Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

PENGARUH RASIO TEPUNG KECIPIR (Psophocarpus Tetragonolobus) DAN TEPUNG TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK SOSIS IKAN GABUS (Ophiocephalus Striatus) Ernawati -; Hapsari Titi Palupi
Agrika Vol 8, No 2: Nopember 2014
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.109 KB) | DOI: 10.31328/ja.v8i2.118

Abstract

Biji kecipir adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang mempunyai protein tinggi dan dapat  ditingkatkan nilai gunanya dengan cara dibuat tepung. Sedangkan ikan gabus kaya akan albumin, yaitu protein penting yang bermanfaat untuk pembentukan jaringan sel baru. Usaha pengolahan gabus dengan cara dijadikan sosis belum banyak dilakukan, sehingga peneliti termotivasi untuk mengaplikasikan tepung kecipir pada pembuatan produk sosis ikan gabus untuk diversifikasi pangan dan meningkatkan daya gunanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui rasio tepung kecipir dan tepung tapioka yang terbaik untuk menghasilkan sosis ikan gabus yang mempunyai karakteristik baik dan sesuai dengan SNI 01-3820-1995. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal, terdiri dari 6 perlakuan kombinasi tepung kecipir dan tapioka dengan konsentrasi yang berbeda yaitu K1 = 0% dan 30%, K2 = 3% dan 27%, K3 = 6% dan 24%, K4 = 9% dan 21%, K5 = 12% dan 17%, K6 = 15% dan 15%. Tepung kecipir hasil analisis mempunyai kadar air 11,08%, lemak 15,64%, protein 31,56%, karbohidrat by different 36,97%, sedangkan analisis warna meliputi L (Lightness), a+ (kemerah-merahan) dan b+ (kekuning-kuningan) berturut-turut adalah: 82,233; 3,167; dan 16,300. Perlakuan rasio tepung kecipir dan tapioka pada konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai kadar protein, nilai warna b+, serta nilai organoleptik rasa, warna dan aroma, berpengaruh nyata terhadap kadar lemak, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, tekstur, serta derajat warna L dan a+. Kadar protein dan kadar lemak, dan derajat warna L (kecerahan) cenderung meningkat dengan penambahan  konsentrasi tepung kecipir, sedangkan kadar air, nilai tekstur dan derajat warna a+ menunjukkan nilai yang variatif. Kata kunci : tepung kecipir, ikan gabus, albumin, sosis
IBM PENGOLAHAN PANGAN BERBASIS KOMODITI LOKAL DESA SEKARMOJO KECAMATAN PURWOSARI – PASURUAN Hapsari Titi Palupi; Wenny Mamilianti; Nuraeni .
Agrika Vol 8, No 2: Nopember 2014
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.763 KB) | DOI: 10.31328/ja.v8i2.123

Abstract

Program IbM ini bertujuan untuk (1) Membentuk wirausaha yang mandiri berjiwa agribisnis dan pengelolaan usaha yang komersil berkelanjutan (2) menciptakan teknologi pengolahan pangan berbasis komoditi lokal yang dapat menjadi solusi bagi permasalahan kelompok usaha (3) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kelompok usaha tentang manajemen produksi, manajemen sumberdaya manusia dan manajemen keuangan serta memfasilitasi mereka dengan pihak pemodal dan mitra (4) Meningkatkan perekonomian kelompok usaha dan keluarga serta masyarakat sekitarnya. Metode pendekatan yang digunakan dalam program IbM ini antara lain : (1) Pelatihan Diversifikasi Produk Olahan Pangan. (2) Pendidikan dan pelatihan manajemen sumberdaya manusia. (3) Pelatihan dan pembinaan manajemen produksi. (4) Pelatihan manajemen keuangan (5) Pelatihan manajemen pemasaran. Hasil yang didapat adalah (1) secara umum anggota kelompok usaha mulai memahami pengolahan produk yang sehat, aman dan higenis. (2) Anggota kelompok usaha (mitra) sebagian besar telah memahami dan menerapkan tugas dantanggung jawab masing-masing sesuai job desciption sebagaimana struktur organisasi yang telah ada. (3) Anggota kelompok usaha (mitra)  sebagian besar mulai menerapkan jadwal pengolahan secara teratur (4)  Mitra mulai menggunakan teknologi pengemasan produk dengan menggunakan pengepresan. (5) Anggota kelompok usaha (mitra) sebagian besar telah memahami dan mulai menerapkan pencatatan keuangan (6) Anggota kelompok usaha (mitra) sebagian besar mulai menerapkan strategi pemasaran melalui promosi produk melalui sistem kemitraan.   Kata kunci : pengolahan pangan, komoditi lokal, sekarmojo, pasuruan
PENGARUH JENIS PISANG DAN BAHAN PERENDAM TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG PISANG (Musa Spp) Hapsari Titi Palupi; A. Zainul A; Matheus Nugroho

