Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Aktivitas Antioksidan Daun Iler Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Moelyono, M W; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Diantini, Ajeng; Musfiroh, Ida; Sumiwi, Sri Adi; Iskandar, Yoppi; Susilawati, Yasmiwar
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT : Antioxidants are the compounds capable to inhibit free radical reactions in the human body. This research was aimed to identify the antioxidant potency of ethanolic extract of Plectranthus scutellaroides leaves in vitro by using spectrophotometric methods with DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) using vitamin C as reference. Concentrations of samples used were 75, 100, 115, 125 and 135 ppm. The antioxidant activity was measured by visible spectrophotometry at three wavelengths of 498, 518 and 538 nm. The result showed that the n-hexane fraction gave the highest antioxidant activity with IC50 of 52.5 ppm, 15 times lower than that of vitamin C (IC50 of 3.33 ppm). Phytochemical screening of the Plectranthus scutellaroides leaves indicated the presence of flavonoids, polyphenolic, monoterpenoids, sesquiterpenoids, steroids and triterpenoids. Keywords: antioxidant, Plectranthus scutellaroides, leaves, DPPH ABSTRAK Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan dari daun Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br., secara in vitro dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan vitamin C sebagai pembanding. Daun diekstrak menggunakan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan air. Variasi konsentrasi sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah 75, 100, 115, 125 dan 135 ppm. Aktivitas antioksidan diukur secara spektrofotometri pada tiga panjang gelombang yaitu 498, 518 dan 538 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana pada konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC sebesar 52.5 ppm, 15 kali lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (IC50 = 3.33 ppm). Hasil penapisan fitokimia terhadap daun Plectranthus scutellaroides menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroid dan tritertenoid. Kata kunci: antioksidan, Plectranthus scutellaroides, daun, DPPH
Aktivitas Antioksidan Daun Iler Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Moelyono, M W; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Diantini, Ajeng; Musfiroh, Ida; Sumiwi, Sri Adi; Iskandar, Yoppi; Susilawati, Yasmiwar
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.122 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.416

Abstract

ABSTRACT : Antioxidants are the compounds capable to inhibit free radical reactions in the human body. This research was aimed to identify the antioxidant potency of ethanolic extract of Plectranthus scutellaroides leaves in vitro by using spectrophotometric methods with DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) using vitamin C as reference. Concentrations of samples used were 75, 100, 115, 125 and 135 ppm. The antioxidant activity was measured by visible spectrophotometry at three wavelengths of 498, 518 and 538 nm. The result showed that the n-hexane fraction gave the highest antioxidant activity with IC50 of 52.5 ppm, 15 times lower than that of vitamin C (IC50 of 3.33 ppm). Phytochemical screening of the Plectranthus scutellaroides leaves indicated the presence of flavonoids, polyphenolic, monoterpenoids, sesquiterpenoids, steroids and triterpenoids. Keywords: antioxidant, Plectranthus scutellaroides, leaves, DPPH ABSTRAK Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan dari daun Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br., secara in vitro dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan vitamin C sebagai pembanding. Daun diekstrak menggunakan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan air. Variasi konsentrasi sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah 75, 100, 115, 125 dan 135 ppm. Aktivitas antioksidan diukur secara spektrofotometri pada tiga panjang gelombang yaitu 498, 518 dan 538 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana pada konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC sebesar 52.5 ppm, 15 kali lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (IC50 = 3.33 ppm). Hasil penapisan fitokimia terhadap daun Plectranthus scutellaroides menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroid dan tritertenoid. Kata kunci: antioksidan, Plectranthus scutellaroides, daun, DPPH
Uji Efektivitas Sediaan Obat Kumur Dari Ekstrak Etanol Daun Prasman (Eupatorium Triplinerve Vahl) Terhadap Streptococcus Mutans Ilham Maulana; Anna Uswatun Hasanah; Rahmadhani Tyas; Aden Dhana Rizkita
Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 9 No. 1 (2022): Jurnal Kesehatan Mahardika
Publisher : LPPM ITEKES Mahardika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54867/jkm.v9i1.96

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas sediaan obat kumur dari ekstrak etanol Daun Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas dari ekstrak etanol Daun Prasman terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Metode yang digunakan dalam pengambilan ekstrak dengan menggunakan metode maserasi. Ekstrak yang dihasilkan kemudian diformulasikan dengan variasi konsentrasi 1%, 2% dan 4% dan kontrol tanpa zat aktif. Pengujian obat kumur yang dilakukan antara lain pengujian organoleptis,pH dan uji aktivitas antimikroba yang dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar untuk menentukan diameter hambatan terhadap Streptococcus mutans dengan menggunakan piperdisk pada Medium Muller Hinton Agar (MNA). Setelah inkubasi 24 jam didapatkan zona hambatan Pada konsentrasi Ekstrak Daun Prasman 4%, 2%dan 1% yaitu sebesar 11,66 mm, 10,5 mm, dan 9,01 mm sedangkan formula kontrol negatif sebesar 7 mm. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 4% memberikan daya hambat yang lebih efektif
Gambaran Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien BPJS Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit X Periode Mei–Juli 2023 Shas, Mutiara Diva Azzahra; Adiana, Sylvi; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.931

