Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH PENINGKATAN KAPASITAS MESIN TERHADAP WAKTU KERJA PENYARADAN KAYU HUTAN ALAM DENGAN SISTEM MESIN PANCANG TARIK DI PT RATAH TIMBER Sihombing, Ruspita
JURNAL KREATIF: DESAIN PRODUK INDUSTRI DAN ARSITEKTUR Vol 4 No 2 (2017): Volume 4, No. 2, April 2017
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

menjadi indikator yang paling penting dalam pengelolaan hutan. Metode pemanenan kayu yang berdampak rendah mampu mengurangi kerusakan ekosistem hutan alam produksi. Salah satu alat kerja pemindah (penarik) kayu hutan yang lebih ramah lingkungan adalah menggunakan Mesin Pancang Tarik. Prinsip kerja mesin ini tetap berada pada tempat tertentu, sedangkan kayu ditarik menggunakan sling atau kabel.Penelitian tentang Pengaruh Peningkatan Kapasitas Mesin Terhadap Waktu Kerja Penyaradan Kayu Hutan Alam dengan Sistem Mesin Pancang Tarik (Monocable Winch) di PT. Ratah Timber ini dikaji dari, (1) Aspek waktu kerja, yaitu seberapa besar pengaruh peningkatan kapasitas mesin dari 20PK menjadi 26PK terhadap lamanya penyaradan. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan pada proses penyaradan kayu dengan menggunakan Mesin Pancang Tarik 20PK dan 26 PK, berfokus pada: (1) Tofografi areal hutan, dimaksudkan untuk melihat fenomena penyaradan; (2) Mencatat waktu kerja murni dan waktu umum dengan menggunakan mesin 20PK dan 26PK pada proses penyaradan kayu pada kelerengan < 40%.Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan, bahwa pengaruh peningkatan kapasitas mesin terhadap waktu kerja Penyaradan Kayu Hutan Alam dengan Sistem Mesin Pancang Tarik (Monocable Winch) di PT. Ratah Timber pada kelerengan < 40% tidak significan.
PENGARUH KELERENGAN MENDAKI (+ < 40%) DAN KELERENGAN MENURUN (- < 40%) PADA WAKTU KERJA DENGAN MENGGUNAKAN MESIN PANCANG TARIK (MONOCABLE WINCH) 20 PK DI PT. RATAH TIMBER COMPANY Sihombing, Ruspita; Fatmawati, Anni
JURNAL KREATIF: DESAIN PRODUK INDUSTRI DAN ARSITEKTUR Vol 4 No 1 (2016): Volume 4, No.1, Oktober 2016
Publisher : Indonesian Society of Applied Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanenan kayu ramah lingkungan (Reduced Impact Timber Harvesting/RITH) menjadi indikator yang paling penting dalam pengelolaan hutan Metode pemanenan kayu yang berdampak rendah mampu mengurangi kerusakan ekosistem hutan alam produksi. Salah satu alat kerja pemindah (penarik) kayu hutan yang lebih ramah lingkungan adalah menggunakan Mesin Pancang Tarik. Prinsip kerja mesin ini tetap berada pada tempat tertentu, sedangkan kayu ditarik menggunakan sling atau kabel . Penelitian tentang Pengaruh Kelerengan Mendaki (+ &lt; 40%) dan Menurun (- &lt; 40%) pada Waktu Kerja pada Waktu Kerja dengan Menggunakan Mesin Pancang Tarik (Monocable Winch) 20 PK di PT Ratah Timber Company.” Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, meliptui: kayu, mesin Pancang Tarik, stopwatch, kompas, clinometer, meteran, kamera dan tally sheet. Untuk mendapatkan waktu kerja digunakan metode Non Stop (persiapan alat, pembuatan jalan setapak untuk kayu, pengikatan mesin pancang pada tunggul kayu atau pohon berdiri, penarikan sling menuju kayu, pengikatan sling pada kayu yang akan disarad dengan menggunakan hook, penarikan kayu, pelepasan hook, penyusunan log dan penggulungan sling). Selain itu, dilakukanpengukuran jarak sarad, pengukuran panjang dan diameter pangkal dan ujung kayu yang disarad. Data pendukung lainnya adalah peta penyebaran pohon, spesifikasi peralatan penyaradan menggunakan mesin Pancang Tarik. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif, yangdilakukan pada proses penyaradan kayu dengan menggunakan Mesin Pancang Tarik 20 PK, berfokus pada: (1) Tofografi areal hutan, dimaksudkan untuk melihat fenomena penyaradan; (2) Waktu penyaradan, dimaksukan untuk melihat fenomena waktu kerja murni dan waktu umum. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa, waktu kerja pada kelerengan mendaki (+ &lt; 40%) sebesar 0,82 dan menurun (- &lt; 40%) sebesar 0,75.
An Effort to improve the effectiveness and efficiency of corn farmers' production in Sidomulyo Village, Samarinda Sihombing, Ruspita; Fatmawati, Anni; Lia, Rakhel
Community Empowerment Vol 6 No 9 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/ce.5967

Abstract

Corn farming communities in the Anggana sub-district usually harvest dry corn every 2-3 months and resulting about 200-700 kg. However, there are a very limited number of corn shellers and corn grinders used by 14 farmer groups, and inefficient. To overcome this, a new machine is needed to peel and grind corn with the results of whole corn cobs. The goal is to simplify the work of the farmers, increase the productivity of corn flour production and save costs. The method used in this training by demonstrating how to peel and grind corn using a machine. The women farmer group participated in the training with enthusiasm and at the end of the activity they were able to use the corn sheller and grinder, correctly. The community service team also donated corn shellers and grinders to partners.
Training on the use of corn sheller machine in Kutai Lama Village, Kutai Kartanegara Andansari, Dita; Sihombing, Ruspita
Community Empowerment Vol 6 No 9 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/ce.5970

