Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PERBEDAAN WAKTU PULIH SADAR PENGGUNAAN PESFLURAN DAN SEVOFLURAN ANESTESI BEDAH MODIFIED RADICAL MASTECTOMY Rodli, Muhammad; MR, Merisdawati; Negoro, Widigdo Rekso; Permana, Annes Rindy
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.40826

Abstract

Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan waktu pulih sadar antara penggunaan anestesi inhalasi desfluran dan sevofluran pada pasien general anestesi dengan bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 100 populasi yang merupakan pasien Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey yang menjalani tindakan anestesi desfluran dan sevofluran. Dari 100 populasi tersebut, kemudian ditentukan sampel penelitian dengan menggunakan rumus slovin dan diperoleh sampel sebanyak 76. Dari total sampel yang diperoleh, sampel tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok, sebanyak 38 responden sebagai sampel desfluran dan 38 sisanya sebagai sampel sevofluran. Dari 76 responden diperoleh sebanyak 38 responden menjalani tindakan anestesi desfluran, dimana sebanyak 97,4% responden memiliki waktu pulih sadar cepat dan sisanya hanya 2,6% responden memiliki waktu pulih sadar lambat. Sebanyak 38 responden menjalani tindakan anestesi sevofluran, dimana terdapat 78,9% responden memiliki waktu pulih sadar cepat dan sisanya sebanyak 21,1% responden memiliki waktu pulih sadar lambat. Hasil pengujian statistic dengan Teknik Chi-Square diperoleh nilai =0,014 yang berarti bahwa terdapat perbedaan waktu pulih sadar antara penggunaan anestesi desfluran dengan sevofluran pada pasien general anestesi dengan bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey. Berdasarkan hasil perbedaan waktu pulih sadar pasien dan hasil pengujian statistic pada data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pulih sadar pasien yang menjalani tindakan anestesi desfluran dan sevofluran dengan Teknik bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey.Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan waktu pulih sadar antara penggunaan anestesi inhalasi desfluran dan sevofluran pada pasien general anestesi dengan bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 100 populasi yang merupakan pasien Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey yang menjalani tindakan anestesi desfluran dan sevofluran. Dari 100 populasi tersebut, kemudian ditentukan sampel penelitian dengan menggunakan rumus slovin dan diperoleh sampel sebanyak 76. Dari total sampel yang diperoleh, sampel tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok, sebanyak 38 responden sebagai sampel desfluran dan 38 sisanya sebagai sampel sevofluran. Dari 76 responden diperoleh sebanyak 38 responden menjalani tindakan anestesi desfluran, dimana sebanyak 97,4% responden memiliki waktu pulih sadar cepat dan sisanya hanya 2,6% responden memiliki waktu pulih sadar lambat. Sebanyak 38 responden menjalani tindakan anestesi sevofluran, dimana terdapat 78,9% responden memiliki waktu pulih sadar cepat dan sisanya sebanyak 21,1% responden memiliki waktu pulih sadar lambat. Hasil pengujian statistic dengan Teknik Chi-Square diperoleh nilai =0,014 yang berarti bahwa terdapat perbedaan waktu pulih sadar antara penggunaan anestesi desfluran dengan sevofluran pada pasien general anestesi dengan bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey. Berdasarkan hasil perbedaan waktu pulih sadar pasien dan hasil pengujian statistic pada data penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan waktu pulih sadar pasien yang menjalani tindakan anestesi desfluran dan sevofluran dengan Teknik bedah modified radical mastectomy di Rumah Sakit Tk II 17.05.01 Marthen Indey.
PERBEDAAN EFEK EPHEDRINE 10 MG DAN PHENYLEPRINE 50 MG DALAM TATALAKSANA HIPOTENSI PADA SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI SPINAL Sintara, Sindu; Syamsudin, Syamsudin; Rodli, Muhammad; Negoro, Widigdo Rekso; Permana, Annes Rindy
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.41287

