Process, Product): A Critical Study Hasudungan, Anju Nofarof; Suboh, Amerruddin Shah; Nababan, Surya Aymanda
Education & Learning Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/el.v4i1.1288

Abstract

This research aims to recommend the urgency of evaluating the Sekolah Penggerak program in high schools using the CIPP (Context, Input, Process and Product) model. Sekolah Penggerak are schools selected and selected by the Ministry of Education and Culture, Technology Research of the Republic of Indonesia to implement the Merdeka curriculum. The Sekolah Penggerak can also be assumed to be a derivative product of the Merdeka curriculum which replaced the 2013 curriculum and the emergency curriculum. This research uses qualitative research. Qualitative research is research that aims to understand the conditions of a context by leading to a detailed and in-depth picture of what is happening according to what is happening. The results of the research show that the Ministry of Education and Culture, under the leadership of Nadiem Anwar Makarim, launched a superior program, namely, Sekolah Penggerak which is believed to be a necessity and a way to improve and improve the quality of education in schools. The Sekolah Penggerak program that has been implemented should have undergone a comprehensive evaluation and this is an important need. Critically, programs that have been created and implemented in a lively manner and using funds from public money which also have direct contact with the people should be evaluated to determine their usefulness in the field of education. Therefore, the author recommends the CIPP model as an evaluation model used for the Sekolah Penggerak program which is the current flagship program of the Ministry of Education and Culture.
Kekosongan Materi Sejarah Masuk dan Berkembang Agama Khonghucu dalam Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas Hasudungan, Anju Nofarof; Hikam, Reza Maulana; Nababan, Surya Aymanda
Education & Learning Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/el.v5i1.1592

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekosongan materi terkait sejarah masuk dan berkembangnya agama Khonghucu di Indonesia dalam mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (library research), yang melibatkan pengumpulan dan analisis sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal, artikel ilmiah, dan dokumen resmi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah agama Khonghucu di Indonesia cenderung kurang dibahas secara mendalam dalam kurikulum mata pelajaran sejarah di sekolah menengah atas di Indonesia, meskipun memiliki kontribusi penting dalam pembentukan budaya dan keberagaman masyarakat Indonesia. Agama Khonghucu, yang diperkenalkan oleh komunitas Tionghoa sejak abad ke-3 Masehi, berkembang melalui asimilasi budaya dan berbagai tantangan, termasuk marginalisasi pada masa kolonial dan pasca-kemerdekaan. Penelitian ini menyoroti pentingnya memasukkan sejarah agama Khonghucu sebagai bagian integral dari materi pembelajaran sejarah untuk memperkaya wawasan siswa tentang pluralisme agama dan budaya di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kurikulum yang lebih inklusif dan beragam.
Policy and decision making in education during the Covid-19 Pandemic: A Case Study Sumantri, Pulung; Hasudungan, Anju Nofarof; Jain, Vishal; Mursalin, M
International Journal for Educational and Vocational Studies Vol. 4 No. 3 (2022)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/ijevs.v0i0.5935

Abstract

This study aims to describe the educational policies issued by the Ministry of Education, Culture, Research and Technology and the decisions taken by Senior High School 1 Rupat (SMAN 1 Rupat) as an effort to continue education during the Covid-19 pandemic. The research method used is descriptive qualitative research method with a case study approach. Data was collected by means of literature study, interviews, documents and observations. Data analysis was carried out by adopting an interactive model from Miles and Huberman. The results of the study show that flexibility is the goal of the issuance of policies and decisions taken by the government and schools with the aim of maintaining student safety from Covid-19 and minimizing the impact of learning loss. The challenge in the future is to find a model of resilience that can be maximized to restore Indonesian education.
PANAS PELA PENDIDIKAN DI SEKOLAH: DESEGREGASI ISLAM DAN KRISTEN MELALUI KEARIFAN LOKAL Hasudungan, Anju Nofarof
Living Islam: Journal of Islamic Discourses Vol. 3 No. 2 (2020)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/lijid.v3i2.2352

Abstract

Permasalahan terbesar yang belum terselesaikan saat resolusi konflik Ambon tercapai pada 12 Februari 2002 adalah adanya segregasi antara Islam dan Kristen. Keadaan ini berpotensi menimbulkan terjadinya konflik serupa di masa depan. Adanya polarisasi akibat politik identitas di masa pemilihan presiden Republik Indonesia tahun 2014 dan 2019 serta beredarnya fake news bernuansa rasisme di media sosial memperparah keadaan. Panas pela pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk  desegregasi penganut agama Islam dan Kristen melalui pendidikan yang dikemas dengan budaya lokal. Pelaksanaan panas pela pendidikan antara SMPN 9 Kota Ambon yang 99% warga sekolahnya beragama Kristen/Katolik dengan SMPN 4 Salahutu Liang Kabupaten Maluku Tengah yang 100 % warga sekolahnya beragama Islam. Panas pela pendidikan memiliki arti mempererat kembali hubungan persaudaraan yang sebelumnya telah dibangun oleh para leluhur dengan cara mengadakan upacara secara berkala dan melibatkan seluruh warga sekolah. Kedua sekolah tersebut mengadakan panas pela pendidikan pada 29 Januari 2018 di SMPN 9 Kota Ambon. Tanpa adanya segregasi peserta didik kedua sekolah dapat menampilkan berbagai atraksi budaya seperti tari-tarian, lagu, dan puisi, pembuatan film perdamaian yang semuanya mengarah dan mengajak para siswa satu sama lain untuk hidup saling menyayangi walaupun berbeda agama, suku, dan golongan. Kata Kunci: Panas Pela Pendidikan, Desegregasi, Islam-Kristen, Sekolah
Pembelajaran Berdiferensiasi Perspektif Ki Hajar Dewantara dan Implementasinya Ashari, Hasan; Hasudungan, Anju Nofarof; Nababan, Surya Aymanda
Toga Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 3 (2024): Desember 2024
Publisher : Ilmu Bersama Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56211/toga.v1i3.771

Abstract

Penelitian ini berujuan mendeskripsikan pembelajaran berdiferensi dalam perspektid Ki Hajar Dewantara dan implementasinya pada kurikulum merdeka. Penelitian ini merupakan penelitian library research berdasarkan jurnal dan buku terkait pembelajaran berdiferensiasi, pemikiran Ki Hajar Dewantara dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka. Hasil penelitian menunjukan bahwa jauh sebelum konsep pembelajaran berdiferensiasi dari Carol Ann Tomlinson tahun 1999, Ki Hajar Dewantara sudah menawarkan konsep pembelajaran yang memerdekakan. Peserta didik dituntun sesuai kodrat dari dari masing-masing peserta didik. Pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh, mulai dari aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual. Beliau percaya bahwa setiap individu memiliki keunikan dan perbedaan, oleh karena itu setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan kebutuhan mereka. Bentuk nyatanya yaitu didirikannya sekolah Taman Siswa pada tahun 1922 guna mewadahi mengimplementasikan konsep pembelajaran diferensiasi Ki Hajar Dewantara. Selain itu implementasi pembeajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka didasari dari kebutuhan peserta didik. Kebutuhan peserta didik tersebut meliputi berbagai aspek: (1) Kesiapan belajar (readiness) murid, (2) Minat peserta didik, dan (3) Profil belajar murid. Praktek implementasi pembelajaran diferensiasi terdiri dari isi, proses, produk dan lingkungan belajar.