Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik Supriati, Lilik; Nasution, Tina Handayani; Ilmansyah, Fiqih Andrian
Majalah Kesehatan FKUB Vol 3, No 4 (2016): MAJALAH KESEHATAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.1 KB)

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang kronis. Penderita diabetes sangat rentan terhadap gangguan psikologis seperti depresi. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya depresi pada penderita diabetes mellitus adalah kurangnya dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan teknik total sampling, dan didapatkan 34 responden penderita DM. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner depresi berdasarkan Beck Depression Inventory II (BDI II) dan kuesioner dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memberikan dukungan “baik” sebanyak 8 responden (24%), dukungan keluarga “cukup” sebanyak 22 responden (67%), dan dukungan keluarga “kurang” sebanyak 3 responden (19%). Data kejadian depresi pada pasien diabetes mellitus diperoleh 12 responden (38%) tidak mengalami depresi, dan 22 responden (62%) mengalami depresi. Analisis data menggunakan uji statistik Spearman rho dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi negatif (r = -0,743) dengan nilai p = 0,000 yang artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian depresi pada pasien diabetes mellitus di RS Muhammadiyah Gresik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif (searah) antara dukungan keluarga terhadap kejadian depresi pada pasien diabetes mellitus. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin tidak terjadi depresi atau normal, sebaliknya semakin rendah dukungan keluarga maka angka kejadian depresi yang dialami semakin berat. Kata kunci : diabetes mellitus, dukungan keluarga, depresi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI IPCU RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG Suyitno, Adi; Wihastuti, Titin Andri; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2017
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.192 KB)

Abstract

Abstract :The nurse is the primary healthcare provider in the hospital and has an important role in the health service for the patient. Patients who come to the Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) generally exhibit various symptoms of behavioral problems, such as violent behavior, other injurious tendencies, agitation, and attempted suicide, requires the nurse to make a strict 24-hour observation.The aims of this research was to analyze various factors that have associated with implementation of therapeutic communication in IPCU RSJ Dr.Radjiman WediodiningratLawang. This research was an analytic observational research with cross sectional approach. Population in this research is all of IPCU nurses (Camar, Perkutut and mawar ward) 43 respondent.The number of samples is 40 respondents. To know the description of each variable used univariate analysis, to know the relationship between variables used Spearman test when the data is normally distributed and spearman and to know the most dominant factor in affecting implementation of therapeutic communication is used multivariate test of linear regression. The result of bivariate test shows p value as follows: nurse knowledge level (p = 0,004), nurse perception (p = 0,123), nurse emotional intelligence (p = 0,015), nurse age (p = 0,227), Nurse education (p = 0,351), if this value has been lower than 0,05 then this variabel has significan relations with dependen variabel. The results of multivariate test has shown that knowledge level has becae a most influence factors that affect the implementation of therapeutic communication. There was a significant correlation between nurse emotional intelegence and levels of knowledge with implementation of therapeutic communication in IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat LawangKeyword : knowledge, perception, emotional intelligence, age, education, implementation of therapeutic communicationAbstrak : Perawat merupakan tenaga kesehatan utama di rumah sakit dan memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan kepada pasien. Pasien yang datang di Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) umumnya menunjukkan berbagai gejala masalah perilaku, seperti perilaku kekerasan, kecenderungan mencederai orang lain, agitasi, dan percobaan bunuh diri sehingga menuntut perawat untuk melakukan observasi ketat selama 24 jam. Melakukan analisis faktor internal yang berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat di IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Penelitian ini observasion alanalitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat IPCU (Ruang Camar, Perkutut dan Mawar) yang berjumlah 43 orang dengan jumlah sampel 40 orang. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji spearman dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik digunakan uji multivariate regresi linier. Hasil uji bivariat menunjukkan p value sebagai berikut : tingkat pengetahuan perawat (p=0,004), persepsi perawat (p=0,123), kecerdasan emosi perawat (p=0,015), usiaperawat (p=0,227), pendidikan perawat (p=0,351), dimana hubungan dikatakan bermakna apabila p<0,05. analisis multivariat dengan regresi linier diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan dengan nilai p (0,004) dengan nilai r = 0,300 yang artinya variable ini memiliki keeratan hubungan yang sedang. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan kecerdasan emosi perawat dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik pada perawat di IPCU RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Kata Kunci : pengetahuan, persepsi, kecerdasan emosi, usia, pendidikan perawat, pelaksanaan komunikasi terapeutik
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DENGAN KEJADIAN KELELAHAN MENTAL (BURNOUT) PADA PERAWAT Kholifah, Siti; Soeharto, Setyawati; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.4 KB)

