Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KEPUASAN PERAWAT SETELAH MELAKUKAN OVERAN SISI PASIEN DENGAN KOMUNIKASI SBAR Manurung, Idawati; Udani, Giri
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 3 (2019): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.641 KB) | DOI: 10.26630/jk.v10i3.1375

Abstract

Hospital service quality must be improved, one aspect is patient safety, its efforts are through increased effective communication. One of the indicators is communicates using the SBAR method. The handover between shift at the hospital has not carried out handover at the patient's side by using the SBAR method and has not been oriented to the patient's condition. Therefore nurses have not focused on the development of the condition of the patients and did not provide nurse satisfaction their nursing care performed. The study aimed to compare nurse satisfaction before and after bedside handover intervention with the SBAR method in the inpatient room. This research is quantitative with a cross-sectional design, the sample of all nurses in the inpatient room is 80 people. The results obtained before the intervention, the highest satisfaction is the need for self-actualization and after the highest satisfaction the need to have. The lowest satisfaction needs before and after the intervention are physiological needs. There is a significant difference between the satisfaction of respondents before and after the intervention. Bedside handover between shift is very useful and gives satisfaction to the nurses, must be carrying out nursing with guidance and supervision and giving rewards to the nurse who practices that when care the patients.
Pijat Kaki dengan Losion Magnesium Menurunkan Stres Narapidana Perempuan Udani, Giri; Manurung, Idawati; Yulyuswarni, Yulyuswarni
Jurnal Kesehatan Vol 12 No 3 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v12i3.2726

Abstract

Prisoners experience stress during detention, and this stress must be removed so that the behavior and mentality of prisoners can be quickly restored. Foot massage is one of the non-pharmacological therapies in stress management, which makes individuals more relaxed and able to avoid excessive stress reactions such as headaches, insomnia, anxiety, physical and mental fatigue. Magnesium is a mineral that plays an important role in the body's metabolism. Magnesium deficiency can cause migraines, insomnia, leg cramps, anxiety, arrhythmias, diabetes mellitus, and hypertension. Foot massage with magnesium lotion is expected to provide a relaxing effect as well as magnesium intake so that it can overcome the stress experienced by prisoners. This study aims to determine the effect of foot massage magnesium lotion on the stress level of female prisoners. The research method is a quantitative quasi-experimental design with a pre-test-post-test approach on 120 female prisoners by comparing stress levels before and after doing foot massage with magnesium lotion for 14 days. Foot massage with magnesium lotion is done independently. Based on the results of the study, there was a significant difference between stress levels before and after the intervention, there was no significant difference between the stress levels of respondents who had long been detained and those who had just been detained. Multivariate analysis showed that the main factor in stress levels was the sentence period. Foot massage using magnesium lotion is a supporter of reducing stress levels. This therapy should still be done because it helps reduce stress and is carried out independently by prisoners.
PEMBINAAN KELUARGA DAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS II BANDAR LAMPUNG Manurung, Idawati; Amperaningsih, Yuliati; Kohir, Dedek Saiful
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2023): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v6i2.42830