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum di dunia, khususnya di Indonesia. Penanganan Hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologis tunggal maupun kombinasi. Jika pemberian farmakologis tunggal tidak mencapai sasaran tekanan darah yang dianjurkan, maka terapi farmakologis kombinasi baru dapat diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis Antihipertensi dan tipe terapi yang paling banyak digunakan di Poliklinik Penyakit Dalam BPJS Rumah Sakit X periode Mei sampai Juli 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Dari penelitian ini didapatkan resep pasien berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak (61,19%) dibanding resep pasien laki-laki (38,81%), berdasarkan kriteria usia terbanyak adalah resep pasien Masa Lansia Akhir (35,82%), berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah resep pasien Hipertensi dengan penyerta Diabetes (79,10%), berdasarkan Tipe Terapi terbanyak adalah Tipe Terapi Tunggal (50,37%), berdasarkan penggunaan Tipe Terapi Tunggal terbanyak adalah Amlodipine 10 mg (22,96%), dan berdasarkan penggunaan Tipe Terapi Kombinasi terbanyak adalah kombinasi ARB dan CCB (59,40%). Kata Kunci : Antihipertensi, Pola Penggunaan, Rumah SakitHipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum di dunia, khususnya di Indonesia. Penanganan Hipertensi dapat dilakukan dengan terapi farmakologis tunggal maupun kombinasi. Jika pemberian farmakologis tunggal tidak mencapai sasaran tekanan darah yang dianjurkan, maka terapi farmakologis kombinasi baru dapat diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis Antihipertensi dan tipe terapi yang paling banyak digunakan di Poliklinik Penyakit Dalam BPJS Rumah Sakit X periode Mei sampai Juli 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Dari penelitian ini didapatkan resep pasien berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak (61,19%) dibanding resep pasien laki-laki (38,81%), berdasarkan kriteria usia terbanyak adalah resep pasien Masa Lansia Akhir (35,82%), berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah resep pasien Hipertensi dengan penyerta Diabetes (79,10%), berdasarkan Tipe Terapi terbanyak adalah Tipe Terapi Tunggal (50,37%), berdasarkan penggunaan Tipe Terapi Tunggal terbanyak adalah Amlodipine 10 mg (22,96%), dan berdasarkan penggunaan Tipe Terapi Kombinasi terbanyak adalah kombinasi ARB dan CCB (59,40%).
Profil Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Paru Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan BPJS Rumah Sakit “X” Jakarta Pusat Periode Januari-Desember 2022 Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Laeman, Safirah Adlina
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 4 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i4.950

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global dan menjadi masalah serius di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang rentan terjadi pada usia produktif karena tingginya mobilitas. Pemberian pengobatan secara lengkap dan sesuai dengan pedoman sangat diperlukan guna mengurangi angka kematian akibat tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita tuberkulosis paru, jenis dan pola penggunaan, serta lama penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT) yang diberikan pada penderita tuberkulosis paru jaminan BPJS di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit “X” Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik penderita tuberkulosis paru pada usia produktif terbanyak yaitu usia dewasa 26 – 45 tahun berjumlah 48 penderita (47%) dan jenis kelamin laki – laki sejumlah 62 penderita (60%). Jenis penggunaan OAT yang digunakan pada penderita tuberkulosis paru adalah OAT KDT kategori I sebanyak 77 penderita (75%) dan OAT KDT pergantian menjadi OAT Lepasan (Kombipak) sebanyak 26 penderita (25%). Pola penggunaan OAT KDT yang digunakan adalah fase intensif 4KDT dan fase lanjutan 2KDT, sementara pola penggunaan OAT Lepasan (Kombipak) adalah R/H, R/H/E, dan R/H/Z/E. Lama penggunaan OAT pada penderita tuberkulosis paru terbanyak adalah masa pengobatan > 6 bulan yaitu sebanyak 50 penderita (48%) karena mengalami komplikasi.
Gambaran penggunaan obat antihiperlipidemia di instalasi farmasi rawat jalan BPJS rumah sakit x periode juli - september 2023 Jayanti, Dewi; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 5 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i5.958