Abstract

Abstrak : Kondisi pasien di Intensive Psychiatric Care Unit (IPCU) menuntut perawat untuk melakukan observasi ketat selama 24 jam serta selalu menghadirkan dirinya dalam konteks terapeutik melalui interaksi dengan pasien. Rutinitas tersebut dapat menjadi stressor bagi perawat sehingga mengalami kelelahan mental atau burnout. Kelelahan mental dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal menjadi sangat penting karena penilaian individu terhadap faktor eksternal yang dialami sangat bergantung pada faktor internalnya.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor internal dengan kejadian kelelahan mental (burnout) pada perawat di IPCU RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang.Penelitian ini menggunakan desain observasionalanalitik dengan pendekatan cross-sectional. Responden berjumlah 40 orang yang didapatkan dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kematangan emosi dan kejadian kelelahan mental (p value = 0,001 dan r = -0,500), antara kesejahteraan psikologis dan kejadian kelelahan mental (p value= 0.000dan r = -0,601), serta antara penyesuaian diri dan kejadian kelelahan mental (p value= 0.001dan r = -0,523). Berdasarkan hasil uji regresi linier disimpulkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kelelahan mental adalah kesejahteraan psikologis (p value< 0,001 dan koefisien korelasi = -0.543). Hal inidimungkinkankarena RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis perawat sehingga meminimalisasi kejadian kelelahan mental. Kata kunci: kelelahan mental, perawat, intensifpsikiatri, faktor internal
PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI REMAJA Effendi, Zulian; Poeranto, Sri; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.308 KB)

Abstract

Abstrak: Kehidupan remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan bentuk dari konsekuensi hukuman atas perilaku melanggar hukum yang pernah dilakukan. Berbagai permasalahan dialami remaja dalam menjalani kehidupannya di LPKA, diantaranya perubahan hidup, hilangnya kebebasan dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan label “panjahat” yang melekat pada dirinya.Oleh sebab itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan harga diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh terapi kognitif terhadap peningkatan harga diri remaja di LPKA. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental Pre-Post Test with Control Group. Jumlah sampel sebanyak 28 responden yang terdiri dari 14 kelompok perlakuan dan 14 kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling. Instrument pengukuran harga diri menggunakan kuesioner yang di modifikasi dari Roserberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan harga diri remaja antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis HDR dan terapi kognitif pada kelompok perlakuan (nilai p-value = 0,000). Pada kelompok kontrol terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis HDR (nilai p-value= 0,000), sedangkan untuk harga diri remaja sesudah diberikan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi (nilai p-value =0,006).Pemberian terapi generalis dan terapi kognitif memiliki pengaruh yang lebih bermakna terhadap peningkatan harga diri remaja dibandingkan dengan pemberian tindakan generalis saja. Kata kunci: harga diri, terapi kognitif, remaja
ANALISIS KORELASI PENERIMAAN DENGAN HARGA DIRI ORANGTUA DAN STRES PENGASUHAN DALAM MERAWAT ANAK RETARDASI MENTAL Fitria, Yeni; Poeranto, Sri; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.027 KB)

