Asep Sahidin
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jalan Bandung - Sumedang Km 21, Sumedang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Kelimpahan Plankton di Waduk Cirata Provinsi Jawa Barat Nurruhwati, Isni; Hasan, Zahidah; Sahidin, Asep
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan plankton di Waduk Cirata. Penelitian dilakukanselama 11 bulan dari Bulan Maret 2015 sampai dengan Bulan Februari 2016. Pengambilan sampel dilakukandi tiga stasiun yaitu inlet, tengah dan outlet Waduk Cirata. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan StasiunI rata-rata 16,646x103 ind/l dan Stasiun II kelimpahan rata-rata 13,384x103 ind/l dan Stasiun III 11,742x103ind/l. Pada Stasiun 1 ditemukan dengan jumlah taxa tertinggi berkisar antara 16-20 taxa. Sedangkan jumlahtaxa paling rendah ditemukan pada stasiun III dengan kisaran jumlah 14-18 taxa. Kelimpahan totalfitoplankton berkisar 11,052x103-15,692x103 ind/l, sedangkan kelimpahan total zooplankton berkisar 684–962 ind/l. Berdasarkan hasil pengukuran kelimpahan plankton di Waduk Cirata tersebut masih dalamkelimpahan sedang.Kata kunci: Kelimpahan, Plankton, Waduk Cirata
Inorganic nitrogen absorption in the aquaponics farming of sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) at uneven retention periods Zahidah, Zahidah; Andriani, Yuli; Dhahiyat, Yayat; Nurruhwati, Isni; Sahidin, Asep; Hamdani, Herman; Victoria, Stephanie Marcelia
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3430.442 KB) | DOI: 10.19027/jai.17.2.130-136

Abstract

AbstractAquaponics is new aquaculture integrating the technology of fishes and plants due to less availability of land. This study aimed to determine the optimum retention period in the aquaponics farming of sangkuriang catfish (Clarias gariepinus) integrated with water spinach (Ipomoea reptan) to generate the water to support the catfish production. This study conducted in 40 days between May to June 2016 at Ciparanje Fish Hatchery Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Universitas Padjadjaran. The design of this study was completely randomized, with five treatments and three replications. The treatments retention periods were 5, 10, 15, 20 minutes, and control (no water flow). The study showed that the retention period affected water spinach’s inorganic nutrient absorption in sangkuriang catfish farm. The 15 minutes retention period gave the most desirable result, with a flow of 0.072 L/s that reduced 58.83% of nitrate, and 33.32% of ammonia has been produced by fish farming activities. The highest specific growth rate of the sangkuriang catfish obtained in 15 minute retention period of 4.01 % Keywords: aquaponics, sangkuriang catfish, water spinach, retention periods  AbstrakAkuaponik adalah teknologi akuakultur baru yang mengintegrasikan ikan dan tanaman karena ketersediaan lahan yang semakin rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode retensi optimum pada budidaya akuaponik ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang terintegrasi dengan kangkung air (Ipomoea reptan) untuk menghasilkan air yang mendukung produksi lele. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari di Laboratorium Budidaya  Ikan Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap, dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan berupa periode retensi 5, 10, 15, 20 menit, dan kontrol (tidak ada aliran air). Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode retensi memengaruhi penyerapan nutrisi anorganik oleh bayam air dalam budidaya ikan lele sangkuriang. Periode retensi 15 menit memberikan hasil yang paling baik,  dengan aliran 0,072 L/s mengurangi 58,83% nitrat, dan 33,32% amonia dalam media budidaya ikan. Laju pertumbuhan spesifik ikan lele sangkuriangtertinggi diperoleh pada perlakuan waktu retensi 15 menit, yaitu sebesar 4,01%.  Kata kunci: akuaponik, ikan lele sangkuriang, kangkung darat, waktu retensi  
Luasan dan Distribusi Eceng Gondok Secara Spasio-Temporal di Waduk Saguling, Jawa Barat Chuzaimah, Syakirah; Arief, Mochammad Candra Wirawan; Maulina, Ine; Sahidin, Asep
Akuatika Indonesia Vol 10, No 1 (2025): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v10i1.57350