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.512 KB) | DOI: 10.35891/tp.v4i1.21

Abstract

Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh jenis buah pisang (ambon, tanduk, kepok dan biji) terhadap karakteristik fisik kimia organoleptik dan sifat amilografi tepung pisang; dan mempelajari pengaruh penggunaan bahan perendaman NaS2O5 dan (CaC03) terhadap kualitas tepung pisang. Berdasarkan analisa statistik jenis pisang memberikan pengaruh nyata (p=0.05) pada sifat kimia fisik, dan organoleptik. Jenis pisang memberikan pengaruh nyata pada kadar air, protein, lemak, abu, serat kasar, pati, rendemen, warna, sifat amilografi serta organoleptik warna, tekstur dan aroma. Bahan perendan berpengaruh nyata pada kadar air, lemak, serat kasar. Tepung dari jenis pisang tanduk dan kepok mempunyai waktu gelatinisasi terendah 15-16 menit dan temperatur gelatinisasi 84.8oC-85oC. Penggunaan bahan perendam kalsium karbonat (CaCO3) mempunyai waktu dan temperatur gealtinisasi dan viskositas tepung pisang lebih rendah daripada natrium metabisulfit (NaS2O5). Kata Kunci : Pisang, bahan perendam, tepung pisang
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (Cycle barbata L. Miers) DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK MIE BASAH Hapsari Titi Palupi

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.2 KB) | DOI: 10.35891/tp.v6i1.465

Abstract

Mie merupakan makanan yang banyak dijumpai dan disukai di masyarakat. Untuk memperkaya kandungan gizi mie ditambahkan ekstrak gel daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers). Gel cincau hijau memiliki sifat fisik sebagai hidrokoloid dan pembentuk gel yang dapat memberikan sifat pada ketegaran, kekokohan dan elastisitas mie. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi ekstrak daun cincau hijau dan suhu ekstraksi terhadap karakteristik mie basah. Perlakuan terbaik adalah konsentrasi ekstrak daun cincau hijau 5% dan suhu ekstraksi 40% dengan nilai kadar air 39.52%, kadar serat kasar 0.98%, waktu masak 3.00 menit, kapasitas penyerapan air 1.16%, tekstur 1.70 mm/g det, kecerahan warna 45.40 dan organoleptik rasa 4.40 (suka), warna 4.10 (suka) tekstur 4.30 (suka) dan aroma 4.00 (suka).
MEMPELAJARI PEMBUATAN NUGGET KACANG MERAH Thoriqul Huda; Hapsari Titi Palupi

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.139 KB) | DOI: 10.35891/tp.v6i1.466

Abstract

Nugget merupakan makanan yang murah sehat karena serta memiliki kandungan gizi yang baik, maka digunakan kacang merah merah (Phaseolus vulgaris. L) sebagai pengganti daging Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh lama perendaman kacang merah (Phaseolus vulgaris. L) terhadap kualitas nugget kacang merah. Perlakuan lama perendaman kacang merah (Phaseolus vulgaris. L) berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar protein, dan kadar serat, tekstur dan warna, karakteristik organileptik yang meliputi kesukaan tehadap warna, aroma, tekstur dan rasa.nugget kacang merah. Perlakuan terbaik adalah lama perendaman selama 48 jam dengan karakteristik kimia fisik yaitu: kadar air 50.61%; protein 5.73%; kadar serat 0.96% ; tekstur (fisik) 28.3 mm/g det ; warna/kecerahan 41.2% ; warna/intensitas merah 14.15%; sedangkan karakteristik oraganoleptik yaitu : rasa 3.9 (suka); aroma 3.25 (suka); warna 4.25 (suka) ; tekstur 4.65 (sangat suka).
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera L.) TERHADAP KUALITAS YOGHURT Agung Diantoro; Muzaki Rohman; Ratna Budiarti; Hapsari Titi Palupi

