Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

AN INVESTIGATION OF A CONVENTIONAL WATER TREATMENT PLANT IN REDUCING DISSOLVED ORGANIC MATTER AND TRIHALOMETHANE FORMATION POTENTIAL FROM A TROPICAL RIVER WATER SOURCE Sururi, Mohamad Rangga; Notodarmojo, Suprihanto; Roosmini, Dwina; Putra, Prama Setia; Maulana, Yusuf Eka; Dirgawati, Mila
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 52, No 2 (2020)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2020.52.2.10

Abstract

The characteristics and composition of dissolved organic matter (DOM) and trihalomethane (THM) generation during water treatment are important for producing safe drinking water. However, little information is available on this topic within the context of Indonesia. This study aimed to investigate the efficiency of a conventional drinking water treatment plant (WTP) in removing DOM and chloroform forming potential (CHCl3FP), and evaluate surrogate parameters for CHCl3FP. Samples were taken during the rainy season and the dry season from raw water, after secondary treatment and after the rapid sand filter. DOM was characterized based on the A254, A355, SUVA, dissolved organic carbon (DOC), and fluorescence DOM (FDOM) parameters. The composition of the DOM was identified using the peak picking method. Overall, from raw to finished water, the WTP performed better in the rainy season with 55.96% reduction of DOC and 63.45% reduction of A355 as compared to the dry season with 53.27% reduction of DOC and 24.18% reduction of A355.The overall removal of humic and tryptophan compounds during the rainy season was 33.33% and 37.50%, respectively. In the dry season, humic compounds were reduced by 18.80%, while tryptophan increased threefold. A355 can serve as a surrogate parameter for CHCl3FP in raw water and water after secondary treatment, containing more humic-like compounds than tryptophan-like compounds.
Inventarisasi Emisi Pencemar Kriteria dan Gas Rumah Kaca dari Sektor Transportasi On-Road di Kota Bandung menggunakan Model International Vehicle Emissions (IVE) DEWANTO, BILLY YOGA; DIRGAWATI, MILA; PERMADI, DIDIN AGUSTIAN
Jurnal Reka Lingkungan Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.462 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v9i2.132-144

Abstract

AbstrakPerkembangan Kota Bandung berimplikasi terhadap pesatnya pertumbuhan aktivitas transportasi. Akibatnya, terjadi peningkatan emisi kendaraan bermotor secara kontinu. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi beban emisi pencemar kriteria dan gas rumah kaca dari sektor transportasi on-road di Kota Bandung, khususnya untuk truk. Estimasi beban emisi diperoleh dari hasil simulasi model IVE untuk menghasilkan faktor emisi lokal komposit disertai dengan pembaruan pada jumlah registrasi seluruh jenis kendaraan di Kota Bandung. Beban emisi total tahunan paling dominan yang dihasilkan dari aktivitas transportasi di Kota Bandung tahun 2019 yakni 5.286.612,81 ton/tahun (94,48%) CO2; 254.378,9 ton/tahun (4,55%) CO; dan 35.501,65 ton/tahun (0,63%) NOx dengan kontribusi terbesar berasal dari (98,9%) emisi running. Moda transportasi yang menyumbang proporsi emisi total terbesar berasal dari 43,4% mobil pribadi, 27,8% truk, 17,1% sepeda motor, dan 10,1% berasal dari bus.Kata kunci: Aktivitas Transportasi, Model International Vehicle Emissions (IVE), Beban EmisiAbstractThe development of Bandung city has affected the level of community mobilization needs, which has implications for the rapid growth of transportation activities. As a result, an increase in motor vehicle emissions continues to have an impact on decreasing air quality in Bandung city. This study aims to estimate emission load of criteria pollutant and greenhouse gases from the on-road transportation sector, especially for trucks. Emission load estimates are obtained from the results of the IVE model simulation to generate composite local emission factors accompanied by updates on current registration numbers of vehicles in Bandung city. The most dominant total annual emission load generated from all type of fleets in Bandung city in 2019 was 5,286,612.81 tons/year (94.48%) CO2; 254,378.9 tons/year (4.55%) CO; and 35,501.65 tons/year (0.63%) NOx, with the largest contribution coming from running emissions. Major transportation modes that accounted for the largest proportion of total emissions came from 43.4% of private cars, 27.8% of trucks, 17.1% of motorbikes and 10.1% of buses. Keywords: Transportation Activities, International Vehicle Emissions (IVE) Model, Emission Load
Perhitungan Beban Emisi Gas Buang SO2 dari Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Utama Kota Bandung menggunakan Pemodelan Terbalik OKTAVIAN, KIRANA; PERMADI, DIDIN AGUSTIAN; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.346 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v9i2.107-118

