Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

DINAMIKA KONFLIK ANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA DAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA Prasetiyo, Angga; Farida, Farida; SBK, Aulia Novemy Dhita
FAJAR HISTORIA: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 3, No 1 (2019): Fajar Historia
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.146 KB)

Abstract

Persatuan Guru Republik Indonesia atau disingkat PGRI merupakan wadah organisasi yang menampung semua guru di Indonesia. PGRI memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan, terutama dalam perbaikan kualitas guru di Indonesia. PGRI juga berperan aktif dalam pembangunan pendidikan dengan adanya universitas atau sekolah yang dikelola oleh PGRI. PGRI juga berperan dalam perlawanan guru-guru dalam kemerdekaan Indonesia. Selain itu perjuangan PGRI tidak terlepas dari dinamika setiap masa di Indonesia antara lain; masa orde lama, masa orde baru, masa reformasi sampai sekarang. Dalam sejarah berdirinya PGRI sampai sekarang tidak terlepas dari tantangan dan hambatan yang muncul dari factor internal maupun eksternal. Pada masa orde lama menuju orde baru, muncul konflik didalam organisasi PGRI, yaitu dimana diakibatkan oleh oleh ikut campurnya PKI yang menyebabkan dualisme organisasi dan kepemimpinan. Dimana PKI membentuk sebuah organisasi serupa dengan PGRI, akan tetapi bermuatan paham komunis. Upaya PKI ini merupakan cara agar PGRI runtuh dan digantikan organisasi guru yang berafiliasi dengan PKI. Perseteruan ini muncul dalam kongres-kongres PGRI. Upaya yang dilakukan orang-orang yang berafiliasi dengan PKI adalah mengganggu semua kegiatan yang dilakukan PGRI. Basis-basis kekuatan orang-orang yang berafiliasi dengan PKI terdapat di beberapa daerah di pulau Jawa, sedangkan untuk diluar wilayah jawa dukungan untuk kelompok-kelompok ini sangat kecil, bahkan tidak ada. Setelah munculnya pemberontakan PKI yang gagal pada saat itu, berakhir juga kelompok-kelompok tersebut dalam menggangu kegiatan organisasi PGRI. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PGRI mengokohkan kekuatan organisasinya dalam mempertahankan ideologi organisasi yang berlandaskan Pancasila dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh PKI dalam upayanya untuk menggangu kesetabilan oraganisasi PGRI. Tujuan penulisan artikel ini yaitu: 1) menjelaskan dinamikaperseteruan antara PKI dengan PGRI. Fase ini ditandai dengan bermunculan sekelompo orang yang berafiliasi dengan PKI dan berupaya membuat seluruh kegiatan PGRI terhambat dan 2) menjelaskan bagaimana berakhirnya perseteruan tersebut. Ada dua kesimpulan penting dalam tulisan ini yaitu: 1)Oranisasi PGRI sejak dibentuk memiliki dasar Ideologi Pancasila yang kokoh dan berhasil bertahan dari upay-upaya pembubaran organisasi tersebut; 2)PGRI merupakan wadah untuk para guru dalam memperjuangkan kesejahteraan guru. Metodologi yang digunakan adalah kajian literature dengan mengkaji berbagai referensi terkait gerakan guru di Indonesia dan kongres-kongres PGRI. Hal penting yang harus dilakukan oleh PGRI dalam mengkokohkan organisasi adalah memperkuat ideologi pancasila dan memperjuangkan kesejahteraan guru .Dalam pengambilan data penelitian ini, penulis mengambil dari beberapa sumber-sumber tertulis, dengan metode kualitatif.
Dinamika Pasar Sekanak di Kota Palembang 2010-2016 Vini Anggarini; Farida Farida; Alian Alian
PATTINGALLOANG Vol. 7, No. 1, April 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.941 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v7i1.12512

