Articles
Pembimbingan Spiritualitas Bagi Jemaat Di GKSI Listra To’karondang Tentang Urgensi Keterlibatan Dalam Pelayanan Gereja
Laia, Masi Rina;
Bambangan, Malik
Journal Of Human And Education (JAHE) Vol. 5 No. 1 (2025): Journal of Human And Education (JAHE)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31004/jh.v5i1.2176
Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan di Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Listra To'karondang, Luwu, Sulawesi Selatan, mengidentifikasi tiga masalah primer: kurangnya pemahaman Alkitab jemaat, rendahnya partisipasi dalam kegiatan gereja, dan minimnya kehadiran dalam ibadah rumah tangga. Tujuan pengabdian adalah meningkatkan keterlibatan jemaat dalam pelayanan gereja dan kualitas spiritualitas jemaat. Urgensi pengabdian ini terletak pada kebutuhan penguatan fondasi spiritual komunitas gereja. Metode yang diterapkan mencakup observasi lapangan, survei, dan studi pustaka komprehensif. Novelty penelitian terletak pada pendekatan holistik dalam pembinaan spiritual yang mengintegrasikan pemahaman Alkitab dengan partisipasi aktif jemaat. Hasil pengabdian menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman Alkitab, partisipasi kegiatan gereja, dan kehadiran ibadah rumah tangga. Program pembinaan spiritual yang sistematis dan terstruktur efektif dapat meningkatkan kualitas kehidupan bergereja dan spiritualitas jemaat.
Imago Dei: Refleksi Teologis Kejadian 1:26-28 Terhadap Kesadaran Diri Orang Kristen
Ndruru, Beriaman;
Daeli, Jovial;
Bambangan, Malik
Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen Vol 23, No 1 (2025): Maret
Publisher : IAKN Tarutung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46965/ja.v23i1.2584
Allah telah menciptakan manusia itu segambar dan serupa dengan diri-Nya, dan Allah menempatkan manusia sebagai makhluk paling mulia dibandingkan dengan ciptaan Allah lainnya. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling mulia menunjuk kepada hubungannya dengan Allah jauh berbeda dengan ciptaan lain. Namun pada realitanya manusia itu hidup tidak seperti yang dikehendaki Allah, manusia melakukan sesuai dengan kehendak dirinya sendiri. Ketidaktaatan kepada perintah Allah membuat manusia itu jatuh ke dalam dosa dan merusak hubungan manusia dengan Allah. Konsekuensi dari dosa juga merusak citra diri manusia sebagai ciptaan yang mulia. Kecenderungan manusia adalah merusak dirinya dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang berkontradiksi dalam landasan firman Tuhan. Manusia tidak lagi melakukan seperti yang Allah kehendaki bagi dirinya, sebab itu gambaran Allah dalam dirinya telah rusak, membuat manusia tidak memiliki kemampuan untuk bersatu kembali dengan Allah. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memberikan sebuah refleksi teologis mengubah paradigma lama manusia tentang keberadaan dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia dan memberikan kesadaran kepada manusia untuk memahami konsep hidupnya yang telah dibaharui oleh Allah melalui Kristus. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif murni yaitu menemukan data atau informasi melalui sumber artikel, jurnal, buku dan peneliti-peneliti lainnya. Hasil dari penelitian ini untuk menjadikan orang percaya hidup berkualitas dan berintegritas dalam mengikuti Tuhan. Bahkan menjadi generasi Kristen yang menyadari akan keberadaan diri sebagai ciptaan Allah yang paling mulia serta menajadi makhluk ciptaan Allah hidup dengan penuh bertanggungjawab.