Abstract

AbstrakKota Bandung sebagai kota dengan aktivitas transportasi yang tinggi menghasilkan emisi pencemar di udara, salah satunya adalah Sulfur Dioksida (SO2). Data pengukuran kualitas udara roadside rata-rata pertahun oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung (DLH Kota Bandung) bahwa trend peningkatan konsentrasi SO2 dari tahun 2017-2018 sebesar 46%. Meninjau dari dampak yang disebabkan terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan, maka diperlukan suatu upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya adalah inventarisasi emisi (IE). Pelaksanaan IE di Indonesia masih terdapat kekurangan dalam segi teknis maupun non teknis. Data faktor emisi yang digunakan dalam perhitungan beban emisi belum spesifik terhadap kondisi lalu lintas di Kota Bandung. Selain itu, metode IE secara umum memerlukan banyak pengambilan data. Tujuan dari penelitian ini adalah perhitungan beban emisi dari sektor transportasi dengan menggunakan metode pemodelan terbalik. Metode ini memberikan informasi nilai estimasi faktor emisi melalui hasil pengukuran udara. CALINE4 merupakan salah satu model kualitas udara yang dapat diaplikasikan untuk konsep pemodelan terbalik. Kata kunci: Sulfur Dioksida, Model Terbalik, CALINE4, Faktor Emisi, Beban Emisi AbstractBandung City is a growing cities with intensive transportation activities which are expected to emit air pollutants such as Sulfur Dioxide (SO2). Based on data from the average annual roadside air quality measurement by DLH Kota Bandung that the trend of increasing SO2 concentrations from 2017-2018 is 46%. The necessary for controlling air pollution in Bandung City is needed, one of which is inventory of emissions (IE). Implementation of IE in Indonesia is still lacking in various aspects. Emission factor data that were used in the calculation of emission loads is not specific to the traffic conditions in Bandung. In addition, the IE method generally requires a lot of data retrievall. The purpose of this study is to calculate the emission load of SO2 from the transportation sector by using the inverse modeling method. This method provides information on the estimated value of emission factors through the results of air measurements. CALINE4 air quality models was used for the purpose.  Keywords: Sulfur Dioxide, Inverse Modelling, CALINE4, Emission Factor, Emission Load
Perhitungan Beban Emisi Gas Buang SO2 dari Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Utama Kota Bandung menggunakan Pemodelan Terbalik OKTAVIAN, KIRANA; PERMADI, DIDIN AGUSTIAN; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.346 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v9i2.107-118