Abstract

Sungai Citarum adalah salah satu perairan darat yang harus dikelola oleh Privinsi Jawa Barat. Sungai tersebut mengaliri tiga waduk, salah satunya Waduk Saguling yang terletak di Kabupaten Bandung Barat. Waduk tersebut berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), area budidaya, jalur transportasi. Penurunan kondisi perairan seperti terjadinya eutrofikasi dapat menimbulkan pertumbuhan eceng gondok. Pemantauan langsung secara berkala dibutuhkan tetapi memerlukan biaya dan waktu yang relatif banyak. Maka dari itu diperlukan metode pemantauan yang lebih efisien. Riset ini bertujuan untuk menghitung luasan area yang distribusi eceng gondok di Waduk Saguling dari tahun 2019 sampai tahun 2023. Riset ini menggunakan citra Sentinel-2 dan NDVI dari Snetinel EO Browser pada tahun 2019 sampai 2023 dengan tiga citra per tahun untuk mewakili musim berbeda. Citra satelit diproses dengan klasifikasi tidak terbimbing untuk memperoleh luasan eceng gondok. Uji akurasi dilakukan dengan menempatkan assesment points secara acak pada citra NDVI dan membandingkannya dengan citra yang memiliki resolusi lebih tinggi dari PlanetScope natural colors. Hasil menunjukkan bahwa luasan eceng gondok di tahun 2019 berkisar antara 242,98 sampai 953,55 hektar, tahun 2020 dari 766,21 sampai 1165,12 hektar, tahun 2021 dari 265,55 sampai 1008,77 hektar, tahun 2022 dari 316,21 sampai 407,33 hektar, dan pada tahun 2023 dari 271,29 sampai 1102,6 hektar.  Distribusi eceng gondok umumnya ditemukan di area budidaya dan/atau dekat dengan aktivitas manusia. Sementara yang paling sedikit hingga tidak ada sama sekali berada di area bendungan. Luasan eceng gondok di Waduk Saguling cenderung fluktuatif dengan kenaikan pada musim penghujan. Distribusi dan luasan yang dihasilkan klasifikasi dipengaruhi masukan nutrien dari keramba jaring apung ataupun runoff dan juga gangguan pada sensor satelit yang membatasi kemampuan klasifikasi.
Makrozoobentos Muara Bojong Salawe: Mengungkap Komposisi Genus dan Hubungannya dengan Ekosistem Perairan Wijayanti, Lady Ayu Sri; Herawati, Heti; Sahidin, Asep; Pratama, Gilar Budi; Maharani, Tri Annisa; Harlina, Adinda Tri; Sari, Elviana Dian Mustika; Fortuna, Resyh Indy; Nugraha, Tito Aria; Firdaus, Mochamad Ramdhan
Akuatiklestari Vol 8 No 2 (2025): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v8i2.6968

Abstract

Makrozoobentos berperan penting dalam siklus nutrisi perairan dan menjadi indikator kesehatan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap struktur komunitas makrozoobentos di Perairan Muara Bojong Salawe dan kemudian mengkaji kaitannya dengan kondisi lingkungan. Untuk pertama kalinya, penelitian ini dilakukan di Muara Bojong Salawe, Pangandaran, guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2024, dengan membagi 4 stasiun penelitian. Stasiun I terletak di jalur pelayaran kapal nelayan dengan substrat pecahan karang berpasir. Stasiun II di daerah padat mangrove dengan substrat berlumpur. Stasiun III berada di area bersandar kapal nelayan dengan substrat berpasir. Stasiun IV dekat restoran/pemukiman dengan substrat lumpur berpasir. Sampel makrozoobentos diambil dengan menggunakan metode plot 1 x 1 m dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH, Dissolved Oxygen (DO), dan rona lingkungan. Analisis yang dilakukan meliputi indeks ekologi (kelimpahan, keragaman, dominansi, dan kemerataan) dan analisis statistik (analisis klastering dan Principal Component Analysis/PCA). Hasil penelitian mencatat bahwa parameter lingkungan di keempat stasiun mencakup suhu perairan berkisar antara 28,8°C-29,7°C, salinitas berkisar antara 19-21 ppt, pH berkisar antara 7,2-7,9, dan Dissolved oxygen (DO) berkisar antara 5,8-7,4 mg L-1. Indeks ekologi yang mencakup kepadatan total dan nilai dominansi makrozoobentos tertinggi ditemukan pada Stasiun II (200 individu/m²; 0,33). Namun, sebaliknya, indeks keragaman dan kemerataan terendah, tercatat pada Stasiun II (1,46; 0,54). Ditemukan empat genus makrozoobentos dengan kepadatan tertinggi yaitu Cerithium, Pagurus, Faunus, dan Cerithideopsilla. Hasil analisis PCA menunjukan bahwa faktor salinitas dan DO menjadi faktor yang paling memengaruhi struktur komunitas makrozoobentos di lokasi penelitian.
PENENTUAN STATUS KUALITAS AIR SITU CISANTI DENGAN METODE STORET Gunawan, Ronald Krina Rizki; Herawati, Heti; Sahidin, Asep; Zahidah, Zahidah
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1585