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.86 KB) | DOI: 10.35891/tp.v6i2.469

Abstract

Kelor adalah tanaman yang tumbuh subur di Indonesia dengan berbagai manfaat yang terkandung di dalamnya diantaranya tinggi protein, ß-karotein, vitamin C, mineral terutama zat besi dan kalsium. Pembuatan yoghurt melibatkan bakteri L.bulgaricus, S. thermophillus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun kelor dan lama fermentasi terhadap kualitas yoghurt, serta kombinasi terbaik fermentasi dan penambahan ekstrak daun kelor. penelitian ini menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 perlakuan. Penambahan ekstrak daun kelor 3%, 5% dan 7% lama fermentasi menggunakan 24 dan 48 jam. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis varian. Apabila terjadi interaksi antara kedua faktor maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT. Pemilihan terbaik dengan metode De Garmo. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan L2P2 (lama fermentasi 48 jam dan penambahan ekstrak daun kelor 5%) dengan ketentuan fisiko kimia kadar protein 6,01%, kadar kalsium 141,44%, pH 4,49 dan viskositas 35,40 serta nilai organoleptik dengan ketentuan rasa 3,60 (suka), warna 3,75 (suka), aroma 3,15 (netral) dan tekstur 3,70 (suka). 
PENGARUH PRE GELATINISASI TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG SINGKONG Hapsari Titi Palupi; A. Zainul A; Matheus Nugroho

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.499 KB) | DOI: 10.35891/tp.v1i1.474

Abstract

Selama ini tepung singkong masih terbatas penggunaannya, karena secara umum dibatasi oleh sifat fisik dan kimia-nya. Tepung singkong terbuat dari potongan ubi kayu yang telah kering. Tepung Pre gelatinisasi adalah tepung yang mengalami proses gelatinisasi dengan perebusan (parboiling) dan selanjutnya dikeringkan, sehingga memperbaiki kualitas, sifat reologi dan pasta tepung. Tujuan penelitian adalah mempelajari pembuatan dan karakteristik tepung singkong pre gelatinisasi dan pengaruh suhu pre-gelatinisasi 1000 C, 900 C, 800 C terhadap karakteristik tepung singkong . Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu A = Tanpa pre gelatinisasi, B = Pre gelatinisasi pada suhu 1000 C, C = Pre gelatinisasi pada suhu 900 C, D = Pre gelatinisasi pada suhu 800 C. Dari analisa statistik terdapat perbedaan nyata perlakuan tanpa pre gelatinisasi dan pre gelatinisasi terhadap karakteristik kadar air, kadar HCN, kadar amilosa, derajat putih, organoleptik, dan sifat amilografi. Perlakuan pre gelatinisasi mampu menurunkan suhu dan waktu awal gelatinisasi, suhu dan waktu gelatinisasi (saat granula pecah), viskositas dingin, dan viskositas balik. Analisa statistik terhadap perlakuan suhu pre gelatinisasi 1000 C, 900 C, 800 C memberikan pengaruh yang berbeda nyata, kadar amilosa, derajat putih, dan penerimaan organoleptik (warna, kenampakan, dan aroma) terhadap sifat amilografi.  
KARAKTERISTIK PATI RESISTAN DARI PATI JAGUNG TERMODIFIKASI ASETAT Hapsari Titi Palupi

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.07 KB) | DOI: 10.35891/tp.v3i1.486

