Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kajian Kritis: Periode Tafsir Ulama' Mutaakhkhirin fuada, noviani lu'luatul; Nimah, Rodhotun
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 7 No 2 (2024): 2024
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v7i2.800

Abstract

Tafsir Ad-Du>rr dan Irsya>d al-'Aql adalah kitab karya Imam Jalalu>ddin As-Su>yuthi> dan Abu Su'u>d bagian dari intertekstualitas karya-karya sebelumnya tetapi dalam penelitian ini, penulis ingin menggambarkan aspek-aspek utama dalam interpretasi ini, seperti metodologi interpretasi, sistematika penulisan, gaya interpretasi dan lain-lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan artikel ini menjelaskan bahwa latar belakang penulisan kedua kitab tersebut adalah karena ia ingin membuat ringkasan Tarju>manul Qur'an, al-Ka>sysya>f dan al-Baidlowi> sehingga ditulislah penafsiran ini. penafsiran diklasifikasikan sebagai kitab bi al-Ma'tsur dan bi Ra'yi karena umumnya sumber penafsiran yang digunakan adalah sejarah, ra'yi baik menggunakan munasabah, sejarah atau hadits Nabi. sahabat, dan tabi'in. serta sastra, nahwu dan balaghah.
Menilik Potret Tantangan Dalam Menyongsong Pemilu Serentak 2024 Nimah, Rodhotun
Muhammadiyah Law Review Journal Vol 8, No 1 (2024): Muhammadiyah Law Review
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24127/mlr.v8i1.3176

Abstract

The simultaneous holding of the general election on April 17, 2019, marks a new chapter in the electoral process in Indonesia. This development is the result of the Constitutional Court Decision Number 14/PUU/2013, which reviewed Law Number 42 of 2008 concerning the Election of the President and Vice President. Despite the acknowledgment that simultaneous elections are considered an improvement compared to previous ones, it doesn't mean that the implementation is flawless. The most alarming issue is the significant loss of lives among election organizers, seen as a consequence of the 2019 simultaneous elections, along with other technical problems. Considering the various aspects arising from the 2019 elections, it is essential to reevaluate whether simultaneous elections are ideal for Indonesia's governance. This research is of a juridical-normative nature, utilizing a legal approach and case analysis. The data collection technique and arguments presented in this paper rely on qualitative studies. The findings of this research state that simultaneous elections represent a new breakthrough for Indonesian democracy, but there are still specific areas that require special attention. In this regard, the Constitutional Court proposes alternative models for simultaneous elections that can be chosen and deemed constitutional based on the 1945 Constitution.
Peran Gotong Royong dalam Mekanisme Penguatan Toleransi dan Kohesi Sosial di Masyarakat Multikultural di Desa Suro Tambak Ayu Parasvati, Desvita; Wulandari, Diana Putri; Hermawan Wibisono, Ditho; Wulandari, Devi; Nimah, Rodhotun
Mauriduna: Journal of Islamic Studies Vol 5 No 2 (2024): Mauriduna: Journal of Islamic Studies, November 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab Ar Raayah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37274/mauriduna.v5i2.1302