Abstract

Situ Cisanti memiliki fungsi utama yaitu dimanfaatkaan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai aktivitas seperti perkebunan, perikanan dan kegiatan wisata. Banyaknya aktivitas tersebut berdampak pada penurunan kualitas air yang ada di perairan Situ Cisanti. Kualitas air Situ Cisanti harus memenuhi standar dikarenakan Situ Cisanti merupakan titik nol dari Sungai Citarum yang dapat berdampak secara langsung pada kegiatan budidaya ikan maupun sumber air minum sepanjang aliran Sungai Citarum. Penentuan status kualitas air pada suatu perairan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya dengan Metode STORET. Sampling dilakukan dengan menggunakan metode survei. Penentuan titik sampling ditentukan berdasarkan pertimbangan zonasi badan perairan yang terdiri atas inlet, bagian tengah perairan, dan outlet. Analisa data dilakukan dengan cara membandingkan dengan standar kualitas air dan diberi skoring. Berdasarkan hasil didapatkan status kualitas air Situ Cisanti dikategorikan ”Tercemar ringan hingga sedang” dengan skor antara -10 sampai -11 untuk standar kualitas air kelas 1 dan dikategorikan tercemar ringan dengan skor -10 untuk standar kualitas kelas 2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 untuk baku air minum dan kegiatan perikanan
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA DI EKOSISTEM MANGROVE PANTAI KEJAWANAN: HUBUNGAN PARAMETER LINGKUNGAN TERHADAP KELIMPAHAN GASTROPODA Yuandita, Tinta; Juliandri Prihadi, Donny; Sahidin, Asep; Sunarto, Sunarto; Sofyana, Neng Tanty; Syakilah, Salsabila Putri
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1706

Abstract

This study aims to determine the structure of the gastropod community and the relationship between environmental parameters and gastropod abundance in the mangrove ecosystem of Kejawanan Beach. This study used a survey method using 10 x 10 m quadrant transects with 1 x 1 m subplots inside, with five points placed at each corner and in the center. The results of the study showed 12 families, including Potamididae, Littorinidae, Cerithiidae, Ellobiidae, Naticidae, Melongenidae, Coniidae, Nassariidae, Clavatulidae, Assimineidae, Ampullariidae, and Achatinidae. The total abundance of gastropods was 32.78 ind/m2. The diversity (H’) obtained falls into the moderate diversity category, with a value of 1.61. The evenness (E) obtained falls into the moderate evenness category and indicates a stable community, with a value of 0.62. The dominance (C) of gastropods indicates that no single species dominates across all research stations. The abundance of gastropods in the mangrove ecosystem of Kejawanan Beach shows a strong and positive relationship with environmental parameters such as silt fraction and salinity, and has a negative correlation with sand fraction and Dissolved Oxygen (DO).
OPTIMIZATION OF INTEGRATED MULTI-TROPHIC AQUACULTURE (IMTA) CULTIVATION IN AQUARIA: A REVIEW OF PRODUCTIVITY, ECOSYSTEM BALANCE, AND ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY Afisha, Fauziyah Nur; Hasan, Zahidah; Iskandar, Iskandar; Haetami, Kiki; Sahidin, Asep; Grandiosa, Roffi
Jurnal Perikanan Unram Vol 15 No 4 (2025): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v15i4.1719