Abstract

Abstrak : Kondisi anak dengan retardasi mental menjadi stresor tersendiri bagi orangtua karena gangguan kognitif dan fungsi adaptifnya menyebabkan perlunya penanganan khusus dalam berbagai hal. Hal tersebut dapat berdampak pada penerimaan orangtua terhadap anak dan harga diri orangtua yang pada akhirnya dapat memicu timbulnya stres pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara penerimaan orangtua dengan harga diri orangtua dan stres pengasuhan dalam merawat anak retardasi mental. Rancangan penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah 43 responden. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Parental Acceptance Rejection Questionnaire/ (PARQ), Brief Self esteem Inventory/ (BSEI) dan Parenting Stres Index Short Form/ (PSI-SF). Analisis statistik menggunakan uji korelasi pearson dan analisis jalur (path analysis). Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan antara penerimaan dengan harga diri orangtua (p= 0,001; r= 0,471; ρ= 0,471). Ada hubungan antara penerimaan orangtua dengan stres pengasuhan (p=0,000; r= -0,554; ρ= -0,383). Ada hubungan antara harga diri orangtua dengan stres pengasuhan (p= 0,000; r= -0,544; ρ= -0,364). Untuk meminimalkan stres pengasuhan dalam merawat anak retardasi mental, sebaiknya orangtua lebih meningkatkan penerimaan terhadap anak sehingga tidak memberikan tuntutan yang melebihi kemampuan anak. Selain itu orangtua perlu memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri sehingga lebih mampu beradaptasi dengan stresor yang dialami. Kata Kunci: penerimaan orangtua, harga diri orangtua, stres pengasuhan, retardasi mental
STRESS, INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI KABUPATEN MALANG Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2017
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.592 KB)

Abstract

Abstract : The elderly was the last human development phase causing change on all aspects of physical ,psychological , social and economic. The most problem of  physical disorders in  elderly was hypertension.  Hypertension was condition that  systole blood pressure higher than 140 mmHg relating to psychological stress .Other modification factor relating to hypertension prevalence  was the body mass index .The purpose of this research knew the relation between  stress and body mass index  to hypertension prevalence. The method  used analytic correlational with cross sectional design. Techniques sampling used  purposive sampling included 81 respondents. Research instruments variable stress used  quisioner modification of HARS. BMI  and blood pressure was obtained through assessing directly. Statistical analysis used the correlation spearman .The result showed that stress elderly mostly in category moderate  stress. Mean of  score BMI is  23,53 that in nomal category  ( 60,49 % ). Based on the bivariat statistic show there is significant relation between stress with hypertension ( r = 0,723 ) and there is  significant correlation between  BMI  with hypertension ( r = 0,486 ) .The Nurse must do implementation  stress  management in elderly to lower the risk of a rise in blood pressure like  techniques of relaxation progressive and nurse must give information to elderly to control weight to prevent increasing  in BMI with the activity like doing  sports and having  good eating habit.Keywords : stress , body mass index , hypertension Abstrak : Lansia merupakan fase tahap tumbuh kembang terakhir manusia menyebabkan perubahan pada semua aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Permasalahan gangguan fisik terbanyak lansia adalah hipertensi.Kejadian  Hipertensi pada lansia dengan kondisi peningkatan tekanan darah sistol > 140 mmHg berkaitan dengan kondisi psikologis stress lansia. Faktor modifikasi lain yang berkaitan dengan kejadian hipertensi adalah indeks masa tubuh. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan stress dan IMT dengan kejadian hipertensi.  Rancangan penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah 81 responden. Instrumen penelitian variabel stress dengan menggunakan kuisioner modifikasi HARS. IMT dan tekanan darah didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung kepada lansia. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress lansia sebagian besar dalam kategori stress sedang (53,53%), rata-rata score IMT sebesar 23,53 dengan kategori normal (60,49%). Berdasarkan uji bivariat menunjukkan ada hubungan signifikan antara stress dengan kejadian hipertensi (r = 0,723) dan ada hubugan signifikan IMT dengan hipertensi (r = 0,486). Untuk itu perlu melakukan manajemen stress lansia untuk menurunkan resiko peningkatan tekanan darah seperti teknik relaksasi progresif serta pengontrolan berat badan lansia untuk mencegah peningkatan IMT dengan aktivitas olah raga dan pola makan yang baik.Kata kunci : stress, indeks masa tubuh, kejadian hipertensi
HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT TENTARA Dr.SOEPRAOEN MALANG Supriati, Lilik; Kusumaningrum, Bintari Ratih; Setiawan, Haris Fadjar
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 2 (2017): MAJALAH KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.505 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2017.004.02.4