Abstract

AbstrakKota Bandung sebagai kota dengan aktivitas transportasi yang tinggi menghasilkan emisi pencemar di udara, salah satunya adalah Sulfur Dioksida (SO2). Data pengukuran kualitas udara roadside rata-rata pertahun oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung (DLH Kota Bandung) bahwa trend peningkatan konsentrasi SO2 dari tahun 2017-2018 sebesar 46%. Meninjau dari dampak yang disebabkan terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan, maka diperlukan suatu upaya pengendalian pencemaran udara, salah satunya adalah inventarisasi emisi (IE). Pelaksanaan IE di Indonesia masih terdapat kekurangan dalam segi teknis maupun non teknis. Data faktor emisi yang digunakan dalam perhitungan beban emisi belum spesifik terhadap kondisi lalu lintas di Kota Bandung. Selain itu, metode IE secara umum memerlukan banyak pengambilan data. Tujuan dari penelitian ini adalah perhitungan beban emisi dari sektor transportasi dengan menggunakan metode pemodelan terbalik. Metode ini memberikan informasi nilai estimasi faktor emisi melalui hasil pengukuran udara. CALINE4 merupakan salah satu model kualitas udara yang dapat diaplikasikan untuk konsep pemodelan terbalik. Kata kunci: Sulfur Dioksida, Model Terbalik, CALINE4, Faktor Emisi, Beban Emisi AbstractBandung City is a growing cities with intensive transportation activities which are expected to emit air pollutants such as Sulfur Dioxide (SO2). Based on data from the average annual roadside air quality measurement by DLH Kota Bandung that the trend of increasing SO2 concentrations from 2017-2018 is 46%. The necessary for controlling air pollution in Bandung City is needed, one of which is inventory of emissions (IE). Implementation of IE in Indonesia is still lacking in various aspects. Emission factor data that were used in the calculation of emission loads is not specific to the traffic conditions in Bandung. In addition, the IE method generally requires a lot of data retrievall. The purpose of this study is to calculate the emission load of SO2 from the transportation sector by using the inverse modeling method. This method provides information on the estimated value of emission factors through the results of air measurements. CALINE4 air quality models was used for the purpose.  Keywords: Sulfur Dioxide, Inverse Modelling, CALINE4, Emission Factor, Emission Load
Penentuan Efisiensi penyisihan Kromium Heksavalen (Cr6+) dengan Adsorpsi menggunakan Tempurung Kelapa secara kontinyu NURFITRIYANI, ANITA; WARDHANI, EKA; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.071 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i2.57-68

Abstract

AbstrakKeberadaan logam Kromium yang berasal dari air buangan industri di sungai memberikan dampak terhadap lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Logam Kromium pada air buangan industri dijumpai berupa Kromium trivalent (Cr3+) dan Kromium heksavalen (Cr6+). Cr6+ memiliki sifat yang lebih tosik dibandingkan Cr3+ sehingga dapat menimbulkan uklus pada jaringan kulit dan menyebabkan peradangan pada rongga hidung pada jangka panjang. Salah satu upaya untuk mengendalikan Cr6+ dengan adsorpsi menggunakan tempurung kelapa sistem kontinyu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui penyisihan Cr6+ dalam skala laboratorium dengan menggunakan larutan artificial K2Cr2O7. Penelitian pendahulun adalah adsorpsi sistem batch bertujuan  untuk mendapatkan waktu serta konsentrasi optimum. Hasil dari waktu optimum 3 jam dan konsentrasi Cr6+ 5 mg/L dengan menggunakan 5 g tempurung kelapa,  dilanjutkan oleh adsorpsi dengan sistem  kontinyu yang merupakan penelitian inti. Hasil waktu dan konsentrasi optimum pada penelitian sistem batch dikombinasikan dengan 6 variasi debit (Q = 100 L/menit & 120 L/menit) dan tinggi adsorben (10, 15, & 20 cm). Keenam variasi tersebut dipompakan melewati  kolom yang berukuran tinggi 80 cm, diameter luar 5 cm, diameter dalam 4 cm, dan berbahan borosilikat. Dari hasil penelitian didapat efisiensi penyisihan Cr6+ terbesar 39,35%(100 L/menit;20cm) dan efisiensi penyisihan Cr6+ terkecil 22,95% (120 L/menit;15 cm).Kata kunci: Kromium Heksavalen, Adsorpsi, Tempurung Kelapa.
Identifikasi Timbulan Sampah di Pasar Induk Caringin Bandung DJAFAR, JULINDA; AINUN, SITI; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.64 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v2i1.%p

