Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Bioinformatics Approach: Evaluating the Antiviral Potential of Flavonoid Compounds from Phyllanthus urinaria against Foot-and-Mouth Disease in Livestock Animals Nugroho, Endik Deni; Sururi, Ahmad Misbakhus; Ardiansyah, Reza; Rahayu, Dwi Anggorowati; Ainiyah, Roisatul; Fathurrohman, Amang; Ahwan, Zainul; Dayat, Muhammad; Wibisono, Mulyono; Aji, Fatit Rahmar; Kasiman, Kasiman
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 12, No 1 (2024): ALCHEMY: JOURNAL OF CHEMISTRY
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/al.v12i1.23575

Abstract

Foot-and-mouth disease is a severe problem that must be faced in the livestock sector. This disease has a negative impact on various aspects, especially the economy. One way to develop herbal medicinal compounds is through local Indonesian wild plants, meniran (Phyllanthus urinaria). This research aims to determine the potential of the wild plant P. urinaria as an antiviral agent for FMD using an in silico approach using molecular docking. The compounds used as ligands are flavonoid compounds in P. urinaria, namely, routine, quercetin 7-methyl ether, quercetin 3-O-β-D-glucoside, quercetin, rhamnocitrin, astragalin, and kaempferol. This study used the control drug ribavirin as a comparison. The research stage began with the preparation of the RdRp protein from the FMD virus with Discovery Studio, ligand preparation with the Lipinski druglikeness test and minimization using OpenBabel, followed by docking and visualization. The research results found that the six flavonoid compounds in P. urinaria have potential as antiviral FMD by inhibiting RdRp, with the most potent compound being quercetin (-7.9 kcal/mol). Further research is needed, including in vitro and in vivo testing, to provide confidence in the potential of this wild plant as an antiviral for FMD.
Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus Linn) Sebagai Bahan Tambahan Pada Pakan Ternak Burung Puyuh Zahro, Fatimatuz; Ainiyah, Roisatul

Publisher : Fishery Product Technology Study Program, Yudharta University, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/lempuk.v1i1.3110

Abstract

Keberadaan limbah rajungan dianggap sebagai permasalahan yang berpotensi mencemari lingkungan, salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang dengan jumlah cukup banyak. Salah satu pemanfaatan limbah cangkang rajungan adalah dengan dijadikan sebagai tepung. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mengolah limbah rajungan sebagai bahan tambahan pada ransum burung puyuh.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui kandungan kalsium yang ada dalam pakan. Data yang didapat dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menarik sebuah kesimpulan hasil penelitian.Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium setiap formula pakan ternak burung puyuh yang berbahan cangkang rajungan menunjukkan nilai yang berbeda, perlakuan R2 (dengan tambahan tepung cangkang rajungan 25%) merupakan perlakuan dengan kadar kalsium tertinggi yaitu 0,45%, kadar kalsium untuk 2 perlakuan lain yaitu R0 (tanpa tambahan tepung cangkang rajungan) dan R1 (dengan tambahan tepung cangkang rajungaan 15%) masing-masing memiliki kadar kalsium 0,20% dan 0,28%. Pada penambahan tepung cangkang rajungan 25% diduga akan memenuhi nutrisi pada pakan burung puyuh, akan tetapi jika dibandingkan dengan nilai kadar kalsium pada SNI 01-3931-2006 yakni antara 2,50-3,50% maka semua perlakuan tidak ada yang memenuhi syarat. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.Kesimpulan dari penelitian ini Pemberian tepung cangkang rajungan dengan level 25% tidak berpengaruh terhadap formula pakan ternak burung puyuh. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh. Adapun saran yang diberikan penulis adalah untuk penelitian selanjutnya bisa ditingkatkan level penggunaan tepung cangkang rajungan untuk perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.
STARTUP LAWANG EKSPOR SEBAGAI PINTU UTAMA UMKM PERIKANAN PASURUAN GOES TO EKSPOR Solikhatin, Solikhatin; Ainiyah, Roisatul
Journal of Agricultural Socio-Economics (JASE) Vol. 3 No. 2 (2022): Journal of Agricultural Socio-Economics (JASE)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jase.v3i2.16534