Abstract

The corn sheller machine used by the Kutai Lama Village farmer group produces corn cobs that are cut or crushed, so it cannot be used as a medium for making mushrooms and worms. To solve this problem, the team developed a corn sheller machine and trained farmer groups to use the product. In this activity, two corn shelling machines were handed over and given training on how to use a corn sheller machine which is equipped with a 'belt cover' as a safety and added with a 'guide tool' so that the corn kernels do not spill. In addition, the machine is proven to increase the productivity of corn shelling activities. When compared with the manual method, the productivity increases to 4800%.
Upaya Meningkatkan Produksi Amplang di Kecamatan Sangasanga Sihombing, Ruspita; Fibrianie, Etwin; Lia, Rakhel
Jurnal ETAM Vol. 4 No. 1 (2024): FEBRUARY
Publisher : Politeknik Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/etam.v4i1.672

Abstract

Makanan ringan bercita rasa gurih sudah menjadi oleh-oleh wajib bagi wisatawan yang datang ke Kalimantan Timur. Permasalahannya beberapa dari pengrajin amplang dalam Proses penggorengan amplang masih menggunakan cara manual. Penggorengan manual ini sering terjadi kegosongan amplang sehingga ada amplang yang harus dibuang karena gosong. Dari situasi tersebut kami mengusulkan kegiatan pengabdian masyarakat untuk memberdayakan masyarakat pengrajin amplang dalam pemahaman dan ketrampilan menggunakan Mesin Pengoreng Amplang. Pelatihan Penggunaan Mesin Pengoreng Amplang bertujuan untuk mengajarkan teknik pengoperasian mesin penggoreng amplang yang benar, dan target khususnya adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi amplang. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah dengan mendemonstrasikan penggunaan Mesin penggorengan amplang terkait teknik penggunaan dan perawatan mesin. Pengrajin amplang mempunyai peran dalam penyediaan bahan adonan dan tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian. Hasil yang diharapkan para pengrajin amplang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi mereka, sehingga mampu bersaing dengan produsen amplang lainnya di pasar lokal maupun nasional. Luaran wajib publikasi di jurnal nasional terakreditasi (SINTA), Paten sederhana, Artikel pada media massa cetak, Produk, Vidio pelaksanaan kegiatan dan Peningkatan keberdayaan mitra.
Design of Automatic Irrigation System For Post-Mining Land Reclamation Sihombing, Ruspita; Azizah, Amiril; Arifin, Zainal; Sari, Wahyuni Eka; Oscar, Agus Wiramsya; Putra, Pandhu Rochman Suosa
JOIV : International Journal on Informatics Visualization Vol 9, No 1 (2025)
Publisher : Society of Visual Informatics

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62527/joiv.9.1.2950

Abstract

post-mining land reclamation poses a challenge in restoring degraded land's ecological function and productivity, requiring optimal rehabilitation to make it productive and environmentally friendly. A key challenge in reclamation is the availability of efficient water sources to support the revegetation process. Conventional irrigation systems are inefficient and require intensive monitoring. Therefore, an innovative solution in the form of an automatic irrigation system is needed to optimize water use and support sustainable plant growth. This study aims to design and develop a technology-based automatic irrigation system that combines soil moisture sensors, water pumps, sprinklers, solar panels, solenoid valves, and microcontrollers to regulate irrigation efficiently and on time. The methodology includes hardware and software design, integration of soil moisture sensors, a microcontroller as the control unit, and system field testing. The system is designed to activate irrigation based on real-time soil moisture levels automatically, ensuring water is only applied when needed. The system is expected to reduce excess water use and improve irrigation effectiveness across large and diverse areas. Results show that this automatic irrigation system can reduce water consumption by 34.2% compared to conventional methods. In addition, farmers can remotely manage irrigation via the Internet or mobile apps, reducing irrigation time by 75 minutes. This system holds the potential to be an innovative and sustainable solution for post-mining land reclamation, ushering in a new era of efficient and sustainable agriculture.
Pelatihan Penggunaan Mesin Penggoreng Amplang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Bagi Masyarakat Loa Janan Ilir Kota Samarinda Imam; Lolongan, Samen; Sihombing, Ruspita
Jurnal ETAM Vol. 5 No. 1 (2025): FEBRUARY
Publisher : Politeknik Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46964/etam.v5i1.1206

Abstract

The process of frying amplang crackers is done manually. In this way, the amplang often burns, so some have to be thrown away. The purpose of engineering this tool is to overcome the problem of burning that occurs during the frying process. This service method is carried out by identifying working drawings, manufacturing, initial testing and tool performance testing. Performance testing involves weighing the dough and then putting the dough into a frying pan filled with heated cooking oil, after which the driving motor is turned on to stir the amplang and the frying time is recorded. After the amplang is cooked, the amplang is removed from the pan and weighed. This was repeated four (4) times as well as visual observations. The test results can be concluded that the tool can overcome burning because the stirring is carried out by an electric motor so that it is even and the mixture does not come into direct contact with the outer pan which is in contact with the heat source. The flour that is on the surface of the dough when frying falls into the outer pan so it doesn't dirty the surface of the amplang. Fryer capacity 12 kg/batch. Yield 70%. The average time for frying amplang is 35 minutes. The stirring speed can be adjusted over a wide range from 30 rpm to 52.5 rpm without causing the amplang to come out of the pan.