Abstract

Penelitian ini didasari oleh keinginan penulis untuk mengetahui tentang sejarah berdirinya Pasar Sekanak di Palembang yang pernah menjadi salah satu pusat perdagangan di Palembang serta melihat bagaimana keadaan Pasar Sekanak saat ini. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan langkah-langkah dari heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi serta menggunakan beberapa pendekatan ilmu seperti geografi, ekonomi, dan sosiologi. Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana dinamika Pasar Sekanak dari tahun 2010-2016 serta melihat apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika dari Pasar Sekanak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menjelaskan kondisi dari pasar sekanak saat ini serta faktor internal dan eksternal yang memperngaruhinya. Pasar Sekanak merupakan salah satu pasar tertua di Palembang yang perlu diamati. Guna melestarikan pasar ini perlu dilakukan perbaikan dan perubahan agar mampu bersaing dengan pasar lainnya untuk itu diperlukan kerjasama dukungan dari semua pihak terutama pemerintah, pengelola pasar dan pedagang selaku pemeran dalam aktivitas ekonomi di pasar. Kata Kunci: Dinamika, Pasar Sekanak, PalembangAbsractThis research is based on the desire of the author to find out about the history of the establishment of the Sekanak Market in Palembang which was once one of the trading centers in Palembang and see how the current situation of the Sekanak Market. The method used is the historical method with steps from heuristics, source criticism, interpretation and historiography and uses several scientific approaches such as geography, economics, and sociology. The problem raised is how the dynamics of the Sekanak Market from 2010-2016 and see what factors influence the dynamics of the Sekanak Market. The purpose of this study is to disclose and explain the conditions of the current market and the internal and external factors that affect it. Pasar Sekanak is one of the oldest markets in Palembang that needs to be observed. In order to preserve this market, repairs and changes need to be made in order to be able to compete with other markets, therefore cooperation from all parties is needed, especially the government, market managers and traders as actors in economic activities in the market.Key words: Dynamic,  Sekanak Market, Palembang
FABRICS IN PALEMBANG COMMUNITY LIFE FARIDA FARIDA; ROSMAIDA SINAGA
Sriwijaya University Learning and Education International Conference Vol 2, No 1 (2016): 2nd SULE-IC
Publisher : Sriwijaya University Learning and Education International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this paper is to describe the role of the fabric community inPalembang from time to time. Fabric is a vital necessity that can not be separatedfrom daily life of Palembang community. At the beginning, this vital need only bemet by using wood as a raw material. On the development, the processing of woodfiber materials was growing. In addition the use of cotton fabrics from India andChina silk is also increasingly becoming an integral part in the life of thearchipelago. Palembang occupied a special position in the cloth trade, especially asmost potential fabric lovers in Southeast Asia, together with Jambi. Both of theregions known as the Southeast Sumatra. The function of fabric for Palembangsociety is very diverse, ranging from meeting the needs of body armor consisting offabric, and scarves, to other functions. These functions among others, as a symbol ofone's status, prizes, a medium of exchange, pay fines, media peace, a symbol of thebond, the means of diplomacy, prestige and heritage, thus, the position ofPalembang as a connoisseur and developer of cloth until now continues. So normalthat until now Palembang is famous as the sole producer of the most beautiful fabricknown as the Queen of fabric which is Songket Fabric.
THE DIASPORA OF PALEMBANGNESE ZURIAT IN MALUKU Farida R Wargadalem; Nanda Julian Utama; Lukman Nadjamuddin
Sriwijaya University Learning and Education International Conference Vol 3, No 1 (2018): 3rd-SULE-IC
Publisher : Sriwijaya University Learning and Education International Conference