Abstract

Pandemi covid-19 telah mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, salah satunya dengan meningkatkan ekspor. Kegiatan ekspor tidak hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar saja, melainkan juga para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menegah). Untuk meningkatkan ekspor, kementerian perdagangan bekerjasama dengan sekolah ekspor berusaha mencetak eksportir baru, salah satunya bermitra dengan program kampus merdeka melalui program studi independen bersertifikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan startup ekspor melalui program studi independen bersertifikat. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dengan metode kualitatif. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah terbentuknya startup ekspor yang bernama Lawang Ekspor. Lawang ekspor merupakan komunitas yang bekerja dengan konsep menjadi fasilitator ekspor bagi UMKM perikanan di Pasuruan. Untuk menunjang kegiatan ekspor, maka Lawang Ekspor bekerja sama dengan UMKM melakukan pengembangan produk berupa abon lele yang diproduksi oleh UMKM Fresh. Setelah produk siap kemudian dilakukan onboarding di marketplace dan pameran dagang dalam skala nasional dan internasional.
Diversity of bird agroforestry species in Sapen Nusantara Conservation Park of Mount Arjuno, Pasuruan Nugroho, Endik Deni; Rahayu, Dwi Anggorowati; Ainiyah, Roisatul; Fathurrohman, Amang; Ahwan, Zainul; Dayat, Muhammad; Wibisono, Mulyono; Aji, Fafit Rahmat; Kasiman, Kasiman
Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan Vol. 8 No. 01 (2023): Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan
Publisher : Biology Education Department, Universitas Insan Budi Utomo, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/ebio.v8i01.1059

Abstract

The Sapen Nusantara Conservation Park is agroforestry that has certain vegetation. The vegetation in Sapen Nusantara Protected forest park seems to support the existence of birds as wildlife that need a living habitat. The presence of birds in the Sapen Nusantara Protected Forest Park is very important in supporting agroforestry vegetation. However, until now the diversity of bird species there has not been identified and recorded properly. The forest is one of the buffer forests of Mount Arjuno protection forest, the ecosystem must be protected. This study aims to analyze the diversity of bird species in the agroforest forest area in Sapen Nusantara Conservation forest park, Ledug Village, Pasuruan. The research was conducted in July 2021 using the direct observation method (point count) on ecotourism routes by calculating and recording the trails traversed using GPS, sampling by observing walking along the path/road accompanied by predetermined observation points, identification primarily based totally on MacKinnon et al., (2010) and information on the status of its protection. Data analysis used the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, and species richness index. The results of the study identified 18 bird species from 16 families with a total of 169 individuals. Of all the birds found, 18 species are listed in IUCN status, and 4 are listed in the protected status PP No. P.106 of 2018 and 3 species are listed in the CITES category Appendix II. It is known that the Shannon diversity index (H'=2,547) is in the medium diversity category. species evenness index (E=0.9) with a high evenness category and stable community. Then the specific wealth index (R=3.31) with the category of species richness is classified as medium. The presence of birds in the Sapen Nusantara Conservation Park Forest indicates that the ecosystem in the forest is still maintained and this cannot be separated from the role of the community, especially the Ledug Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), which manages and maintains the forest.
Pengaruh Pemberian Pakan Cacing Sutra Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Koi  (Cyprinus Rubrofuscus) Afandi, Achmad Mujamil; Ainiyah, Roisatul; Izzah, Nikmatul; Ikerismawati, Senja
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2 No. 1 (2025): PERAUT - Juni
Publisher : CV. SINAR HOWUHOWU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70134/peraut.v2i1.786