Teladan Keteguhan Iman Musa Kepada TUHAN Sebagai Pemimpin (Keluaran 14:13-14)
Alopen, Oktofiana;
Zendrato, Putri Teroriang;
Bambangan, Malik
Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen Vol 23, No 1 (2025): Maret
Publisher : IAKN Tarutung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46965/ja.v23i1.2609
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keteguhan iman Musa sebagai pemimpin bangsa Israel serta keyakinannya kepada janji Tuhan, yang tercermin dalam Keluaran 14:13-14. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis, menganalisis teks Alkitab untuk menggali makna dari respons Musa terhadap krisis rohani yang dihadapi bangsa Israel, ketika berada dalam situasi terjepit antara Laut Teberau dan pasukan Mesir yang sedang mengejar mereka. Eksegesis dilakukan melalui studi pustaka terhadap teks Alkitab, terjemahan yang relevan, serta literatur buku teologis, dan jurnal yang membahas kepemimpinan dan iman pemimpin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keteguhan hati Musa dalam memimpin dan keyakinannya kepada janji Tuhan tampak dalam seluruh tindakan iman dan perbuatannya. Musa mengajarkan bahwa pemimpin harus mengandalkan Tuhan ketika menghadapi tantangan di depan mata, bahkan ketika situasi tampak tidak menguntungkan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keteguhan hati dan keyakinan Musa menjadi teladan penting bagi pemimpin masa kini, yang dapat belajar untuk mengandalkan iman kepada Tuhan sebagai dasar dalam menghadapi krisis dan mengambil keputusan penting dalam kepemimpinan Kristen.
Makna Imago Dei dalam Teologi Pastoral Berdasarkan Lukas 14:12-14 Bagi Kaum Disabilitas dalam Kehidupan Gerejawi
Viter, Viter;
Bambangan, Malik
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 8 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34081/fidei.v8i1.558
Artikel ini mengulas tentang konsep Imago Dei dalam teologi Kristen menegaskan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah termasuk kaum disabilitas. Lukas 14:12-14 menekankan panggilan gereja untuk menerima dan melayani mereka yang sering terpinggirkan termasuk miskin dan kaum disabilitas. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana imago dei dalam Lukas 14:12-14 dapat membentuk teologi pastoral yang lebih inklusif bagi kaum disabilitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian untuk mengkaji makna Imago Dei kaum penyandang disabilitas dalam terang Lukas 14:12-14 melalui pendekatan teologi pastoral. Hasilnya memberikan pemahaman bahwa setiap individu, termasuk kaum difabel, memiliki martabat dan nilai yang tak ternilai sesuai dengan Imago Dei. Dengan demikian gereja tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi komunitas yang mencerminkan kasih nyata dan keadilan Kristus.
MEMBANGUN KARAKTER MELALUI PENGAJARAN NILAI KEKUDUSAN DALAM PERJANJIAN LAMA BAGI KEKRISTENAN MASA KINI: Indonesia
Zebua, Zunieli;
Bambangan, Malik;
Karuwehni, Gita Futri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol. 9 No. 1 (2025): Vol. 9 No. 1 Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51730/ed.v9i1.232
Abstrak: Penelitian ini mengkaji konsep kekudusan dalam Perjanjian Lama dan relevansinya dalam membentuk karakter Kristen di era kontemporer. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutis dan analisis teologis, studi ini menelusuri perkembangan konsep kekudusan sebagai nilai fundamental dalam spiritualitas alkitabiah dan implementasinya bagi kehidupan beriman masa kini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekudusan dalam Perjanjian Lama bersumber dari karakter Allah sendiri dan diekspresikan dalam tiga dimensi utama: kultis-ritual, etis-moral, dan relasional-komunal. Sebagai cermin karakter Allah, kekudusan memanifestasikan diri dalam pemisahan dari dosa (aspek negatif) dan dedikasi penuh kepada Allah (aspek positif). Studi ini menemukan bahwa di tengah tantangan relativisme moral dan sekularisasi, nilai kekudusan tetap menjadi landasan penting dalam pembentukan karakter Kristen yang autentik dan transformatif. Implementasi nilai kekudusan dapat diaktualisasikan melalui pengembangan spiritualitas holistik yang mengintegrasikan aspek ritual, moral, dan sosial dalam pendidikan Kristen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa revitalisasi pemahaman kekudusan yang komprehensif dan kontekstual dapat memperkuat identitas iman dan meningkatkan efektivitas kesaksian Kristen di tengah masyarakat plural dan sekuler
INJIL DAN TRADISI LOKAL: KONTEKSTUALISASI TEOLOGI DALAM PERKEMBANGAN GEREJA DI ASIA TIMUR: Pola Interaksi Ajaran Injil Dengan Sistem Kepercayaan Tradisi Lokal
halawa, fa'ahakhododo;
Bambangan, Malik
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 8 No. 2 (2025): Special Issue: Celebrating our Pentecostal Heritage
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, East Java