Abstract

Toleransi adalah fondasi untuk mewujudkan HAM (Hak Asasi Manusia) dan perdamaian. Intoleransi adalah pelanggaran pada kebebasan berkeyakinan dan beragama, terjadi karena kesalahpahaman komunikasi atau pendapat akibat perkembangan globalisasi saat ini. Multikulturalisme adalah perbedaan budaya di masyarakat terkini. Pada dasarnya, toleransi yaitu menghargai serta menghormati hak orang lain. Tujuan penulis melakukan pengabdian di masyarakat desa Suro – Tambak untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh masyarakat terkait dengan toleransi. tersebut. Era modern saat ini mempengaruhi sikap toleransi yang berdampak negatif pada intoleransi di masyarakat. Kurangnya sosialisasi tentang pengertian dan pemahaman toleransi beragama sejak dini menjadi salah satu alasan individu bersikap intoleransi. Adanya sikap intoleransi juga dapat disebabkan oleh sikap individualisme. Penulis melakukan pengabdian masyarakat dengan menggunakan data kualitatif yaitu data yang bukan berupa angka, karena data yang dihasilkan lebih detail dan lebih rinci. Dari metode pengabdian masyarakat tersebut, penulis melakukan kegiatan sosialisasi untuk memupuk toleransi dan kegiatan gotong royong membersihkan tempat ibadah, yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi di lingkungan masyarakat di Desa Suro - Tambak, Mojosongo, Boyolali.ungkin di Desa Suro - Tambak ada beberapa masyarakat yang sibuk bekerja sehingga tidak dapat dipungkiri menimbulkan sikap individualis tersebut. Bagaimana pun mayoritas masyarakat di Desa Suro - Tambak memiliki toleransi yang kuat walaupun mereka berbeda agama. Tolerance is the foundation for realizing human rights and peace. Intolerance is a violation of freedom of belief and religion, occurring due to misunderstandings in communication or opinions due to the current development of globalization. Multiculturalism is the cultural differences in current society. Basically, tolerance is respecting and respecting the rights of other people. The author's aim is to carry out community service in the Suro – Tambak village community to find out the problems experienced by the community related to tolerance. the. The current modern era influences attitudes of tolerance which have a negative impact on intolerance in society. Lack of socialization regarding the meaning and understanding of religious tolerance from an early age is one of the reasons individuals behave intolerantly. The existence of an attitude of intolerance can also be caused by an attitude of individualism.The author conducts community service using qualitative data, namely data that is not in the form of numbers, because the data produced is more detailed and more detailed. From the community service method, the author conducts socialization activities to foster tolerance and mutual cooperation activities to clean places of worship, which aim to increase tolerance in the community environment in Suro - Tambak Village, Mojosongo, Boyolali. Perhaps in Suro - Tambak Village there are some people who are busy working so that it is undeniable that this individualistic attitude arises. However, the majority of people in Suro - Tambak Village have strong tolerance even though they have different religions
Menyelusuri Makna Tersembunyi: Identifikasi Asbāb Al-Nuzul Dan Implikasinya Dalam Tafsir Al-Qur'an Bariroh, Roikhatul Jannatul; Nimah, Rodhotun
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 7 No 1 (2024): 2024
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v7i1.1073

Abstract

Asbab al Nuzul has been widely used by commentators to understand the verses of the Qur'an. So it is necessary for a commentator to be able to analyze the validity of the Asbāb al Nuzul in the Qur'an. Research with this descriptive analysis method yields an understanding Asbāb al-nuzul is a notification or news about the revelation of a verse either regarding an incident or a question, namely when an event occurs and the Qur'an is revealed about it. Second, when Rasulullah SAW. asked about something and sent down the Qur'an which explains the law. To find Asbāb al-nuzul verse, it is necessary to pay attention to the first, the revelation is based on the validity of the history of the Prophet Muhammad. or to friends. Second, if the history is taken before it is transmitted to a friend, if it is from tabi'in, then it is considered marfu' but mursal, and it can also be accepted if the sanad is correct. Third, many interpreters mentioned the reason for the revelation of the verse with a different way of reference, namely by looking at its expression. The difference in the number of verses in the Qur'an is that there are seven well-known opinions mentioned in the book al-Bayᾱn fῑ 'adῑ al-Qur'ᾱn. Namely Al-Madanῑ al-Awwal: In the kufic narrations of Madina experts there are 6,217 verses. While in the history of ahlul Basrah there are 6,214 verses, Al-Madanῑ al-Akhῑr: 6,214 verses, Al-Makkῑ: 6,210 verses, Al-Baṣrῑ: 6,204 verses, Al-Dimashqῑ: 6,227 and it says 6226 verses, Al-Ḥamṣῑ: 6,232 verses, Al-Kūfῑ : 6,236 verses. According to al-Suyūťi there are 591 verses, and according to Al Wahidi there are 715 verses that have Asbāb al-Nuzūl. If disensenkan around 9-10%. So that it can be concluded that not all verses in the Qur'an have a cause for Nuzul, even though they are considered important they cannot arbitrarily take events at the time of the Prophet to serve as the cause for the revelation of a verse.
Analisis Penetapan Hukum Islam Terhadap Perkembangan Cryptocurrency Melalui Pendekatan Saddu Dzari’ah Imeldalius, Imeldalius; SUGANDA, RANGGA; Makraja, Fahmi; Ulum, Kefi Miftachul Miftachul; Nimah, Rodhotun
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol 10, No 3 (2024): JIEI : Vol.10, No.3, 2024
Publisher : ITB AAS INDONESIA Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/jiei.v10i3.14405