Abstract

This study aimed to evaluate the effect of silk worm (Tubifex sp.) feed on the growth performance and survival rate of koi fish (Cyprinus rubrofuscus) fry. The experiment was conducted in May 2025 at Yudharta University of Pasuruan using a Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and four replications, namely P0 (100% pellet), P1 (95% pellet + 5% silk worm), P2 (90% pellet + 10% silk worm), and P3 (85% pellet + 15% silk worm). The observed parameters included length growth, weight growth, survival rate, Feed Conversion Ratio (FCR), and water quality. The results showed that the addition of silk worm feed had no significant effect on the length growth of koi fry (p>0.05), although P1 produced the highest average length. Weight growth was also not significantly different among treatments (p>0.05), with the best results observed in P0 (100% pellet) and P1 (95% pellet + 5% silk worm). The highest survival rate was recorded in P2 (90%) while the best FCR value was found in P0 (2.37). Water quality parameters such as temperature, pH, dissolved oxygen (DO), and total dissolved solids (TDS) remained within the optimal range throughout the study. In conclusion, the combination of pellet feed with silk worm has the potential to improve the survival rate of koi fry, but it does not significantly affect growth in length and weight. The optimal proportion of silk worm in the diet was found to be around 5–10%, while pellets remain the most efficient feed component to support biomass growth of koi fry.
Identifikasi Kandungan Volatil Ekstrak Etanol Benalu Alpukat (Dendrophthoe pentandra) Sebagai Kandidat Antibiotik Alami Tuberkulosis Ainiyah, Roisatul; Nugroho, Endik Deni; Ardiansyah, Reza; Hamdani, Khoirul; Tarmudi, Imam; Kuswanto, Wawan; Hadi, Lukman
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol. 12 No. 2 (2024): December
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v12i2.13326

Abstract

Tuberculosis is an infectious disease that spreads through the air and is caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. To combat it, synthetic drugs are commonly used, which can have adverse effects, making natural alternatives like avocado mistletoe (Dendrophthoe pentandra) necessary. This study aims to explore potential tuberculosis compounds from D. pentandra. The method used in this research is an exploratory descriptive method. The identification of compound content in the ethanol extract of D. pentandra leaves was performed using GC-MS, along with potential testing as an antituberculosis agent through in silico molecular docking. The research results showed that there were 13 volatile compounds contained in the ethanol extract of D. Pentandra leaves, predominantly consisting of propane, 1-methoxy, with a concentration of 9.39%. D. pentandra has the potential as a ClpP1P2 antituberculosis agent with four promising compounds:2-amino-1-(5-bromo-2-pyridinyl)-4-(2,4-dichlorophenyl)-7,7-dimethyl-5-oxo-1,4,5,6,7,8-hexahydro-3-quinolinecarbonitrile, stigmasterol acetate, β-sitosterol acetate, and γ-sitosterol. PASSOnline predictions support the potential of ethanol extract of D. Pentandra leaves as anti-tuberculosis and anti-mycobacteria agent.
Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus Linn) Sebagai Bahan Tambahan Pada Pakan Ternak Burung Puyuh Zahro, Fatimatuz; Ainiyah, Roisatul
Lempuk: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 1 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Fishery Product Technology Study Program, Yudharta University, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/lempuk.v1i1.3110

