Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Prototype of Health Education to Improve the Quality of Life of Students with Scoliosis Saputra, Andrew Wijaya; Fuadi, Dela Fariha; Syafitri, Putri Karina; Hayuningrum, Cicilia Febriani; Nesi; Rantika, Wa Ode; Faradilla, Adella; Fatimah, Danisa Nurul; Ramadan, Suryo
Physical Therapy Journal of Indonesia Vol. 4 No. 2 (2023): July-December 2023
Publisher : Universitas Udayana dan Diaspora Taipei Medical University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/ptji.v4i2.162

Abstract

Background: Adolescent idiopathic scoliosis (AIS) is a malalignment vertebra that occurs in adolescence and develops at 11 – 18 years old. This condition could worsen due to poor posture habits and heavy load on one side during daily activities. This study aims to examine whether the prototype health education impacted the quality of life of students with scoliosis. Methods: This research used quasi-experimental with pre-test and post-test design. This study's population was all Public Junior High School students in 289 Jakarta. Moreover, a purposive sampling technique was used. Fifteen students participated and completed all the interventions. The participant conducted a posture assessment using a postural grid, and then the degree of the spine curve was measured using a scoliometer, and the pain was measured by the Visual Analog Scale (VAS). For evaluation, it will focus on knowledge about scoliosis, posture, pain level, and quality of life. Results: The Wilcoxon test shows significant differences between before and after the intervention on the knowledge (p<0.001; z = -3.535), degree of scoliosis (p<0.5; z = -2.264), pain level (p<0.5; z = -2.232 ), and quality of life scores (p<0.01; z = -2.848). A pre-test and post-test correlation test was carried out using the Spearman test. There was a correlation between pain and the student's quality of life (r=0.551). Conclusion: The prototype in this study could improve knowledge significantly but did not significantly improve students' quality of life. However, it showed that reducing pain could improve the quality of life for students with scoliosis.
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament Dextra Dengan Terapi Latihan Di RS Hermina Kemayoran Hasanah, Tri Nur Uswatun; Syafitri, Putri Karina; Hayuningrum, Cicilia Febriani; Utomo, Dani Hafiz
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 3 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i3.867

Abstract

Background: ACL reconstruction is a surgical procedure that involves grafting tendon tissue (graft) to restore knee stability and joint fixation. Problems after ACL reconstruction include pain, limited ROM, decreased muscle circumference, decreased muscle strength, and decreased functional ability in the lower extremities. Objective: To determine physiotherapy management in cases of post ACL reconstruction dextra with exercise therapy on pain, ROM limitations, muscle circumference, muscle strength, and functional abilities. Methods: Case study with one patient post ACL reconstruction performed for 3 weeks with 5 times evaluation. Pain was measured with VAS. ROM limitation was measured with a goniometer. Muscle circumference was measured by midline. Muscle strength was measured with a sphygmomanometer. Functional ability with IKDC. Research Results: After 5 times of therapy, it was found that there was a decrease in pain, an increase in knee ROM, an increase in muscle circumference and muscle strength, and an increase in functional ability in the lower extremities. Conclusion: Giving exercise therapy to patients post ACL reconstruction can increase muscle circumference and muscle strength so that there is a decrease in pain scale, increased knee ROM, and increased functional ability in the lower extremities. Latar Belakang: Rekonstruksi ACL merupakan prosedur pembedahan dengan mencangkok jaringan tendon (graft) untuk mengembalikan stabilitas lutut dan fiksasi pada sendi. Problematika pasca tindakan rekonstruksi ACL, yaitu nyeri, keterbatasan ROM, penurunan lingkar otot, penurunan kekuatan otot, dan penurunan kemampuan fungsional pada ekstremitas bawah. Tujuan: Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus post rekonstruksi ACL dextra dengan terapi latihan terhadap nyeri, keterbatasan ROM, lingkar otot, kekuatan otot, dan kemampuan fungsional. Metode: Studi kasus dengan satu pasien post rekonstruksi ACL yang dilakukan selama 3 minggu dengan 5 kali evaluasi. Nyeri diukur dengan VAS. Keterbatasan ROM diukur dengan goniometer. Lingkar otot diukur dengan midline. Kekuatan otot diukur dengan sphygmomanometer. Kemampuan fungsional dengan IKDC. Hasil Penelitian: Setelah dilakukannya terapi sebanyak 5 kali, didapatkan hasil terdapat penurunan nyeri, peningkatan ROM lutut, peningkatan lingkar otot dan kekuatan otot, serta peningkatan kemampuan fungsional pada ekstremitas bawah. Kesimpulan: Pemberian terapi latihan pada pasien post rekonstruksi ACL dapat meningkatkan lingkar otot dan kekuatan otot sehingga terjadi penurunan skala nyeri, peningkatan ROM lutut, dan peningkatan kemampuan fungsional pada ekstremitas bawah.
Manajemen komprehensif insomnia terkait smartphone pada mahasiswa: Perspektif keperawatan, farmasi, dan fisioterapi Maulina, Devi; Anugrahwati, Ria; Adiana, Sylvi; Syafitri, Putri Karina; Arianti, Varda; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Retnani, Ajeng Dwi
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 4 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i4.1619