Abstract

AbstrakBesarnya timbulan sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan upaya pengelolaan yang oleh pihak KOPPAS (Koperasi Pasar) terlihat dari kondisi sampah yang berserakan di mana-mana. Untuk itu dilakukan penelitian ini agar dapat mengetahui besar timbulan sampah yang dihasilkan sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengelolaan sampah di Pasar Induk Caringin. Pengukuran timbulan sampah dilakukan sesuai dengan metode dalam SNI 19-3964-19914. Data yang diambil adalah berat sampah dan luas bangunan. Hasil penelitian menunjukan total timbulan sampah di Pasar Induk Caringin Bandung sebesar 1,64 kg/m2/ atau 7,44 liter/m2/hari. terdiri dari 16 pedagang seperti pedagang sayur, buah dan ikan basah. Kelompok kedua terdiri dari Sembilan pedagang terdiri dari pedagang  daging, beras kelontongan 2 lantai, kelontongan 3 lantai, grosir, elektronik, kosmetik pakaian jadi, kue dan plastik. Dan 3 area antara lain adalah area ruko, los dan kaki lima.Kata kunci: Timbulan sampah, Pasar, berat.
Karakteristik Anorganik PM10 di Udara Ambien terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Kawasan Industri di Kota Bandung PUJIASTUTI, PUTRI; SOEMIRAT, JULI; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.368 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i1.24-34

Abstract

ABSTRAKPencemaran udara merupakan permasalahan yang sedang berkembang saat ini, khususnya di Kota Bandung. Salah satu jenis pencemar udara adalah partikulat. Karena sifatnya yang aerodinamis partikulat dapat masuk ke dalah tubuh. Dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya partikulat dalam tubuh, yaitu memicu terjadinya gangguan saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak komposisi anorganik partikulat terhadap mortalitas dan morbiditas. Pemantauan kualitas udara ambien yang mewakili kawasan industri dipantau di kawasan Cisaranten Wetan. Konsentrasi PM10 yang terukur sebesar 40,524 µg/N.m3. Komposisi anorganik yang dapat menyebabkan ISPA adalah Na, K, Mg, Mn, Zn, Cd, Cr, Cu, Co, As, sedangkan komposisi anorganik yang tidak menyebabkan ISPA adalah Hg, Fe, Ni dan Pb. Parameter morbiditas yang diukur dengan insidensi ISPA 2011 sebanyak 263 kasus dari 1000 penduduk dan parameter mortalitas menggunakan AKK sejumlah 2 kasus dari 1000 penduduk. Kata kunci: PM10, mortalitas, morbiditas ABSTRACTAir pollution is a problem that is being developed at this time, especially in the city of Bandung. One type of air pollutant is particulate. Because of its aerodynamic dalah particulates can enter the body. Impacts that may result from the presence of particulates in the body, namely the emergence of respiratory diseases and skin diseases. This study aims to determine the impact of the composition of inorganic particulates on mortality and morbidity. Ambient air quality monitoring that represent the industry in the region Cisaranten Wetan monitored. PM10 concentrations measured at 40.524 μg/N.m3. Inorganic composition which can cause respiratory infection is the Na, K, Mg, Mn, Zn, Cd, Cr, Cu, Co, As, while the inorganic composition that does not lead to ISPA is Hg, Fe, Ni and Pb. Parameters measured by the incidence of morbidity 2011 as many as 263 cases of ARI of 1000 population and mortality parameters using a CDR 2 cases out of 1000 inhabitants. Keywords: PM10, mortality, morbidity
Studi Identifikasi Karakteristik Anorganik PM10 terhadap Mortalitas dan Morbiditas di Udara Ambien pada Kawasan Pemukiman LEINAWATI, TUNING; SOEMIRAT, JULI; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.045 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i1.35-45