Abstract

Perubahan zaman menyebabkan perubahan gaya hidup manusia sehingga terjadi perubahan pola aktivitas fisik, makanan yang dikonsumsi, makan yang tidak teratur. Hal itu menyebabkan seseorang dapat menderita dislipidemia. Dislipidemia yang tidak ditangani dapat menjadi penyebab dari penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian. Pengobatan antihiperlipidemia yang diberikan harus aman dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peresepan obat antihiperlipidemia di Instalasi Farmasi BPJS Rumah Sakit X periode Juli-September 2023. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data resep yang berisi obat antihiperlipidemia dengan maksud untuk mengetahui resep yang berisi obat antihiperlipidemia berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pasien, berdasarkan jenis terapi, dan berdasarkan obat penyakit degeneratif lainnya di Instalasi Farmasi BPJS Rumah Sakit X periode Juli-September 2023. Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik usia yaitu kelompok usia 56-65 tahun sebanyak 50 resep (35,46%), karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 71 resep (50,4%), berdasarkan karakteristik penyakit penyerta yaitu penyakit Jantung sebanyak 46 resep (32,62%), berdasarkan obat antihiperlipidemia yang diresepkan yaitu simvastatin sebanyak 76 resep (54%), dan berdasarkan obat penyakit degeneratif lainnya yang diresepkan yaitu Bisoprolol sebanyak 44 resep (16,60%).
Manajemen komprehensif insomnia terkait smartphone pada mahasiswa: Perspektif keperawatan, farmasi, dan fisioterapi Maulina, Devi; Anugrahwati, Ria; Adiana, Sylvi; Syafitri, Putri Karina; Arianti, Varda; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Retnani, Ajeng Dwi
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 4 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i4.1619

Abstract

Penggunaan smartphone secara berlebihan telah menjadi faktor pemicu meningkatnya kasus insomnia di kalangan mahasiswa. Paparan cahaya biru, stimulasi kognitif yang terus-menerus, dan gangguan ritme sirkadian berdampak negatif terhadap kualitas tidur. Mengingat kompleksitas masalah ini, diperlukan pendekatan komprehensif dan kolaboratif lintas profesi untuk penanganannya. Artikel ini disusun sebagai tinjauan naratif berbasis literatur yang relevan dari berbagai sumber primer dan sekunder (2013–2024), dengan fokus pada peran keperawatan, farmasi, dan fisioterapi dalam manajemen insomnia terkait penggunaan smartphone. Penelusuran dilakukan melalui database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar menggunakan kata kunci: insomnia, smartphone use, nursing intervention, pharmaceutical care, physiotherapy, dan interprofessional collaboration. Tinjauan menunjukkan bahwa perawat berperan dalam edukasi sleep hygiene dan teknik perilaku seperti CBT-I; farmasis berkontribusi melalui edukasi rasional penggunaan suplemen atau obat tidur; sedangkan fisioterapis mendukung melalui intervensi fisik seperti latihan relaksasi otot dan teknik pernapasan. Sinergi ketiga profesi ini membentuk pola layanan integratif yang responsif terhadap kebutuhan mahasiswa. Pendekatan multidisipliner dalam manajemen insomnia terbukti lebih efektif dibandingkan pendekatan tunggal. Kolaborasi antara keperawatan, farmasi, dan fisioterapi memungkinkan intervensi yang lebih personal, holistik, dan berkelanjutan. Implikasi dari temuan ini menegaskan pentingnya integrasi pendidikan interprofesional dalam kurikulum serta penerapan praktik kolaboratif dalam pelayanan kesehatan kampus.
Pola penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di instalasi rawat inap rumah sakit X Bekasi tahun 2023 Zaevany, Tatiek Arsita; Adiana, Sylvi; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah
Indonesian Journal of Health Science Vol 5 No 4 (2025)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v5i4.1630

Abstract

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang memerlukan penanganan segera, termasuk pemberian antibiotik yang tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi dan memperburuk kondisi pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di instalasi rawat inap Rumah Sakit X Bekasi tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan kuantitatif dalam metode deskriptif dalam desain penelitian data diambil secara retrospektif. Penelitian ini menggunakan sampel resep pasien pneumonia di Rumah Sakit X Bekasi yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pasien yaitu jenis kelamin laki – laki sebanyak 74 pasien (63,25%), usia masa balita 0 – 5 tahun sebanyak 90 pasien (76,92%) dan diagnosa terbanyak yaitu pneumonia sebanyak 68 (58,12%). Pada penggunaan berdasarkan jenis antibiotik paling banyak digunakan yaitu ampisillin sulbactam sebanyak 63 pasien, (45,00%), penggunaan berdasarkan golongan antibiotik paling banyak yaitu Penisillin sebanyak 66 pasien (47,14%).