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.54345/jta.v8i2.176
The present article aims to explore the contextualization of theology in thedevelopment of the church in East Asia, focusing on the interaction betweenthe teachings of the Gospel and local traditional belief systems. The approachused in this study is a qualitative method. Our findings in this study suggestthat churches in East Asia attempt to integrate fundamental Christianteachings and adapt to local cultural needs and customs. The research foundthat despite efforts to create worship that is more relevant to local cultures,churches are still careful not to mix Christian teachings with traditions thatcould undermine the core teachings of the faith. In addition, the research alsofound that there is a difficulty in finding a balance between liturgicalinnovation and maintaining the holiness of Christian teachings. Too muchadaptation to local cultural elements can lead to a loss of authentic Christianidentity, while too little adaptation can make Christianity difficult to beaccepted by society. To deal with this kind of conflict, churches in East Asiahave endeavored to develop theologies rooted in their local traditions. In thisway, churches in East Asia seek to create a deeper understanding of how thegospel can interact with the social, cultural and spiritual needs of localcommunities. One of the important findings of this study is also theimportance of active congregational participation in the contextualizationprocess. This congregational participation and diologetics help local churchesto be more sensitive to existing social and cultural dynamics, as well as makea greater contribution in determining relevant forms of worship and teaching.This includes the avoidance of practices that could lead to syncretism, i.e. themixing of Christian teachings with traditional elements that are contrary tothe Christian faith.
MAKNA PERSEMBAHAN KORBAN SEBAGAI PENGHAPUS DOSA BERDASARKAN IMAMAT 4:1-5 DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI
Laoli, Wirahayanti;
Laia, Aslina;
Bambangan, Malik
Alucio Dei Vol 9 No 2 (2025): Alucio Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55962/aluciodei.v9i2.185
Imamat 4:1-5 mengajarkan bahwa persembahan korban sebagai penghapus dosa menekankan pentingnya pertobatan sebagai langkah awal untuk pemulihan hubungan dengan Allah. Ketika seseorang melakukan dosa tanpa sengaja, korban hewan dipersembahkan sebagai pengganti hukuman yang seharusnya diterima. Korban ini haruslah hewan tanpa cacat, yang melambangkan pertobatan yang tulus serta permohonan pengampunan dari Allah. Dalam konteks ini, korban menjadi sarana untuk mendamaikan dosa dan memulihkan hubungan dengan Tuhan. Bagi orang percaya masa kini, penghapusan dosa tidak lagi dilakukan melalui persembahan korban fisik, melainkan melalui pengorbanan Yesus Kristus yang sempurna di salib. Kristus menjadi korban yang menyelesaikan penebusan dosa umat manusia secara tuntas. Ajaran ini mengingatkan orang percaya akan pentingnya hidup dalam pertobatan sejati dan kesadaran akan pengorbanan Kristus yang menebus dosa. Selain itu, orang percaya juga diingatkan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah, dengan mengandalkan pengampunan yang telah diberikan melalui karya Kristus. Dengan demikian, Imamat 4:1-5 mengajarkan nilai-nilai pertobatan yang relevan untuk kehidupan orang percaya masa kini, yang melibatkan pengakuan dosa dan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
MEMBANGUN KESEJAHTERAAN JEMAAT PEDALAMAN: STRATEGI KEPEMIMPINAN GEREJA BERDASARKAN TELADAN YUSUF DALAM MENGINTEGRASIKAN IMAN DAN EKONOMI
Yusuf, Kaleb;
Rudianto, Salomo;
Bambangan, Malik
Alucio Dei Vol 9 No 2 (2025): Alucio Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55962/aluciodei.v9i2.188
Dalam konteks jemaat pedalaman, kesejahteraan merupakan isu rumit dengan banyak aspek. Kesejahteraan diartikan sebagai kondisi ideal dimana umat Kristen hidup layak, mandiri, serta bertumbuh secara fisik dan spiritual. Penelitian ini bertujuan menyampaikan pemahaman bahwa aktivitas ekonomi seharusnya tidak dipisahkan dari kehidupan rohani, melainkan dipandang sebagai bagian dari panggilan iman. Dengan pendekatan kualitatif-deskriptif, penulis menganalisis bagaimana kisah Yusuf menunjukkan bahwa perencanaan baik, pengelolaan sumber daya bijaksana, dan kepemimpinan yang dilandasi takut akan Tuhan dapat meningkatkan kesejahteraan komunitas. Penelitian terkini menunjukkan masih terbatasnya kajian tentang narasi Yusuf sebagai landasan teologis bagi strategi kesejahteraan jemaat pedalaman. Para pemimpin gereja perlu mengembangkan strategi yang mengintegrasikan nilai iman dengan tindakan praktis ekonomi, tidak hanya untuk meningkatkan taraf hidup jemaat, tetapi juga menyatakan kemuliaan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan.