Abstract

Keberadaan limbah rajungan dianggap sebagai permasalahan yang berpotensi mencemari lingkungan, salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang dengan jumlah cukup banyak. Salah satu pemanfaatan limbah cangkang rajungan adalah dengan dijadikan sebagai tepung. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mengolah limbah rajungan sebagai bahan tambahan pada ransum burung puyuh.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui kandungan kalsium yang ada dalam pakan. Data yang didapat dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menarik sebuah kesimpulan hasil penelitian.Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium setiap formula pakan ternak burung puyuh yang berbahan cangkang rajungan menunjukkan nilai yang berbeda, perlakuan R2 (dengan tambahan tepung cangkang rajungan 25%) merupakan perlakuan dengan kadar kalsium tertinggi yaitu 0,45%, kadar kalsium untuk 2 perlakuan lain yaitu R0 (tanpa tambahan tepung cangkang rajungan) dan R1 (dengan tambahan tepung cangkang rajungaan 15%) masing-masing memiliki kadar kalsium 0,20% dan 0,28%. Pada penambahan tepung cangkang rajungan 25% diduga akan memenuhi nutrisi pada pakan burung puyuh, akan tetapi jika dibandingkan dengan nilai kadar kalsium pada SNI 01-3931-2006 yakni antara 2,50-3,50% maka semua perlakuan tidak ada yang memenuhi syarat. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.Kesimpulan dari penelitian ini Pemberian tepung cangkang rajungan dengan level 25% tidak berpengaruh terhadap formula pakan ternak burung puyuh. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh. Adapun saran yang diberikan penulis adalah untuk penelitian selanjutnya bisa ditingkatkan level penggunaan tepung cangkang rajungan untuk perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.
Pendampingan Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada UMKM Pengolahan Abon Lele Ernawati, Ernawati; Ainiyah, Roisatul; Palupi, Hapsari Titi; Syarwani, Muhammad; Hasyim, Mochamad; Huda, Miftahul; Ahwan, Zainul; Hakim, Lukman; Sulhan, Muhammad; Swasono, Muh Aniar Hari
Jurdimas (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Royal Vol. 8 No. 2 (2025): April 2025
Publisher : STMIK Royal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33330/jurdimas.v8i2.3630

Abstract

Suole MSME is a catfish floss producer committed to enhancing product quality through the implementation of the Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) system.  Implementation is carried out by development and verification of the production process flow diagram, hazard identification, determination of Critical Control Points (CCPs), and establishment of critical limits. This community service activity aimed to provide knowledge and assistance in HACCP implementation to enhance food safety, product quality, and competitiveness. The activity was conducted from October to December 2024 at UMKM Suole, and included interviews, field observations, and HACCP assistance and analysis. The results show that the catfish floss production process involves several critical stages that require monitoring, such as raw material reception, meat separation, frying, and packaging. Hazard identification and determination of Critical Control Points (CCPs) have been carried out to prevent biological, chemical, and physical contamination. The importance of developing Standard Operating Procedures (SOPs), maintaining sanitation, and controlling processing time and temperature was emphasized. Improving the understanding of HACCP among MSME actors is a key factor in effective hazard control and achieving food safety.Keywords: catfish floss; food safety; HACCP; hazard Abstrak: UMKM Suole merupakan salah satu produsen abon lele yang berupaya meningkatkan kualitas produk melalui penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Penerapan dilakukan dengan penyusunan dan verifikasi diagram alir proses produksi abon lele, identifikasi bahaya, serta penetapan CCP dan batas kritis. Kegiatan pengabdian ini bertujuan memberikan wawasan dan pendampingan penerapan HACCP guna meningkatkan keamanan pangan, mutu, dan daya saing produk. Kegiatan dilaksanakan pada Oktober hingga Desember 2024 di UMKM Suole, meliputi wawancara, observasi lapangan, serta pendampingan dan analisis HACCP. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa proses produksi abon lele mencakup beberapa tahap penting yang memerlukan pengawasan, seperti penerimaan bahan baku, pemisahan daging, penggorengan, dan pengemasan. Telah dilakukan identifikasi bahaya dan penetapan titik kendali kritis (CCP) untuk mencegah kontaminasi biologis, kimia, dan fisik. Selain itu, ditekankan pentingnya penyusunan SOP, sanitasi, serta pengendalian suhu dan waktu proses. Peningkatan pemahaman pelaku UMKM terhadap HACCP menjadi faktor kunci dalam pengendalian bahaya dan pencapaian keamanan pangan produk.Kata kunci: abon lele; bahaya; HACCP; keamanan pangan