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper is to provide an explanation and a description about the diaspora of Sultan Mahmud Badaruddin II and his descendants (Zuriat) descendants and his followers in Maluku islands. This study is limited to three regions; Ternate Island, Bacan Island, and Ambon City. The main problem in this research is what lies behind the occurrence of diaspora from zuriates of Sultan Mahmud Badaruddin II and his followers, and their roles in these three locations. Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) was one of the greatest and the most prominent Sultan in Palembang Sultanate. In addition, he was also respected because he dared to oppose foreign parties, especially Dutch and British who were eager to seizing Palembang's natural wealth which known had dominated the trade of tin and pepper as the result it led to several wars with the Sultanate. This battle was won by Dutch, which resulted in capturing and exiling of the Sultan and his followers to Batavia (1821) and Ternate in 1822. It was the beginning of the exile of Palembangnese into Maluku Islands. The second exile took place in 1825, after the resistance led by Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom, the son of Sultan Ahmad Najamuddin II. Fifty years later, the exile occurred again in the descendants of SMB II, and other Sultanate families. This second exile spread out to several points. It was the beginning of diaspora of Palembangnese zuriat began almost everywhere in Maluku Islands. It can be said that the concentration of the Palembangnese is more common in the three places mentioned above. They made relation, and created new cultural patterns. In addition, some of them are also considered important because they become ellites. It becomes the most interesting point to be discussed through a historical perspective, by prioritizing historical methodology and oral traditions that will become references as well as being the main source in this paper.
Perkembangan Sosial Ekonomi Kota Lubuklinggau Tahun 2001-2016 Diki Jayandika; Farida Farida; Yunani Hasan
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v8i1.7439

Abstract

Penelitian ini berjudul Perkembangan Sosial Ekonomi Kota Lubuklinggau Tahun 2001-2016. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan sosial Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016 dan bagaimana perkembangan ekonomi Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan sosial Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016 dan untuk mengetahui perkembangan ekonomi Kota Lubuklinggau tahun 2001-2016. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Kota Lubuklinggau menjadi kota madya pada tahun 2001 setelah sebelumnya menjadi kota administratif dari Kabupaten Musi Rawas. Pada bidang sosial yang diteliti penulis mencakup pada bidang pendidikan, agama, kesehatan, kemiskinan, keamanan, dan ekonomi. Peningkatan terjadi yakni pada bidang pendidikan, agama, kesehatan dan keamanan dan penurunan terjadi pada bidang kemiskina. Sedangkan pada bidang ekonomi, terjadi peningkatan baik pendapaatan daerah regional bruto (PDRB) maupun pendapatan perkapita Kota Lubuklinggau.Kata kunci : Kota Lubuklinggau, Sosial, Ekonomi
Perkembangan Perekonomian Transmigran di Belitang (1937-1942) Rendi Marta Agung; Yunani Hasan; Farida Farida
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v2i2.8907

Abstract

The title of this research is Development of Transmigrants Economy in Belitang (1937-1943). The problem of this research were how the coming process and the development of transmigrants in Belitang in 1937-1943 in social and economy. The method used in this research is the historical method; a systematic framework to collect historical sources, by giving criticism and judgment in solving facts, to obtain the truth, and to present it in writing. In this research the writer was using sociology, economic, and geography approach. The result of data analysis showed that the development of the Dutch economy in implementation of transmigration is quite successful to solve of the lack of agricultural land and reducing poverty in Java by providing the land in Belitang, Sumatra Selatan, as residence and place of income. In the social interaction is occurred both Komering and Java people which is producing helped each other and cooperate.  Keywords : Transmigrants, Development,  Economy, Belitang.
Perkembangan Agama Katolik di Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 1950-1980 (Sumbangan Materi Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS di SMA Xaverius 1 Belitang) Yeni Astuti Veronika; Farida Farida; Supriyanto Supriyanto
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v4i2.4789

Abstract

Penelitian ini berjudul “Perkembangan Agama Katolik di Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 1950-1980 (Sumbangan Materi Pelajaran Sejarah di Kelas XII IPS SMA Xaverius 1 Belitang)”. Penelitian ini dilakukan atas keinginan penulis untuk mengetahui sejarah perkembangan agama Katolik di Belitang setelah misionaris menjalankan kembali misi Katolik di wilayah ini.  Adapun metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan proses pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara dan studi kepustakaan. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan agama Katolik di Belitang pada tahun 1950-1980.Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan agama Katolik di Belitang dikarenakan pada tahun 1950 pemerintah Indonesia menetapakan kembali wilayah ini sebagai penempatan para transmigran asal Jawa.  Pada tahun tersebut para misionaris Katolik juga diizinkan untuk masuk ke dusun-dusun yang ada di Belitang.Sehingga misionaris dapat mendirikan pos misi Katolik di wilayah Gumawang yang diakan dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Katolik.  Kemudian ada empat misionaris yang memiliki peranan besar bagi perkembangan agama Katolik di Belitang, dalam waktu 30 tahun perkembangan agama Katolik mencapai jumlah umat sebanyak 4.789 jiwa dengan 9 daerah pelayanan gereja, serta 11 gereja berhasil didirikan. Kata Kunci : Perkembangan, Agama Katolik
Peranan Perwira Gyugun dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Palembang pada Masa Revolusi Fisik (1945-1949) Pedo Nopansyah; Alian Sair; Farida Farida
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v7i2.6898