Abstract

Era digital telah memberikan disrupsi pada tatanan kehidupan tidak terkecuali pada sektor pembayaran, salah satunya ialah keberadaan dari cryptocurrency. Cryptocurrency merupakan aset digital yang sengaja dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran yang menggunakan kriptografi (praktik melindungi informasi melalui penggunaan algoritme, kode, hash, dan tanda tangan) yang kuat untuk mengamankan transaksi keuangan, mengontrol penciptaan unit tambahan, dan memverifikasi transfer aset. Meningkatnya pengguna cryptocurrency di Indonesia pada setiap tahunya, membuat fenomena mata uang kripto mendapatkan perhatian yang luas sehingga pemerintah pun telah mengeluarkan regulasi dan begitu pula para kalangan ulama yang telah memberikan fatwanya. Fakta perkembangan cryptocurrency diyakini masih menimbulkan risiko-risiko yang merugikan masyarakat sehingga untuk melihat hal demikian perlu analisis penetapan hukum untuk keberadaan dari cryptocurrency salah satunya ialah dengan metode penetapan hukum sad dzari’ah. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah merupakan jenis penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji kedudukan cryptocurrency dalam Islam dengan menggunakan pendekatan sad dzari’ah. Hasil penelitian untuk penetapan hukum cryptocurrency dengan menggunakan pendekatan saddu dzari’ah, dianalisis berdasarkan motif, syarat legalitas, dan keragaman dari saddu dzari’ah. Hasilnya menunjukan penetapan hukum cryptocurrency saat ini masih memberikan kesimpulan kepada sesuatu yang banyak mendatangkan kemudharatan ketimbang kemashlahatan bagi umat manusia, atas dasar masih banyak menimbulkan kerugian finansial, tidak mempunyai underlying aset, adanya unsur gharar, maysir, oleh karna itu hadirnya cryptocurrency masih menimbulkan risiko yang lebih besar dari pada manfaatnya.
The Impact of Social Change on the Childfree in the view of Sadd al-Żarīʻah Nimah, Rodhotun; Tahir, Achmad
Jurnal Syariah dan Hukum Komparatif Volume 3 Issue 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/el-aqwal.v3i1.10871

Abstract

Economic and ideological structural changes resulted in demographic shifts. Current economic constraints, including the demand for higher levels of education and concerns about future jobs, are driving a demographic shift towards delaying having children. In Indonesia, the public has been excited about the child-free phenomenon. Childfree is a decision made by humans, both male and female, not to have children in a life that goes on, be they biological children or adopted children. Eastern culture, social construction, and stigma have not been able to accept the concept of childfree. This research library uses an Islamic law approach (Sadd al-Żarīʻah). The type of research used is qualitative research. Using a normative approach (Sadd al-Żarīʻah) shows that having offspring is a recommendation in Islam and not necessary. Childfree is not an act that is prohibited because every couple has the right to regulate their domestic life, including having children. However, we also do not need to worry about our survival if we have many children because Allah has guaranteed the lives of his servants.
Analisis Penetapan Hukum Islam Terhadap Perkembangan Cryptocurrency Melalui Pendekatan Saddu Dzari’ah Imeldalius, Imeldalius; SUGANDA, RANGGA; Makraja, Fahmi; Ulum, Kefi Miftachul Miftachul; Nimah, Rodhotun
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 10 No. 3 (2024): JIEI : Vol.10, No.3, 2024
Publisher : ITB AAS INDONESIA Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/jiei.v10i3.14405