Abstract

ABSTRAKPM10 merupakan partikulat dengan ukuran < 10 µm. PM10 sering dikaitkan dengan kenaikan mortalitas dan morbiditas. Hasil dari penelitian yang dilakukan di Kawasan Pemukiman Kota Bandung diperoleh  Konsentrasi PM10 sebesar 54.41 µg/Nm3. Angka ini jika dibandingkan dengan baku mutu PM10 untuk pengukuran 24 jam dalam PP No.41 Tahun 1999 masih dalam batas yang diperbolehkan (<150 µg/Nm3). Komposisi anorganik PM10 yang diperoleh berdasarkan konsentrasi terbesar hingga terkecil adalah Natrium (Na), Kalsium (Ca), Kalium (K), Timbal (Pb), Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Kadmium (Cd), Seng (Zn), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kobalt (Co), Arsen (As), dan Merkuri (Hg). Unsur anorganik yang berhubungan dengan morbiditas adalah Natrium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Arsen (As), Sedangkan unsur anorganik yang dapat berpengaruh terhadap mortalitas adalah Timbal (Pb), Arsen (As), Kobalt (Co), Tembaga (Cu), Kalium (K) dan Merkuri (Hg). Kata kunci: Morbiditas, Mortalitas, PM10 ABSTRACTPM10 is particulate matter with a size < 10 μm. PM10 is often associated with increasing mortality and morbidity. Results of research conducted in the area of Bandung settlement obtained PM10 concentrations by 54.41 μg/Nm3. This figure when compared to the quality standard for the measurement of 24-hour PM10 in PP 41 of 1999 is still within the limits allowed (<150 μg/Nm3). Inorganic composition of PM10 concentrations obtained by largest to smallest are Sodium (Na), Calcium (Ca), Potassium (K), Lead (Pb), Magnesium (Mg), Manganese (Mn), Cadmium (Cd), Zinc (Zn), Nickel (Ni), Copper (Cu), Chromium (Cr), Cobalt (Co), Arsenic (As), and Mercury (Hg). Elements of inorganic-related morbidity is Sodium (Na), Kalium (K), Magnesium (Mg), Manganese (Mn), Zinc (Zn), Cadmium (Cd), Chromium (Cr), Copper (Cu), cobalt (Co ), Arsenic (As), while inorganic elements that can affect the mortality is Lead (Pb), Arsenic (As), Cobalt (Co), Copper (Cu), Kalium (K), and Mercury (Hg). Keywords: Morbidity, Mortality, PM10
Penentuan Konsentrasi Gas Metan di Udara Zona 4 TPA Sumur Batu Kota Bekasi LESTARI, LETISA INDAH; SOEMIRAT, JULI; DIRGAWATI, MILA
Jurnal Reka Lingkungan Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.615 KB) | DOI: 10.26760/rekalingkungan.v1i1.46-56

Abstract

ABSTRAKTPA secara open dumping di Indonesia berpotensi mengemisikan gas metan sebagai gas rumah kaca hasil dekomposisi sampah langsung ke atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi gas metan di udara ambien zona 4 TPA Sumur Batu Kota Bekasi yang dibagi kedalam 7 grid. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur gas metan dengan menggunakan gas detector. Hasil pengukuran menunjukan konsentrasi gas metan rata-rata dari zona 4 sebesar 433.434,572 𝜇g/m3. Pengukuran ini dipengaruhi oleh kondisi meteorologi dan penggunaan sampling sesaat. Hasil pengukuran ini lebih besar jika dibandingkan baku mutu dari Amerika yaitu sebesar 160 𝜇g/m3. Besarnya konsentrasi gas metan yang dihasilkan zona 4 dapat meningkatkan efek rumah kaca, maka perlu dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan gas metan hasil produksi zona 4.Kata kunci: konsentrasi gas metan, gas detectorABSTRACTOpen dumping sites in Indonesia emit methane as greenhouse gas from waste decomposition directly to the atmosphere. This study intents to determine methane gas concentration in ambient air at zona 4 TPA Sumur Batu Kota Bekasi which was divided into 7 grids. Concentrations were determined using gas detector. Measurement results showed that average methane gas concentration from zone 4 was 433.434,572 𝜇g/m3. Measurement results was influenced by meteorological conditions and the use of grab sample. The concentration was greater than the USA standard. Hence it will enhance greenhouse effect. So it is necessary to manage and utilize methane gas produced by zone 4. Keywords: methane gas concentration, gas detector
Pengaruh Laju Aliran Udara Terhadap Efisiensi Penyisihan Organik di dalam Air Lindi dengan Menggunakan Teknik Oksidasi Lanjut (O3/H2O2) Sururi, Mohamad Rangga; Fadiyah, Mayang Afi; Saleh, Siti Ainun; Dirgawati, Mila
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 1 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2852.641 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i1.4379