Abstract

Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi untuk tindakan Sectio caesarea. Teknik ini dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi lokal ke subarachnoid yang bertujuan untuk menghilangkan sensasi nyeri saat dilakukan tindakan pembedahan. Namun, anestesi spinal dapat menyebabkan komplikasi salah satunya yang paling sering terjadi yakni hipotensi. Ephedrine 10 mg dan phenyleprine 50 mg dianggap dapat membantu meningkatkan tekanan darah pasien yang mengalami hipotensi. Penelitian ini bertujuan menganalisis untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara ephedrine 10 mg dengan phenylephrine 50 mg pada pasien Sectio caesarea pasca tindakan anestesi spinal. Metode yang digunakan yakni quasy eksperimen dengan desain penelitian pre-experimental one group pretest-postest. Populasi dalam penelitian ini merupakan pasien RSU Mahkota Bidadari Langkat yakni sebanyak 100 pasien. Dari 100 pasien dipilih 60 pasien yang digunakan sebagai sampel penelitian dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis menggunakan teknik univariat dan bivariat dengan teknik pengujian uji independent sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan tekanan darah pasien Sectio caesarea setelah diberikan ephedrine 10 mg dan phenyleprine 50 mg di RSU Mahkota Bidadari Langkat dengan nilai p=0,000 < 0,05. Tekanan darah sistolik dengan nilai t-hitung = -4,079 dan tekanan darah diastolik dengan nilai p=0,000 < 0,05 dan nilai t-hitung = -3,433.
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PREOPERASI DENGAN KEJADIAN MUAL MUNTAH PASIEN POST OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESI (RS BHAYANGKARA TK III TEBING TINGGI SUMATERA UTARA) Negoro, Widigdo Rekso; Batuara, Tobok Sihar Hamonangan; Rodli, Muhammad; MR, Merisdawati
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.41408

Abstract

General anesthesia merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyeri, menghilangkan kesadaran dan menyebabkan amnesia pasien preoperasif. Pasien yang akan menjalani operasi sering merasa cemas yang disebabkan oleh banyak faktor. Kecemasan preoperasi dapat menjadi pemicu timbulnya mual hingga muntah (Post Operative Nausea and Vomiting). Penelitian ini menerapkan metode analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan pasien preoperasif dengan kejadian Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pasien general anestesi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Tebing Tinggi dengan populasi penelitian sebanyak 100 pasien general anestesi dengan sampel sebanyak 50 orang. Teknik consecutive sampling digunakan untuk memilih sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian dan analisis data dilakukan dengan 2 cara yakni secara univariat dalam tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan teknik uji Rank Spearman Rho. Dari hasil penelitian ini, diperoleh hasil kesehatan pasien preoperasif di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Tebing Tinggi mengalami cemas berat (32,0%) dan mayoritas pasien mengalami retching atau muntah (60,0%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan preoperatif dengan kejadian Post-Operative Nausea Vomiting (PONV) pada pasien general anestesi di Rumah Sakit Bhayangkara Tk.III Tebing Tinggi dengan p-value=0,001, dengan koefisien korelasi tingkat sedang (r=0,463). Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa kecemasan preoperatif berhubungan dengan kejadian PONV pada pasien general anestesi.
STRENGTHENING THE CAPABILITIES OF ROOM HEADS IN IMPLEMENTING THE EARLY WARNING SCORE (EWS) SYSTEM AT PINDAD TUREN HOSPITAL Indasah, Indasah; Rodli, Muhammad
HEARTY Vol 13 No 3 (2025): JUNI
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/hearty.v13i3.19732

Abstract

Early Warning Scoring (EWS) is a clinical instrument designed to detect early deterioration in a patient's medical condition by monitoring vital signs such as pulse, blood pressure, and respiratory frequency. This early detection allows health workers to carry out medical interventions quickly and precisely, thereby increasing the chances of patient safety. However, the implementation of EWS at Pindad Turen Hospital is still not running optimally. The main problem found was the lack of integration in the assessment and recording of EWS scores by health workers, which resulted in delays in clinical decision-making. This study aims to analyze the level of EWS utilization in the hospital through outreach and training activities. Before the training, a pretest was carried out, and after the training, a posttest was carried out to measure the increase in knowledge of health workers. The results show that there is no uniform standard for writing EWS scores. As a form of intervention, the supervision function is strengthened as cues to action whose role is to encourage and guide health workers in the correct implementation of EWS. Through the active involvement of supervision, it is hoped that there will be increased consistency and accuracy in the assessment and recording of EWS scores by nurses in each service unit.
Preoperative Anxiety Levels and the Incidence of Postoperative Nausea and Vomiting in Patients Undergoing General Anesthesia Rekso Negoro, Widigdo; Sintara, Sindu; Rindy Permana, Annes; Rodli, Muhammad; Priyonggo, Reko; Suryanto
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 21 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Semarang in collaboration with Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI Tingkat Pusat) and Jejaring Nasional Pendidikan Kesehatan (JNPK)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v21i2.27115