MENGGALI AJARAN KITAB ULANGAN TENTANG HUKUM DAN KASIH TUHAN
Sarumaha, Angelina;
Zendrato, Kasihani;
Bambangan, Malik
Alucio Dei Vol 9 No 2 (2025): Alucio Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55962/aluciodei.v9i2.196
Artikel ini mengkaji korelasi hukum dan kasih Tuhan dalam kitab Ulangan melalui pendekatan hermeneutik dan teologi biblika. Analisis terhadap Ulangan 6:4-9, 7:7-9, dan 30:15-20 menunjukkan bahwa perintah Allah bukanlah memuat legalistik, melainkan ekspresi kasih-Nya yang dinamis. Kitab ini menguraikan aturan sebagai anugerah yang menegaskan identitas Israel sebagai umat perjanjian. Pemilihan mereka didasari oleh kesetiaan Ilahi, tanpa mempertimbangkan kualitas atau jumlah. Ketaatan merupakan respons terhadap Allah yang terlebih dahulu mengasihi, sebagaimana tercermin dalam ajaran Shema. Temuan penelitian menggambarkan keseimbangan antara belas kasih dan keadilan Pencipta, dengan ketetapan-Nya bertujuan untuk kesejahteraan umat. Relevansi kitab kontemporer Ulangan terletak pada pemahaman bahwa peraturan adalah panduan yang memerdekakan untuk hidup benar dengan Tuhan dan sesama, serta memaknai penderitaan sebagai proses pendidikan yang didasari cinta kasih.
Peran Guru PAK dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Berdasarkan Ulangan 6:7-9
Lomakai, Debi Yolanda;
Padalani, Jean Putri;
Bambangan, Malik
Areopagus : Jurnal Pendidikan Dan Teologi Kristen Vol 23, No 1 (2025): Maret
Publisher : IAKN Tarutung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46965/ja.v23i1.2402
The Role of Christian Religious Education Teachers in Shaping Students’ Character Based on Deuteronomy 6:7-9 The role of Christian Religious Education (CATE) teachers in shaping students' character is pivotal in the context of moral and spiritual education. This paper elucidates how Deuteronomy 6:7-9, which directs parents to educate their children in the ways of the Lord, can be applied within the formal education setting. Deuteronomy 6:7-9 emphasizes the importance of continuously educating children about God’s laws, both at home and in school. In this regard, CATE teachers play a key role as educational agents who help convey spiritual and moral values to students. CATE teachers have the responsibility not only to impart knowledge of the Christian faith but also to guide students in understanding and internalizing the moral values inherent in God's teachings. Through consistent and directed instruction, CATE teachers can help shape students' character in accordance with the principles outlined in Deuteronomy 6:7-9. In the modern education context, CATE teachers also serve as exemplary models in living out Christian values in everyday life. By being consistent and authentic examples, CATE teachers can inspire students to develop strong and responsible characters in line with God's teachings. Thus, this paper concludes that the role of CATE teachers in shaping students' character based on Deuteronomy 6:7-9 is highly significant. Through teaching, guidance, and good examples, CATE teachers can assist students in gaining a deep understanding of Christian values and applying them in their daily lives.