Abstract

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan tepat dan serius. Penderita DM harus menjalani terapi yang dilakukan secara terus menerus. Kondisi ini dapat mengakibatkan berbagai perubahan kesehatan yang menimbulkan gangguan fisik maupun psikologis bagi penderita. Gangguan psikologis yang umum terjadi yaitu stres. Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan 46 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner tingkat kecerdasan emosi dan tingkat stres pada penderita DM. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwaada korelasi negatif antara kecerdasan emosi dengan tingkat stres pada pasien DM (r = -0,523, p = 0,00). Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin rendah tingkat kecerdasan emosional semakin tinggi tingkat stres yang dialami penderita DM.Kata kunci: diabetes mellitus (DM), kecerdasan emosional, stres
Pengaruh Terapi Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RS Muhammadiyah Lamongan Rokhman, Adbul; Supriati, Lilik
Jurnal Riset Kesehatan Nasional Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Institute Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.46 KB) | DOI: 10.37294/jrkn.v2i1.98

Abstract

ABSTRAKPenyakit diabetes mellitus yang tidak bisa disembuhkan secara total sering berdampak pada terjadinya kecemasan dan penurunan kualitas hidup. Untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dapat dilakukan terapi progressive muscle relaxation. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi PMR (Progressive Muscle Relaxation) terhadap kecemasan dan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Muhammadiyah Lamongan. Metode quasi eksperimental dengan pendekatan pre-post test control group design dengan simple random sampling. Jumlah sampel 50 orang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 25 orang. Alat ukur menggunakan kuisioner HARS untuk kecemasan dan DQOL (Diabetes Quality of Life) untuk kualitas hidup. Hasil analisis kecemasan dengan uji t pada kelompok perlakuan p 0,000, kelompok kontrol p 0,746. Analisis kualitas hidup pada kelompok perlakuan nilai p 0,000 dan kelompok kontrol p 0,098. Perbedaan kecemasan pada kelompok perlakuan dan kontrol p 0,019. Perbedaan kualitas hidup pada kelompok perlakuan dan kontrol p 0,076. Pengaruh faktor pendidikan terhadap kualitas hidup pada pasien DM tipe 2 sesudah diberikan terapi progressive muscle relaxation sebesar 4,9 % setelah dikontrol variabel lain. Terapi progressive muscle relaxation efektif untuk menurunkan kecemasan dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Terapi progressive muscle relaxation dapat dimasukkan kedalam intervensi keperawatan pada pelayanan rumah sakit. Kata Kunci: Diabetes Mellitus tipe 2, Kecemasan, Kualitas Hidup, Terapi Progressive Muscle Relaxation ABSTRACTDiabetes mellitus which cannot be cured completely often have an impact on the occurrence of anxiety and reduced quality of life. To reduce anxiety and improve the quality of life of patients can use progressive muscle relaxation therapy. This study aims to determine the effect of PMR therapy (Progressive Muscle Relaxation) in anxiety and quality of life in patients with type 2 diabetes mellitus in Lamongan Muhammadiyah Hospital. Quasi-experimental method with the approach of pre-posttest control group design with simple random sampling. Number of samples 50  people  were   divided  into   two   treatment   groups  and   control  each   25   people.  HARS questionnaire instrument used for measuring anxiety and DQOL (Diabetes Quality of Life) for measuring quality of life. Results of the analysis by the t-test anxiety in the experimental group p0.000, 0.746 p control group. Analysis of the quality of life in the treatment group p values of 0.000 and 0.098 p control group. Anxiety differences in the treatment group and the control p0.019. Differences in the quality of life in the treatment group and the control p 0.076. Results of the analysis by the t-test anxiety in the experimental group p 0.000, 0.746 p control group. Analysis of the quality of life in the treatment group p values of 0.000 and 0.098 p control group. Anxiety differences in the treatment group and the control p 0.019. Differences in the quality of life in the treatment group and the control p 0.076. Educational factors influence the quality of life in patients with type 2 diabetes mellitus after progressive muscle relaxation therapy by 4.9% after controlling other variables. Progressive muscle relaxation therapy is effective to reduce anxiety and effective to improve the quality of life of patients with type 2 diabetes. Progressive muscle relaxation therapy can be incorporated into nursing interventions on hospitals.Keyword : Type 2 Diabetes Mellitus, anxiety, quality of life, progressive muscle relaxation therapy
Program Kesehatan Jiwa Berbasis Sekolah (PKJ-BS) untuk Mencegah Resiko Masalah Emosi pada Remaja Daulay, Wardiyah; Nasution, Mahnum Lailan; Purba, Jenny Marlindawani; Putri, Dwi Eka; Supriati, Lilik
Jurnal Keperawatan Jiwa Vol 12, No 1 (2024): Februari 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.12.1.2024.97-104