Abstract

Era digital telah memberikan disrupsi pada tatanan kehidupan tidak terkecuali pada sektor pembayaran, salah satunya ialah keberadaan dari cryptocurrency. Cryptocurrency merupakan aset digital yang sengaja dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran yang menggunakan kriptografi (praktik melindungi informasi melalui penggunaan algoritme, kode, hash, dan tanda tangan) yang kuat untuk mengamankan transaksi keuangan, mengontrol penciptaan unit tambahan, dan memverifikasi transfer aset. Meningkatnya pengguna cryptocurrency di Indonesia pada setiap tahunya, membuat fenomena mata uang kripto mendapatkan perhatian yang luas sehingga pemerintah pun telah mengeluarkan regulasi dan begitu pula para kalangan ulama yang telah memberikan fatwanya. Fakta perkembangan cryptocurrency diyakini masih menimbulkan risiko-risiko yang merugikan masyarakat sehingga untuk melihat hal demikian perlu analisis penetapan hukum untuk keberadaan dari cryptocurrency salah satunya ialah dengan metode penetapan hukum sad dzari’ah. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah merupakan jenis penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji kedudukan cryptocurrency dalam Islam dengan menggunakan pendekatan sad dzari’ah. Hasil penelitian untuk penetapan hukum cryptocurrency dengan menggunakan pendekatan saddu dzari’ah, dianalisis berdasarkan motif, syarat legalitas, dan keragaman dari saddu dzari’ah. Hasilnya menunjukan penetapan hukum cryptocurrency saat ini masih memberikan kesimpulan kepada sesuatu yang banyak mendatangkan kemudharatan ketimbang kemashlahatan bagi umat manusia, atas dasar masih banyak menimbulkan kerugian finansial, tidak mempunyai underlying aset, adanya unsur gharar, maysir, oleh karna itu hadirnya cryptocurrency masih menimbulkan risiko yang lebih besar dari pada manfaatnya.
Revisiting Remissions Policy for Corruption Offenders: A Siyāsah Tasyrī'iyyah Analysis of Law No. 22 of 2022 Nimah, Rodhotun; Kamsi, Kamsi; Tahir, Achmad
Asy-Syir'ah: Jurnal Ilmu Syari'ah dan Hukum Vol 57 No 2 (2023)
Publisher : UINSunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajish.v57i2.1354

Abstract

Law No. 22 of 2022 on Corrections is a legal reform that replaces Law No. 12 of 1995. Before the enactment of this law, correctional regulations were governed by several rules, including Government Regulation No. 99 of 2012, Ministry of Law and Human Rights Regulation No. 3 of 2018, and Ministry of Law and Human Rights Regulation No. 7 of 2022. However, in practice, Law No. 22 of 2022 still leaves unresolved issues of inconsistency with the principles and objectives of the state, particularly regarding the substance of granting remission to corrupt prisoners. This article examines these regulations from the perspective of siyāsah tasyrī’iyyah and assesses their relevance to anti-corruption efforts. The research uses a normative legal method with a legislative approach, utilizing the theory of siyāsah tasyrī’iyyah and legislative theory. The research results indicate that the rules on remission for corrupt prisoners only partially fulfill the principles of siyāsah tasyrī’iyyah, namely the principle of gradualism in enacting laws and simplifying regulations. Meanwhile, the principles of ease, public interest, and justice have not been realized. Based on Article 28 of the 1945 Constitution, human rights can indeed be restricted by law, so the restriction of remission for corrupt prisoners is considered valid. Therefore, Article 10 of Law No. 22 of 2022 must be revised. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan hadir sebagai pembaruan hukum yang menggantikan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995. Sebelum lahirnya undang-undang tersebut, aturan pemasyarakatan ditetapkan melalui beberapa regulasi, antara lain PP Nomor 99 Tahun 2012, Permenkumham Nomor 3 Tahun 2018, dan Permenkumham Nomor 7 Tahun 2022. Namun, dalam praktiknya, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 masih menyisakan problem ketidaksesuaian dengan asas dan tujuan negara, terutama terkait substansi pemberian remisi bagi narapidana korupsi. Artikel ini membahas pengaturan tersebut dalam perspektif siyāsah tasyrī’iyyah dan menelaah relevansinya terhadap upaya pemberantasan korupsi. Penelitian menggunakan metode hukum normatif dengan pendekatan perundang-undangan, serta memanfaatkan teori siyāsah tasyrī’iyyah dan teori legislasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aturan remisi bagi narapidana korupsi hanya memenuhi sebagian prinsip siyāsah tasyrī’iyyah, yaitu prinsip berangsur-angsur dalam penetapan hukum dan prinsip penyederhanaan peraturan. Sementara prinsip kemudahan, kemaslahatan, dan keadilan belum terwujud. Berdasarkan Pasal 28 UUD 1945, hak asasi manusia memang dapat dibatasi oleh undang-undang, sehingga pembatasan remisi bagi narapidana korupsi dinilai sah. Oleh karena itu, Pasal 10 UU No. 22 Tahun 2022 dipandang perlu untuk direvisi.
Kajian Kritis: Periode Tafsir Ulama' Mutaakhkhirin: (Studi Analisis Kitab al-Durr al-Mansur fi Tafsir bi al-Ma’tsur dan Irshad al-'Aql al-Salim Ila Mazaya al-Kitab al-Karim) fuada, noviani lu'luatul; Nimah, Rodhotun
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 7 No 2 (2024): Juni
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v7i2.800

