Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Vertical and Horizontal Variability of Chlorophyll-a and Its Relationship with Environmental Parameters in the Waters of Sangihe and Talaud Islands, North Sulawesi, Indonesia Firdaus, Mochamad Ramdhan; Rachman, Arief; Fitriya, Nurul; Wijayanti, Lady Ayu Sri; Rozirwan, Rozirwan; Purwandana, Adi; Prayitno, Hanif Budi; Alfiansyah, Yustian Rovi; Sianturi, Oksto Ridho; Sugeha, Hagi Yulia
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 1 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.1.119-132

Abstract

The chlorophyll-a is an important biological parameter that could act as a proxy to indicate the abundance of phytoplankton and the primary productivity of an aquatic ecosystem. This paper investigates the vertical and horizontal variability of chlorophyll-a in the waters of Sangihe and Talaud Islands, Indonesia, and its correlation with water environmental parameters. In this study, the distribution of chlorophyll-a, temperature, salinity, and nutrients (NO3 and PO4) from the surface to a depth of 200 m (photic zone) was measured at 29 research stations. The results showed that the distribution of chlorophyll-a in the waters of the Sangihe-Talaud Islands was varied vertically and horizontally. The waters around the Sangihe Islands generally exhibited a higher chlorophyll-a distribution and shallower Deep Chlorophyll Maxima compared to the water around the Talaud Islands. The concentration of chlorophyll-a varied between 0.0017 and 1.2155 mg.m-3, with most of the water column in Sangihe-Talaud considered oligotrophic, although some stations or depths were mesotrophic or slightly eutrophic. The maximum chlorophyll-a concentration was found in the sub-surface layer at depths between 46 and 101 m. The low N:P ratio (<16) and N:Si ratio (<1) indicate that the water columns of Sangihe-Talaud, up to a depth of 200m, were N-limited. Based on the GAM analysis, chlorophyll-a concentration in Sangihe-Talaud waters was primarily regulated by temperature, salinity, and the N:P ratio, with weak influence from phosphate and the N:Si ratio. The analysis also suggests that primary productivity in Sangihe-Talaud is sensitive to temperature changes, indicating its vulnerability to future warming events.
Mengurangi Jejak Sampah Laut melalui Aksi Bersih Pantai: Inisiatif Lokal di Teluk Penyu, Kabupaten Cilacap Wijayanti, Lady Ayu Sri; Khoerunnisa, Nurani; Akbarsyah, Nora; Putra, Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi; Pasaribu, Buntora; Firdaus, Mochamad Ramdhan
Farmers: Journal of Community Services Vol 6, No 1 (2025): Farmers: Journal of Community Services
Publisher : Unpad Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/fjcs.v6i1.60374

Abstract

Aksi bersih pantai merupakan salah satu upaya strategis untuk mengurangi dampak sampah laut yang mengancam ekosistem pesisir dan kehidupan masyarakat. Program ini dilaksanakan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai destinasi wisata penting. Program ini juga bertujuan untuk menciptakan sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, guna memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Metode yang digunakan dalam program kegiatan ini adalah observasi, deskriptif, dan partisipatif. Subjek penelitian pada pengabdian kepada masyarakat ini yaitu Pengelola Pantai Teluk Penyu, para penggiat wisata di sekitar Pantai Teluk Penyu, para mahasiswa dan civitas akademik Prodi Perikanan Laut Tropis, PSDKU Unpad, Pangandaran. Melalui pendekatan berbasis komunitas, program ini berhasil mengumpulkan 16,651 kilogram sampah dalam satu hari. Selain kegiatan pembersihan, edukasi tentang pengelolaan sampah dan konservasi lingkungan juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Kegiatan ini menunjukkan dampak positif berupa pengurangan volume sampah di pesisir, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan, dan penguatan sinergi antara berbagai pihak dalam mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir. Program ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah laut terpadu yang dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya untuk mengatasi tantangan pencemaran laut secara efektif.
Makrozoobentos Muara Bojong Salawe: Mengungkap Komposisi Genus dan Hubungannya dengan Ekosistem Perairan Wijayanti, Lady Ayu Sri; Herawati, Heti; Sahidin, Asep; Pratama, Gilar Budi; Maharani, Tri Annisa; Harlina, Adinda Tri; Sari, Elviana Dian Mustika; Fortuna, Resyh Indy; Nugraha, Tito Aria; Firdaus, Mochamad Ramdhan
Akuatiklestari Vol 8 No 2 (2025): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v8i2.6968

Abstract

Makrozoobentos berperan penting dalam siklus nutrisi perairan dan menjadi indikator kesehatan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap struktur komunitas makrozoobentos di Perairan Muara Bojong Salawe dan kemudian mengkaji kaitannya dengan kondisi lingkungan. Untuk pertama kalinya, penelitian ini dilakukan di Muara Bojong Salawe, Pangandaran, guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2024, dengan membagi 4 stasiun penelitian. Stasiun I terletak di jalur pelayaran kapal nelayan dengan substrat pecahan karang berpasir. Stasiun II di daerah padat mangrove dengan substrat berlumpur. Stasiun III berada di area bersandar kapal nelayan dengan substrat berpasir. Stasiun IV dekat restoran/pemukiman dengan substrat lumpur berpasir. Sampel makrozoobentos diambil dengan menggunakan metode plot 1 x 1 m dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, Dissolved Oxygen (DO), dan rona lingkungan. Analisis yang dilakukan meliputi indeks ekologi (kelimpahan, keragaman, dominansi, dan kemerataan) dan analisis statistik (analisis klastering dan Principal Component Analysis/PCA). Hasil penelitian mencatat bahwa parameter lingkungan di keempat stasiun mencakup suhu perairan berkisar antara 28,8°C-29,7°C, salinitas berkisar antara 19-21 ppt, pH berkisar antara 7,2-7,9, dan Dissolved oxygen (DO) berkisar antara 5,8-7,4 mg L-1. Indeks ekologi yang mencakup kepadatan total dan nilai dominansi makrozoobentos tertinggi ditemukan pada Stasiun II (200 individu/m²; 0,33). Namun, sebaliknya, indeks keragaman dan kemerataan terendah, tercatat pada Stasiun II (1,46; 0,54). Ditemukan empat genus makrozoobentos dengan kepadatan tertinggi yaitu Cerithium, Pagurus, Faunus, dan Cerithideopsilla. Hasil analisis PCA menunjukan bahwa faktor salinitas dan DO menjadi faktor yang paling memengaruhi struktur komunitas makrozoobentos di lokasi penelitian.