Abstract

Penggunaan smartphone secara berlebihan telah menjadi faktor pemicu meningkatnya kasus insomnia di kalangan mahasiswa. Paparan cahaya biru, stimulasi kognitif yang terus-menerus, dan gangguan ritme sirkadian berdampak negatif terhadap kualitas tidur. Mengingat kompleksitas masalah ini, diperlukan pendekatan komprehensif dan kolaboratif lintas profesi untuk penanganannya. Artikel ini disusun sebagai tinjauan naratif berbasis literatur yang relevan dari berbagai sumber primer dan sekunder (2013–2024), dengan fokus pada peran keperawatan, farmasi, dan fisioterapi dalam manajemen insomnia terkait penggunaan smartphone. Penelusuran dilakukan melalui database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar menggunakan kata kunci: insomnia, smartphone use, nursing intervention, pharmaceutical care, physiotherapy, dan interprofessional collaboration. Tinjauan menunjukkan bahwa perawat berperan dalam edukasi sleep hygiene dan teknik perilaku seperti CBT-I; farmasis berkontribusi melalui edukasi rasional penggunaan suplemen atau obat tidur; sedangkan fisioterapis mendukung melalui intervensi fisik seperti latihan relaksasi otot dan teknik pernapasan. Sinergi ketiga profesi ini membentuk pola layanan integratif yang responsif terhadap kebutuhan mahasiswa. Pendekatan multidisipliner dalam manajemen insomnia terbukti lebih efektif dibandingkan pendekatan tunggal. Kolaborasi antara keperawatan, farmasi, dan fisioterapi memungkinkan intervensi yang lebih personal, holistik, dan berkelanjutan. Implikasi dari temuan ini menegaskan pentingnya integrasi pendidikan interprofesional dalam kurikulum serta penerapan praktik kolaboratif dalam pelayanan kesehatan kampus.
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Post ORIF Fraktur1/3 Proximal Tibia Dextra dengan menggunakan terapi latihan di RS Hermina Daan Mogot Syafitri, Putri Karina; Hayuningrum, Cicilia Febriani; Apriliani, Tika; Utomo, Dani Hafiz
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 1 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i1.1342