Abstract

Anak bermasalah hukum, setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, akan bergabung ladi dengan keluarga dan keluarga harus menerima anak kembali. Anak yang telah keluar penjara, masih memiliki kewajiban  lapor ke Balai Pemasyarakatan untuk dapat bimbingan dari Pembimbing Kemasyarakatan sehingga tidak melakukan perilaku kriminal lagi dan mendapat latihan keterampilan hidup mandiri. Tujuan kegiatan ini adalah mengadakan terapi kelompok keluarga dan anak agar komunikasi dan emosi anak dan keluarga pulih,  staf pembimbing   memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan terapi kelompok keluarga dan anak, terapi kelompok keluarga dan anak dapat terlaksana secara terprogram dan terstruktur. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Balai Pemasyarakatan, Bandar Lampung, dimulai dengan pelatihan staf pembimbing  tentang terapi kelompok, mengundang 40 anak dan keluarganya untuk mengikuti terapi kelompok.  Hasilnya,10 staf pembina berhasil melakukan terapi kelompok, sikap-sikap negatif antara anak dan keluarga berkurang, ada perbedaan yang bermakna antara komunikasi dan emosi keluarga dan anak antatara sebelum dan sesudah enam kali. terapi kelompok keluarga dan anak. Kesimpulan, komunikasi dan emosi anak membaik melalui terapi kelompok keluarga dan anak.  Terapi kelompok keluarga dan anak terbukti cepat memulihkan komunikasi dan emosi keluarga dan anak, lebih efektif dan efisien karena dalam waktu cepat bisa menjangkau banyak orang.  Pelaksanaan terapi kelompok keluarga dan anak memuaskan keluarga, anak dan staf pembina. Saran, sebaiknya terapi kelompok ini tetap dilanjutkan dengan tetap melibatkan staf pembimbing, anak dan keluarganya. Para staf pembimbing disarankan untuk tetap melakukan kegiatan terapi ini dengan mandiri, menambah pengetahuan, dan meningkatkan kreatifitas kegiatan-kegiatan dalam terapi.  
Pengaruh Terapi Token terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa Sunarsih, Sunarsih; Manurung, Idawati; Holidy, Holidy
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik Vol. 17 No. 1 (2021): Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik
Publisher : Departement of Nursing, Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Bandar Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.386 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v13i2.937

Abstract

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Token Ekonomi adalah suatu wujud modifikasi yang dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan pengurangan perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token (hadiah-hadiah).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata kemampuan mengontrol diri pasien rawat inap di LKS-ODK Kemiling Bandar Lampung sebelum dan setelah dilakukan terapi token.Jenis penelitian ini adalahquasy experimental dengan rancangan pretest-posttest one group design.Jumlah sampel sebanyak 20 orang, dipilih dengan purposive sampling.Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi.Hasil yang didapat adalah rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dilakukan terapi token adalah 20,05, dan rata-rata nilai kemampuan mengontrol perilaku kekerasan setelah mendapat terapi token adalah 36,20. Hasil uji dependen sample t-test didapat bahwa ada pengaruh kemampuan mengontrol perilaku kekerasan sebelum dan setelah dilakukan terapi token (p value 0,00<0,05). Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan intervensi pada asuhan keperawatan untuk pasien-pasien gangguan jiwa, khususnya perilaku kekerasan dengan menerapkan terapi aktivitas kelompok dan terapi token secara terprogram dan terstruktur.
PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT PADA IBU POST SECTIO CAESAREA Widiyawati, Adhaini; Manurung, Idawati; Murhan, Al
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik Vol. 16 No. 2 (2020): Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik
Publisher : Departement of Nursing, Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, Bandar Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jkep.v16i2.3102

Abstract

Nyeri post sectio caesarea akan  mengganggu proses bounding attachment antara ibu dan bayi. Musik dapat menurunkan stres dan nyeri sehingga mempercepat bounding attachment. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi musik terhadap bounding attachment pada ibu post sectio caesarea. Desain penelitian ini dengan quasy eksperimental non equivalent control group   Populasi adalah pasien post sectio caesarea dengan jumlah sampel 60 responden. Analisis dengan uji T test Independen. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata bounding attachment pada kelompok intervensi dengan terapi musik adalah 113.97, sedangkan rata-rata bounding attachment pada kelompok kontrol (tanpa terapi musik) adalah 98.70. Hasil analisis menunjukkan hasil ρ-value = 0,00, maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terapi musik terhadap bounding attachment pada ibu post sectio caesarea, dimana tingkat bounding attachment pada kelompok yang diberikan terapi musik lebih tinggi daripada ibu yang tidak diberikan tetapi musik. Sarannnya adalah sebaiknya program terapi musik ini bisa diberikan pada setiap rungan perawatan post partum di setiap rumah sakit.
Health Workers' Behavior and Attitudes: Impact on ARV Medication Adherence Manurung, Idawati; Amperaningsih, Yuliati; Rahmayati, El
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 10 (2025): Volume 7 Nomor 10 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i10.20201