Abstract

The tittle of the research was the role of officer Gyugun in defending the independence of Indonesia in Palembang in the physical revolution (1945-1949) with the arrangment issues : how the role of officer Gyugun in to defending the proclamation in Palembang. As for the purpose of this research was to know how history and role of officer Gyugun military in Palembang. This research had done since September until Desember 2017 in Palembang and around it using a method historically by collection of data from transcript and books or the study literature. The research result showed that when Japan dominated Palembang, from a military organization Gyugun after the end of the occupation of Japan, officer Gyugun took the lead in protecting our country’sovereignty from the allies and the Netherlands in Palembang. The officer Gyugun had a big important role in the history of the established of the army and became a lead of the struggle of the soldiers in the physical revolution in Palembang.Keywords : Japan, Military, Gyugun, Role, Palembang.
Perkembangan Perminyakan di Sumatera Selatan Tahun 1945-1950 Rizka Riana; Farida Farida; Yunani Hasan
Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jc.v2i2.8911

Abstract

This thesis entitled Petroleum Development in South Sumatra in the year (1945-1950). This research is based on the writer's desire to know in depth and describe the development of petroleum in South Sumatra in 1945 to 1950. This study uses historical methods, namely those through the Heuristic stage, criticism of sources of interpretation, and historiography with approaches to geography, politics, economics, and sociology through literature studies to obtain the truth and present it in written form. As for the problems discussed in this research are how the development in the oil field at the beginning of the independence of the proclamation in 1945, how the former oil labor organization formed which had worked in oil refineries, and how the efforts of oil diplomacy during the revolution period from 1945 to 1950. The actual development process begins with people's efforts to take over energy resources, namely in the form of oil mines and elements of facilities from the hands of the invaders. supported by republican leaders in South Sumatra such as Dr. Ak Gani, Dr. M Isa and others. from the spirit of independence, then the formation of an association organization consisting of ex oil workers namely Lasykar, PPM, Movement of the owl and PEMIRI. which then united by using oil diplomacy efforts in stages so that the Republic of Indonesia could benefit the oil in South Sumatra. Keyword: Development, Oil, South Sumatra.
KERAJINAN GENTENG TRADISIONAL MAJU, LINGKUNGAN ALAM MUNDUR Farida R Wargadalem; Angga Prasetiyo
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v9i1.19833

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan lahir dan perkembangan dari industri kerajinan genteng, serta dampak negatifnya bagi kerusakan lingkungan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Adapun hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa lahirnya industri genteng di Desa Gedung Rejo Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, karena terdesak oleh kebutuhan para transmigran terhadap atap genteng. Hal ini disebabkan bangunan yang disediakan oleh pemerintah hanya terbuat dari rumbia, sehingga mudah rusak. Tersedianya bahan baku di desa tersebut, membuat beberapa transmigran memanfaatkannya dengan membuat genting dengan alat cetak seadanya terbuat dari kayu. Keberhasilan usaha tersebut, membuat perajinnya semakin bertambah, yang bermakna meningkatkan perekonomian penduduk. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka makin banyak pula membutuhkan bahan baku tanah liat, kayu-kayu untuk pembakaran dan lainnya. Ini semua berdampak pada makin banyak lahan yang dibutuhkan, dengan penggalian yang semakin dalam dan kayu-kayu ditebang untuk memenuhi pembakaran. Semua itu mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk Komering ke lokasi lain, sebab mereka menjual tanah-tanah liat pekarangan, dan kebun untuk bahan baku pembuatan genting. Kondisi tersebut terus berlanjut di lokasi baru, sehingga posisi mereka semakin tersingkir. Di sisi lain, kerusakan lingkungan menyebabkan bencana banjir, perubahan topografi dan ekosistem alam.