Abstract

Pati resistan adalah pati atau produk degradasi pati yang tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dalam usus halus manusia, pati ini tidak dapat dihidrolisis oleh enzim amilase. Pati resistan dapat diperoleh dari pati modifiksi kimia secara asetilasi. Pati jagung termodifikasi asetat mempunyai daya tarik karena mempunyai manfaat fungsional dan fisiologi sama seperti serat pangan. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh konsentrasi Na-asetat anhidrat dan masa inkubasi terhadap sifat fisik, kimia, fisiologi (in vitro) dan fungsional dari pati jagung termodifikasi asetat. Perlakuan Na-asetat anhidrat 20% masa inkubasi 3 jam memiliki sifat resistansi tertinggi dengan karakteristik yaitu : kadar asetil 1,28%; derajat subtitusi 0,048; pati resistan (serat pangan larut 6,85%; serat pangan tidak larut 1,34%; serat pangan total 8,19%); sifat pasta temperatur (awal gelatinisasi 720 C; temperatur gelatinisasi 800 C); derajat putih 93,82%. Kata kunci: pati resistan, jagung, asetat  
PEMBUATAN SUSU TEMPE KAJIAN PENGARUH LAMA FERMENTASI TEMPE DAN PENGGUNAAN Carboxymethyl cellulose (CMC) Hapsari Titi Palupi; Muhamad Saihullah

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.432 KB) | DOI: 10.35891/tp.v5i1.494

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui kombinasi perlakuan lama fermentasi tempe dan konsentrasi penambahan carboxymethy cellulose (CMC) terhadap kualitas susu tempe. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, terdiri dari 2 faktor: Faktor 1 :. lama fermentasi pembuatan tempe, terdiri dari tiga level yaitu 36, 48 dan 60 jam. Faktor 2 : konsentrasi penambahan carboxymethyl cellulose (CMC) dengan konsentrasi: 0,25 % dan 0,5 %. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan kombinasi lama fermentasi tempe dan konsentrasi penambahan carboximethyl cellulose (CMC) berpengaruh nyata terhadap TPT ( total padatan terlarut), pH dan organoleptik rasa, warna dan aroma susu tempe. Perlakuan terbaik adalah kombinasi lama fermentasi tempe 36 jam dan konsentrasi penambahan carboximethylcellulose (CMC) 0,25% yaitu kadar protein 1,34% ; total padatan terlarut 9, 67 (brix), pH 6,72 ; organoleptik rasa 4,50 (suka); warna 4,50 (suka) dan aroma 4,70 (suka).  
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera) PADA PEMBUATAN KERUPUK Qoidatul Sholiha; Hapsari Titi Palupi

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.936 KB) | DOI: 10.35891/tp.v7i1.502

Abstract

Kerupuk merupakan produk makanan kering yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Kerupuk biasanya dikonsumsi sebagai makanan kecil atau sebagai pelengkap hidangan. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) menjadi olahan kerupuk adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan dalam meningkatkan nilai tambah dan nilai gizi serat dari bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara proporsi ekstrak lidah buaya dan tepung terhadap kualitas kerupuk ekstrak lidah buaya dan mengetahui proporsi ekstrak lidah buaya dan tepung untuk menghasilkan kerupuk ekstrak lidah buaya yang berkualitas. Penelitian ini menggunakan rancangan acak tunggal (RAT) dengan 1 faktor yaitu proporsi lidah buaya dan tepung tapioka. Faktor ini terdiri 5 variabel yaitu A1 = ekstrak lidah buaya : tapioka (0 : 100), A2 = ekstrak lidah buaya : tapioka (10 : 90), A3 = ekstrak lidah buaya : tapioka (20 : 80), A4 = ekstrak lidah buaya : tapioka (30 : 70), A5 = ekstrak lidah buaya : tapioka (40 : 60) Data yang diperoleh dianalisis dengan uji sidik ragam dan dilanjutkan uji beda nyata terkecil (BNT) 5%. Perlakuan terbaik pada penelitia ini adalah perlakuan A4 (ekstrak lidah buaya 30 : tapioka 70 ) dengan karakteristik sebagai berikut : rata-rata kadar air 12,01 %; antioksidan 7,75 %; daya kembang 67,84 %; daya serap minyak 5,50 %; serta rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa 4,40 (menyukai) ; aroma 3,40 (netral) ; dan tekstur 3,90 (menyukai).