Abstract

ABSTRACT Loss to follow-up in antiretroviral therapy (ART) is a frequent issue for people living with HIV (PLHIV), accelerating disease progression to AIDS and increasing HIV transmission rates. To address this, this study evaluated the influence of health workers' behavior and attitudes on ART adherence by examining PLHIV's perceptions of their conduct and perspectives during service delivery. A quantitative descriptive study employing questionnaires was conducted with a convenience sample of 42 people living with HIV (PLHIV) from a population of 200 individuals actively receiving antiretroviral therapy (ART) between April and June 2024. The study found that most participants were adult males diagnosed with HIV within the past two years and had a history of loss to follow-up. While participants generally reported positive perceptions of health workers' behavior and attitudes, and indicated high adherence to ART, statistical analysis showed no significant relationship between perceived health worker behavior and adherence. However, a significant relationship was found between positive perceptions of health worker attitudes and ART adherence. In conclusion, despite positive perceptions of health workers' behavior and attitudes among PLHIV in Bandar Lampung, ART adherence remains a concern, suggesting the need for targeted training in communication and counseling for health workers to enhance adherence potentially.    Keywords: HIV Patients, Behavior, Attitudes, Adherence.
Hubungan Stresor Lingkungan dengan Kenyamanan Pasien Manurung, Idawati; Khasanah, Lailatul; Kodri, Kodri
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 5 (2024): Volume 4 Nomor 5 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i5.13956

Abstract

ABSTRACT The environment in a patient's hospital room can play a significant role in their mental state and recovery process. Factors such as hygiene, room temperature, and noise levels can increase a patient's stress and discomfort levels. This study aims to determine the relationship between environmental stressors and patient comfort, The study was conducted at Dr. A. Dadi Tjokrodipo Hospital in Bandar Lampung in May 2023. The study used quantitative and Chi-Square methods and involved a questionnaire to measure environmental stressors and patient comfort. The population was patients in the surgical ward, with a sample of 90 respondents. The results indicated that most patients felt that environmental stressors (including hygiene, room temperature, and noise) were highly disruptive, and they felt very uncomfortable due to these factors. There was a statistically significant relationship between environmental stressors and patient comfort. In conclusion, environmental stressors such as hygiene, room temperature, and noise can significantly disrupt a patient's comfort during their treatment. Patient comfort can be improved by controlling these factors, and the room temperature was found to have the most significant impact on patient comfort. Hospitals must prioritize cleanliness, coolness, and tranquility of the inpatient environment to minimize patients' stress levels. Keywords: Stressors, Environment, Comfort, Patient.  ABSTRAK Lingkungan fisik ruang rawat inap mempengaruhi psikologis dan proses kesembuhan pasien. Ruang rawat yang tidak bersih, gerah dan bising akan meningkatkan stres dan ketidaknyamanan pada pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan stresor lingkungan dengan kenyamanan pasien. Jenis penelitian ini kuantitatif, dengan metoda Kai Kwadrat di Rumah Sakit Dr. A. Dadi Tjokrodipo, Bandar Lampung, Mei 2023. Populasi penelitian pasien rawat inap bedah dengan sampel 90 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lebih banyak pasien yang merasa terganggu dengan stresor lingkungan (kebersihan, kegerahan dan kebisingan) dan lebih banyak pasien yang merasa tidak nyaman.  Hasil analisis menunjukkan ada hubungan bermakna antara stresor lingkungan dengan kenyamanan pasien. Kesimpulan, stresor lingkungan seperti kebersihan, kegerahan dan kebisingan sangat mengganggu kenyamanan pasien selama di rawat. Kenyamanan akan meningkat bila variabel kegerahan, kebersihan dan kebisingan dapat dikontrol dan yang paling besar pengaruhnya terhadap kenyamanan pasien adalah kegerahan atau kesejukan ruangan. Saran, rumah sakit harus tetap memperhatikan kebersihan, kesejukan dan ketenangan lingkungan rawat inap karena itu akan mengurangi stres pasien.  Kata Kunci: Stresor, Lingkungan, Kenyamanan, Pasien