Abstract

ABSTRACT Leachate has complex characteristics, and it is commonly processed biologically in the Leachate Treatment Plant (IPL) in Indonesia. However, as the landfill ages, the leachate becomes less biodegradable. An appropriate technique is needed to treat leachate at IPL, and one of the promising methods is advanced oxidation with O3/H2O2. This study examined the effect of air flow rate on the concentration of residual ozone (KSO) and its efficiency to remove organic compounds using the O3/H2O2 process. Leachate samples were collected as grab samples from TPA Sarimukti Bandung. As much as 1 L of leachate samples were placed in an ozone contactor equipped with a filter disc with a pore size of 100-160 µm. The dose of H2O2 was continuously added to 1.197 g/L. Compressor was used to provide airflow with variations of 2, 3, and 4 L/min. Dissolved Oxygen (DO) was measured to determine the concentration of residual ozone (KSO) and validated by examining KSO measurements with the Indigo colorimetric method. A strong relationship between KSO and DO (R2 = 0.99) was observed at an airflow rate of 4 L/min. The highest ozone mass transfer coefficient (KLa,O3) was recorded at a 4 L/minute flow rate with 0.0022 min-1 at 27 °C.  The best removal efficiency has occurred at the fastest air flow rate (4 L/min) with COD, and UV254 removal was 88.89% and 14.87%, respectively. Keywords: DO, flow variation, KSO, leachate, O3/H2O2, organic, mass transfer   ABSTRAK Karakteristik lindi sangatlah kompleks dan di Indonesia, Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) pada umumnya menggunakan sistem pengolahan biologis. Namun demikian, seiring dengan pertambahan umur urugan sampah, lindi semakin tidak biodegradable. Teknik pengolahan tepat diperlukan untuk mengolah lindi di IPL. Salah satu teknik yang sering digunakan adalah oksidasi lanjut dengan O3/H2O2 dengan mentransferkan gas ozon ke dalam air lindi yang diukur sebagai Konsentrasi Sisa Ozon (KSO) dan menambahkan H2O2 untuk meningkatkan pembentukan OH? di dalam air.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju aliran udara terhadap KSO serta pengaruhnya terhadap efisiensi penyisihan senyawa organik pada proses O3/H2O2. Sampel lindi diambil secara grab sampling dari TPA Sarimukti Bandung. Sebanyak 1 L sampel ditempatkan pada kontaktor ozon yang dilengkapi filter disc dengan pori berukuran 100-160µm. Dosis H2O2 yang diberikan tetap sebesar 1,197 g/L. Udara dialirkan dengan air compressor dengan variasi debit udara 2, 3, dan 4 L/menit. Pada penelitian ini, pengukuran Dissolved Oxygen (DO) digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur KSO. Validasi dilakukan dengan meneliti hubungan antara KSO dan DO dan pengukuran KSO dilakukan dengan metode indigo colorimetric method.  Hasil penelitian menunjukkan KSO dan DO memiliki hubungan yang kuat (R2 = 0,99) pada variasi aliran udara 4 L/menit. Laju aliran udara tercepat terjadi ketika nilai koefisien transfer masa ozon (KLa,O3) mencapai nilai tertinggi (0,0022 menit-1) pada suhu 27 oC. Hasil penelitian membuktikan efisiensi penyisihan COD (88,89%) dan UV254 (14,87%) tertinggi terjadi pada laju aliran udara tercepat selama 180 menit. Kata kunci: DO, aliran udara KSO, lindi, O3/H2O2, organik, transfer masa