Abstract

Postoperative nausea and vomiting (PONV) are common complications after general anesthesia, negatively impacting patient comfort, recovery, and hospital stay. While many factors contribute to PONV, psychological aspects such as preoperative anxiety are often underestimated despite their influence on postoperative outcomes. This study aimed to analyze the relationship between preoperative anxiety levels and the incidence of PONV in patients undergoing surgery under general anesthesia. Using a cross-sectional design, 45 elective surgical patients were assessed for anxiety using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), and PONV incidence was recorded within 24 hours post-surgery. Chi-square analysis revealed a significant association between anxiety levels and PONV occurrence (p = 0.002). Among patients with moderate to severe anxiety, 73.3% experienced PONV, compared to only 26.7% among those with mild anxiety. These findings indicate that higher preoperative anxiety increases the risk of PONV. Therefore, integrating psychological assessment and anxiety management into perioperative care is crucial to reducing postoperative complications and improving anesthetic outcomes through a more holistic patient care approach.
Effectiveness of Self-Management Training, “EDUDARA”, on Psychological Wellbeing and Cortisol Levels in Breast Cancer Patients during the COVID-19 Pandemic Supriati, Lilik; Nova, Renny; Rodli, Muhammad; Ahsan, Ahsan; Hidaayah, Nur; Rismayanti, I Dewa Ayu
Nurse Media Journal of Nursing Vol 14, No 1 (2024): (April 2024)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/nmjn.v14i1.61652

Abstract

Background: Women diagnosed with breast cancer often experience emotional distress, leading to a decrease in psychological well-being. Online self-management training during the COVID-19 pandemic is crucial for maintaining psychological well-being, as it is closely related to stress hormone cortisol levels, which play a vital role in boosting the body’s immune system. However, research on self-management strategies for breast cancer patients, particularly regarding psychological aspect and its relationship to cortisol levels during the COVID-19 pandemic, remains limited.Purpose: The purpose of this study was to measure the effectiveness of self-management training on psychological well-being and salivary cortisol levels in breast cancer patients.Methods: This study used a pre-post-test quasi-experimental design with a control group. The participants included 70 breast cancer patients undergoing chemotherapy at a hospital in Malang City, East Java, Indonesia, recruited using simple random sampling. Self-management training using the EDUDARA (Edukasi Kanker Payudara) was administered to the participants in the intervention group for six weeks. Data on wellbeing were collected using the Ryff Psychological Wellbeing Questionnaire, while salivary cortisol levels were measured with the DBD cortisol kit using the competitive ELISA method. SPSS with t-tests was used to analyze the data.Results: The average post-test psychological well-being score in the intervention group was 90.3, while in the control group, it was 82.69. The results of statistical tests showed a significant difference in psychological well-being between the two groups, with the intervention group showing greater improvement after the training. Additionally, the mean salivary cortisol level post-training was 4.531 in the intervention group and 6.169 in the control group (p=0.001). This indicates a greater reduction in cortisol levels in the intervention group after training, showing that participants’ psychological condition following the “EDUDARA” training was better than that of the control group.Conclusion: Self-management training had a positive effect on increasing psychological well-being and decreasing salivary cortisol levels among breast cancer patients. Therefore, structured self-management training for these patients can be used for nursing intervention
Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi tentang Sistem Skoring APACHE II di ICU RS TK II DR Soepraoen Ambarika, Rahmania; Sintara, Sindu; Rodli, Muhammad; Susanto, Noor Annisa
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bhinneka Vol. 4 No. 2 (2025): Bulan November
Publisher : Bhinneka Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58266/jpmb.v4i2.156

Abstract

Intensive care unit (ICU) merupakan perawat unit kritis di rumah sakit. Berbagai sistem skoring klinis dikembangkan untuk meningkatkan akurasi prediksi resiko mortalitas dan pengambilan keputusan medis, salah satunya sistem skoring APACHE II. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada tim ICU RS TK II dr.Soepraoen tentang APACHE II serta melihat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi. Pengabdian menggunakan metode participatory action research (PAR). Instrumen menggunakan kuesioner lalu dianalisa dengan uji willcoxone. Edukasi diikuti oleh 25 peserta dan diperoleh hasil pengetahuan peserta sebelum edukasi yaitu 67,6% dan 79,2% setelah edukasi. Hasil uji willcoxone didapat nilai p=0,031 (<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna dari pengetahuan responden terhadap sistem skoring dengan APACHE II sebelum dan sesudah pemberian edukasi.
PERBEDAAN EFEK EPHEDRINE 10 MG DAN PHENYLEPHRINE 50 MG DALAM TATALAKSANA HIPOTENSI PADA SECTIO SESAREA DENGAN ANASTESI SPINAL DI RSU PINDAD MALANG Sintara, Sindu; Rodli, Muhammad; Syamsudin, Syamsudin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i2.27186