Abstract

Program Kesehatan Jiwa Berbasis Sekolah (PKJ-BS) merupakan program yang dikembangkan oleh peneliti dimulai dari identifikasi status emosi remaja, penilaian melalui hasil ukur instrumen, intervensi dan fasilitasi siswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan status emosi dan perilaku remaja sebelum dan sesudah dilaksanakan program kesehatan berbasis sekolah. Penelitian ini menggunakan desain ”One-group pretest-posttest design”. Populasi adalah seluruh siswa berjumlah 1067 siswa, sedangkan sampel diambil secara total sampling yaitu seluruh siswa di SMPN 1 Tanjung Morawa. Analisis bivariat menggunakan uji dependent t-test. Hasil penelitian menunjukkan masalah emosi pada siswa dikategorikan sehat sebanyak 91.2%, resiko sebanyak 5.4% dan gangguan sebanyak 3.4%. Masalah emosi yang timbul pada siswa yaitu masalah  cemas atau khawatir, siswa merasa tidak bahagia, sedih atau menangis dan banyak yang ditakuti.  Hasil uji didapatkan nilai p-value 0.00, artinya ada pengaruh program kesehatan jiwa berbasis sekolah terhadap status emosi siswa. Perubahan status emosi siswa karena siswa telah diberikan edukasi kesehatan jiwa dan diberikan intervensi REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy) yang bertujuan untuk menghilangkan gangguan emosional, membangkitkan kepercayaan diri dan kemampuan diri individu. 
MELATI (MERAWAT PREMATUR SEPENUH HATI) EDUCATION BASED ON FAMILY CENTERED CARE IN THE STIMULATION, MONITORING, AND DETECTION OF PREMATURE BABY DEVELOPMENT Amaliya, Sholihatul; Kapti, Rinik Eko; Azizah, Nurona; Supriati, Lilik; Ulya, Ikhda
Caring: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4, No 1 (2024): CARING Jurnal Pengabdian Masyarakat (April 2024)
Publisher : Caring: Jurnal Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.caringjpm.2024.004.01.3

Abstract

Complications and risks of short- and long-term morbidity will affect the development and growth of premature babies. Mother's knowledge affects the ability and confidence in monitoring the growth of mothers with premature babies that can be enhanced through the provision of health education. The health education given needs to empower mothers to perform stimulation, monitoring, and detection of the growth of premature babies properly. This community service activity is conducted with the aim of knowing the impact of health education on knowledge and the ability of mothers in giving stimulation to premature babies with the media educational booklet entitled MELATI. The service activity was conducted in Malang Raya region in July to October 2023 with the instrument of questionnaire and observation sheet development examination (KPSP). The educational activities are conducted in two phases with a duration of 60 minutes each. The evaluation of the activities is carried out one week after the educational activity by re-measuring the knowledge and sensitivity of mothers in stimulation, monitoring, and early detection of the growth of premature babies. As a result of this activity, the proportion of mothers with knowledge and skills both before intervention is 5% and after intervention 90%. Interventions of health education with the MEDIA booklet MEDIA can enhance the knowledge and skill of the mothers in stimulation, monitoring, and detection of the growth of premature babies. MELATI booklet can be used as one of the media providing education to mothers who have a premature baby.