Abstract

This study aimed to evaluate the effectiveness of an aquarium-based Integrated Multi-Trophic Aquaculture (IMTA) system compared to a monoculture system. The research was conducted from November to December 2024 at the Aquaculture Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Universitas Padjadjaran. The experimental design used was a Completely Randomized Design (CRD) with five treatments and three replications, involving combinations of guppy fish (Poecilia reticulata), Egeria densa aquatic plants, Ramshorn snails (Planorbella duryi), and Orange Rili shrimp (Neocaridina davidi). Parameters observed included water quality (pH, DO, nitrate, phosphate, turbidity, temperature), organism growth, benefit-cost ratio (BCR), and aesthetic value using a 1–5 scale. The results showed that Treatment E (combining fish, plants, snails, and shrimp) provided the best performance, with the most stable water quality, highest organism growth, highest BCR, and an average aesthetic score of 4.89. The IMTA system was shown to improve resource efficiency, reduce biological waste, and enhance the visual appeal of aquarium-based aquaculture. These findings support the application of aquarium-scale IMTA as a sustainable aquaculture model that is ecologically, economically, and aesthetically adaptive.
Pemahaman Masyarakat Terhadap Konservasi Ikan Dewa di Desa Darma, Kabupaten Kuningan Fortuna, Friyona Dewi; Gumilar, Iwang; Sahidin, Asep; Arief, Mochamad Candra Wirawan
Farmers : Journal of Community Services Vol 6, No 2 (2025): Farmers: Journal of Community Services
Publisher : Unpad Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kearifan lokal merupakan faktor penting dalam menjaga keberlangsungan ekosistem. Masyarakat memiliki peran utama dalam upaya konservasi berbasis nilai-nilai kearifan lokal yang meliputi pengetahuan dan kepercayaan lokal yang diturunkan turun-temurun secara lisan. Pengetahuan dan kepercayaan lokal masyarakat berpotensi luput dari masyarakat seiring berjalannya waktu karena semakin berkembangnya zaman masyarakat mulai menghiraukan hal-hal yang berbau mistis. Maka studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan usia terhadap pengetahuan dan kepercayaan lokal masyarakat terhadap ikan dewa. Hasil studi menunjukan tingkat pendidikan dan usia masyarakat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan masyarakat. Namun tingkat kepercayaan masyarakat pada tingkat pendidikan sarjana menunjukan persentase terendah (75%) sedangkan berdasarkan kelompok usia seluruhnya memiliki persentase yang sama (100%). Berdasarkan hasil studi, perlu dilakukan penyuluhan khususnya mengenai pemahaman masyarakat terkait ikan dewa dan habitatnya untuk mengiringi kepercayaan terhadap mitos yang melekat pada masyarakat.
Cadmium (Cd) Contamination Status in Cisanti Lake (West Java, Indonesia) Analysis on Water, Sediment, and Bioaccumulation in Invasive Mussels Sinanodonta pacifica (Heude, 1878) Manuel, David Reivaldo; Sahidin, Asep; Hasan, Zahidah; Herawati, Heti; Baihaqi, Faqih; Arief, Mochamad Candra Wirawan
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 32 No. 6 (2025): November 2025
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.32.6.1476-1484

Abstract

Cisanti Lake, the strategic zero point of the Citarum River, faces the threat of cadmium (Cd) pollution from surrounding agricultural activities. Conducted during the dry season of 2024, this pioneering study assesses the Cd pollution status using a multicompartment approach (water, sediment, and bioindicator organism Sinanodonta pacifica, Heude 1878). Samples from the three stations were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The concentration of Cd in water was very low (0.0012–0.0030 mg/L), but it accumulated significantly in sediment (0.37–0.65 mg/kg) and mussel tissue (0.20–0.30 mg/kg). Although the concentration in water and biota was below quality standards, ecological risk analysis revealed that the sediment has moderate contamination (Contamination Factor: 1.25–2.15) and acts as a long-term pollutant sink. S. pacifica proved effective in accumulating Cd from the water column, demonstrated by a high Bioconcentration Factor from water to biota (BCF b-w >75), making it a reliable bioindicator of Cd pollution. This study provides crucial baseline data on environmental management in the upstream Citarum and establishes sediment monitoring as a vital early warning tool for future pollution risks.