Abstract

Anestesi spinal merupakan teknik anestesi yang umum digunakan untuk tindakan seksio sesarea, di mana obat anestesi disuntikkan ke ruang tulang belakang untuk menghentikan sensasi nyeri dan memungkinkan operasi pada area perut dan rahim. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh Ephedrine 10 mg dan kelompok 2 Phenylephrine 50 mg pada pasien hipotensi pasca spinal. Metode Penelitian quasi experiment dengan menggunakan preexperimental one group pretest-posttest. Penelitian di Rumah Sakit Umum Pindad Malang, pada bulan Maret-April 2023. Populasi penelitian sebanyak 60 orang dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok sebanyak 30 orang. Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dalam tabel distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Independent Sample T Test. Hasil Ada perbedaan tekanan darah sistolik pasien seksio sesarea dengan tindakan anestesi spinal setelah diberikan Ephedrine 10 mg dan Phenylephrine 50 mg (posttest) di Rumah Sakit Umum Pindad Malang dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Tekanan darah sistolik dengan nilai thitung = -4,079, tekanan darah diastolik dengan nilai p = 0,000 < 0,05 dan nilai thitung = -3,433. Kesimpulan Ephedrine 10 mg lebih efektif dalam meningkatkan tekanan darah ibu seksio sesarea yang mengalami hipotensi pasca anastesi spinal dibandingkan Phenylephrine 50 mg.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRA ANESTESI UMUM DI RST MALANG Rodli, Muhammad; Sintara, Sindu; Sapriandhy, Rizky Nanda
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 2 (2024): JUNI 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i2.27187

Abstract

Latar Belakang: anestesi umum merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar dan menyebabkan amnesia yang bersifat sementara dan dapat diprediksi. Pelaksanaan tindakan operasi memiliki tahapan yang mana didalamnya terdapat beberapa fase, salah satunya yaitu fase preoperative, respon paling umum pada pasien pre operasi dan pre anestesi salah satunya adalah psikologi (kecemasan), Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang penuh rasa takut dan khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan terjadi. Menurut American Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh, et al., 2020). Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa korelasi observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampling pada penelitian ini menggunakan teknik metode purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditetapkan peneliti. Hasil : Hasil analisis uji spearman rho didapatkan hasil angka sig. (2tailed) 0,002 yang artinya nilai ? value lebih kecil dari batas kritis ? = 0,05 menunjukan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan anestesi umum, arah korelasi disimpulkan positif dan kekuatan korelasi kriteria rendah dengan nilai angka -.336. Kesimpulan : Secara umum terdapat hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan anestesi umum di RST Malang. Dengan hasil angka sig. (2tailed) 0,002 yang artinya nilai ? value lebih kecil dari batas kritis ? = 0,05. Kata Kunci : Kecemasan, Praoperasi, General Anestesi
Factors Affecting the Meaning of Life in Breast Cancer Patients at Malang City, Indonesia Supriati, Lilik; Nova, Renny; Ahsan, Ahsan; Rodli, Muhammad; Rismayanti, I Dewa Ayu; Kapti, Rinik Eko
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 21 No 3 (2023): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Research and Community Service Unit, Poltekkes Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/infokes.Vol21.Iss3.1300

Abstract

The meaning of life is considered to affect breast cancer patients positively. Finding meaning in life is key to improving well-being during and after experiencing a traumatic event such as cancer. Previous research was still rare to explore the factors affecting the meaning of life in breast cancer patients. The study aimed to analyze the factors influencing the meaning of life of breast cancer patients.  This study was an analytical observational method with a cross-sectional design. The inclusion criteria of the respondents were breast cancer patients who had obtained at least one cycle of chemotherapy. We used purposive sampling, and the total sample in this study was 135 respondents. Questionnaires were used to collect the data. Data were analysed by multivariate test, namely a linear regression test with a significance level of p ≤ 0,05. The result showed only two variables affect the meaning of life, communication of health workers and spirituality, respectively. The strongest variable was the communication of health workers.  The equation from the analysis showed that 11 % explained the phenomenon. The spirituality and communication of health workers positively affected the meaning of life. Application of therapeutic communication as well as spiritual support are needed in nurses to patients while undergoing therapy. Therefore, nurses must pay attention to spirituality and good therapeutic communication when providing patient services.