Abstract

Tafsir Ad-Du>rr dan Irsya>d al-'Aql adalah kitab karya Imam Jalalu>ddin As-Su>yuthi> dan Abu Su'u>d bagian dari intertekstualitas karya-karya sebelumnya tetapi dalam penelitian ini, penulis ingin menggambarkan aspek-aspek utama dalam interpretasi ini, seperti metodologi interpretasi, sistematika penulisan, gaya interpretasi dan lain-lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, dengan menggunakan analisis deskriptif. Kesimpulan artikel ini menjelaskan bahwa latar belakang penulisan kedua kitab tersebut adalah karena ia ingin membuat ringkasan Tarju>manul Qur'an, al-Ka>sysya>f dan al-Baidlowi> sehingga ditulislah penafsiran ini. penafsiran diklasifikasikan sebagai kitab bi al-Ma'tsur dan bi Ra'yi karena umumnya sumber penafsiran yang digunakan adalah sejarah, ra'yi baik menggunakan munasabah, sejarah atau hadits Nabi. sahabat, dan tabi'in. serta sastra, nahwu dan balaghah.
Menyelusuri Makna Tersembunyi: Identifikasi Asbāb Al-Nuzul Dan Implikasinya Dalam Tafsir Al-Qur'an Bariroh, Roikhatul Jannatul; Nimah, Rodhotun
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 7 No 1 (2024): Januari
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v7i1.1073

Abstract

Asbab al Nuzul has been widely used by commentators to understand the verses of the Qur'an. So it is necessary for a commentator to be able to analyze the validity of the Asbāb al Nuzul in the Qur'an. Research with this descriptive analysis method yields an understanding Asbāb al-nuzul is a notification or news about the revelation of a verse either regarding an incident or a question, namely when an event occurs and the Qur'an is revealed about it. Second, when Rasulullah SAW. asked about something and sent down the Qur'an which explains the law. To find Asbāb al-nuzul verse, it is necessary to pay attention to the first, the revelation is based on the validity of the history of the Prophet Muhammad. or to friends. Second, if the history is taken before it is transmitted to a friend, if it is from tabi'in, then it is considered marfu' but mursal, and it can also be accepted if the sanad is correct. Third, many interpreters mentioned the reason for the revelation of the verse with a different way of reference, namely by looking at its expression. The difference in the number of verses in the Qur'an is that there are seven well-known opinions mentioned in the book al-Bayᾱn fῑ 'adῑ al-Qur'ᾱn. Namely Al-Madanῑ al-Awwal: In the kufic narrations of Madina experts there are 6,217 verses. While in the history of ahlul Basrah there are 6,214 verses, Al-Madanῑ al-Akhῑr: 6,214 verses, Al-Makkῑ: 6,210 verses, Al-Baṣrῑ: 6,204 verses, Al-Dimashqῑ: 6,227 and it says 6226 verses, Al-Ḥamṣῑ: 6,232 verses, Al-Kūfῑ : 6,236 verses. According to al-Suyūťi there are 591 verses, and according to Al Wahidi there are 715 verses that have Asbāb al-Nuzūl. If disensenkan around 9-10%. So that it can be concluded that not all verses in the Qur'an have a cause for Nuzul, even though they are considered important they cannot arbitrarily take events at the time of the Prophet to serve as the cause for the revelation of a verse.