Abstract

Latar belakang: Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas atau retakan jaringan tulang yang disebabkan cidera traumatik dan faktor patologi pada tulang itu sendiri. Fraktur tibia adalah fraktur lutut periarticular dari lutut bagian proksimal. Tulang tibia merupakan permukaan tulang dari tibia proksimal yang membentuk setengah distal dari sendi knee. Tujuan: Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dengan menggunakan terapi latihan pada kasus post ORIF fraktur 1/3 proximal tibia dextra. Metode: penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus yang menggunakan 1 sampel dan dilakukan terapi selama 6 kali pertemuan dalam 4 minggu. Sampel memenuhi syarat penelitian yaitu telah melakukan tindakan operasi ORIF. Penelitian ini menggunakan alat ukur NRS untuk nyeri, midline untuk oedema, goniometer untuk LGS, MMT untuk kekuatan otot dan LEFT untuk mengukur kemampuan fungsional. Hasil: Setelah dilakukan terapi selama 5 kali terdapat penurunan nyeri diam dari 3 ke 1, nyeri tekan dari 6 ke 4 dan nyeri gerak dari 6 ke 4, penurunan oedema dari 37 cm ke 35,5 cm, peningkatan LGS fleksi knee dari 500 ke 850, ekstensi knee dari -80 ke 30, yang didapatkan yaitu terdapat pengaruh dengan adanya pemberian terapi latihan. Terapi latihan dapat meningkatkan fleksibilitas secara aktif dan memeperkuat otot agonis sehingga mampu meningkatkan lingkup gerak sendi. Kesimpulan: Intervensi dengan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, oedema, meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi pada pasien Post ORIF Fraktur 1/3 Tibia Dextra.
PENCEGAHAN CEDERA ANKLE PADA KOMUNITAS FUTSAL SMP NEGERI 289 JAKARTA Hayuningrum, Cicilia Febriani; Nesi, Nesi; Syafitri, Putri Karina; Saputra, Andrew Wijaya; Fuadi, Dela Fariha; Rantika, Wa Ode
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.32558

Abstract

Permainan futsal menjadi semakin popular di kalangan remaja di Indonesia. Dalam permainan futsal, sendi ankle merupakan salah satu sendi yang memiliki risiko paling tinggi mengalami cedera. Hal ini membuat pemahaman mengenai cedera, tindakan pencegahan serta penanganan yang tepat merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh siswa yang tergabung dalam komunitas futsal. Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan kepada 32 orang siswa komunitas futsal di SMP Negeri 289 Jakarta pada 23 Oktober 2023, dengan tujuan meningkatkan pemahaman mereka mengenai cedera, tindakan pencegahan serta penanganannya. Setalah mengikuti kegiatan, pemahaman 65.625% siswa terkait cedera ankle mengalami peningkatan. Selain itu diketahui juga bahwa, 56.25% siswa mengalami kelainan arkus dan 90% siswa mengalami joint laxity. Tim dosen dan mahasiswa Program Studi D3 Fisioterapi selanjutnya memberikan tindakan stretching, strengthening dan latihan keseimbangan sebagai penanganan. Siswa komunitas futsal SMP Negeri 289 mendapatkan dampak positif dari kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, hal ini terlihat dari antusiasme siswa selama mengikuti kegiatan.
Pelatihan Self-Stretching dan Self-strengthening dalam Mengurangi Keluhan Neck Pain pada Pekerja Kantoran di Institut Kesehatan Hermina Fuadi, Dela; Syafitri, Putri Karina; Nesi, Nesi; Hayuningrum, Cicilia Febriyani; Saputra, Andrew Wijaya
Jurnal Pengabdian Masyarakat Inovasi Indonesia Vol 2 No 2 (2024): JPMII - April 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jpmii.333

Abstract

Nyeri leher merupakan salah satu keluhan musculoskeletal yang sering ditemukan pada pekerja kantoran. Hal ini disebabkan karena pergerakan lengan atas dan leher yang berulang-ulang, beban statis pada otot leher dan bahu, serta posisi leher yang statis saat bekerja. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada pekerja kantoran untuk melakukan stretching dan strengthening secara mandiri untuk mengurangi keluhan nyeri leher. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah pekerja kantoran di Institut Kesehatan Hermina yang memiliki keluhan nyeri leher dalam 7 hari terakhir. Peserta PkM terdiri dari 18 orang pekerja kantoran di Institut Kesehatan Hermina, setelah dilakukan beberapa pemeriksaan didapatkan seluruh peserta memiliki keluhan nyeri leher dan tingkat pengetahuan terkait nyeri leher ini masih kurang. Peserta diberikan pelatihan self-stretching dan Self-strengthening. Hasil dari pelatihan ini adalah seluruh peserta mengalami peningkatan pengetahuan dan penurunan tingkat nyeri. Namun, nyeri tidak sepenuhnya hilang, hal ini disebabkan penyebab keluhan nyeri leher belum ditangani.