Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Enforcement Of Regent Regulation Number 12 Of 2022 On Violations Of Operating Times Of Goods Cars On Roads In Tangerang Regency Fudianto, Mahfudz; Silalahi, Wilma
DE LEGA LATA: JURNAL ILMU HUKUM Vol 10, No 2 (2025): July-December
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/dll.v10i2.24752

Abstract

Regent Regulation Number 12 of 2022 concerning the Second Amendment to Regent Regulation Number 46 of 2018 concerning Restrictions on Freight Car Operating Hours on Road Sections in the Tangerang Regency Region (Perbup 12/2022), is a legal umbrella that is present in anticipating traffic violations related to the regulation and restriction of operational hours, especially for vehicles or trucks transporting soil excavation that go back and forth every day along the roads of Tangerang Regency. The main idea of the birth of Perbup 12/2022 as stipulated in Article 3 paragraph (1), is to strictly regulate the operational time of goods transportation vehicles, namely from 22:00 WIB to 05:00 WIB. The restrictions as intended in paragraph (1) are applied to road sections in the regional area and are excluded for toll road sections. It is clear that the presence of Perbup 12/2022 is solely aimed at ensuring the continuity and smooth flow of road traffic in the Tangerang Regency area, where every day the road is crowded with traffic for various public vehicles, both two-wheeled and four-wheeled. The concern that if there is no Regent Regulation, there will be traffic crowded on the meeting road between public vehicles and land excavation trucks, even the risk of traffic accidents often occurs outside the limited time as stipulated in Perbup 12/2022
Reforming Mortgage Execution Norms to Enhance Justice for Debtors Taufano, Martinus Al Ibrani Giga; Silalahi, Wilma
Jurnal Ilmu Hukum Kyadiren Vol 7 No 1 (2025): Jurnal Ilmu Hukum Kyadiren
Publisher : PPPM, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Biak-Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46924/jihk.v7i1.293

Abstract

The execution of mortgage rights under Article 6 of Law No. 4 of 1996 grants creditors direct authority to sell collateral through public auctions without requiring a court order. However, this practice frequently results in procedural violations that harm debtors and undermine the principle of justice. This study aims to analyze the legal framework governing mortgage execution, identify common procedural violations in auction practices, and propose an ideal legal protection model for debtors. Employing a juridical-normative methodology, the study analyzes relevant laws and regulations alongside case documentation. The findings reveal a significant imbalance in the legal positions of creditors and debtors, primarily due to insufficient procedural oversight. The study concludes that reforming existing norms and enhancing supervisory mechanisms for execution auctions are essential to ensure legal certainty, protect debtor rights, and promote substantive justice within Indonesia’s collateral law system.
Empat Milenium Profesi Advokat Dan Ikhtiar Mempertahankan Status Officium Nobile Helmi, Teofilus Titus; Silalahi, Wilma
Jurnal Ilmu Hukum, Humaniora dan Politik Vol. 5 No. 6 (2025): (JIHHP) Jurnal Ilmu Hukum, Humaniora dan Politik
Publisher : Dinasti Review Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38035/jihhp.v5i6.5718

Abstract

Semua advokat mengakui bahwa profesinya adalah profesi yang terhormat. Namun kenyataannya, advokat sering kali mendapat stigma negatif di Masyarakat. Padahal, sejarah tidak selalu mencerminkan hal tersebut. Advokat bersumpah untuk menegakkan hukum dan membela nilai-nilai kemanusiaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghayati kembali makna profesi advokat yang kian tergerus seiring perkembangan zaman. Penghayatan ini dilakukan dengan menelusuri perjalanan profesi advokat dari masa ke masa, termasuk persyaratan, definisi, dan akar katanya, agar advokat tidak melupakan fondasi awal profesinya. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan advokat dalam menghadapi ruang tanggung jawab baru. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan historis dan normatif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa profesi advokat telah memikul tugas mulia sejak awal peradaban manusia, dan kini kembali harus berjuang untuk mempertahankan kemuliaan tersebut. Upaya ini dilakukan dengan mempertahankan sistem yang telah ada serta memperkenalkan berbagai sistem baru dengan mencontoh profesi mulia lainnya. Studi ini mendorong advokat untuk menghayati kembali makna profesinya, menjadi versi terbaik dari dirinya, sekaligus menjadi bahan kajian bagi pembentuk undang-undang dan para ahli hukum dalam mempersiapkan regulasi untuk mencetak advokat yang berkualitas.
Analisis Yuridis Putusan MK No. 91/PUU-XVIII/2020 dalam Judicial Review Marsanti, Aliyah; Silalahi, Wilma
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 3 (2025): Agustus - October
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i3.2973

Abstract

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 91/PUU-XVIII/2020 tentang uji materi Undang-Undang Cipta Kerja (UU No. 11 Tahun 2020) menjadi momen penting dalam praktik judicial review di Indonesia. Putusan ini menegaskan bahwa proses pembentukan undang-undang harus sesuai dengan prinsip negara hukum, prinsip transparansi, dan partisipasi masyarakat. MK menyatakan UU Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat karena ditemukan kelemahan dalam cara pembuatannya, terutama dalam penerapan metode omnibus law yang belum memiliki dasar hukum yang jelas di dalam sistem peraturan perundang-undangan Indonesia. Analisis ini bertujuan menjelaskan dasar hukum dari putusan tersebut, dampaknya terhadap mekanisme judicial review, serta efeknya terhadap proses pembuatan undang-undang ke depan. Dengan menggunakan metode normatif dan pendekatan peraturan perundang-undangan serta konseptual, tulisan ini menegaskan bahwa putusan MK tidak hanya membatasi wewenang legislatif dan eksekutif, tetapi juga memperkuat peran judicial review sebagai alat kontrol terhadap konstitusi. Dengan demikian, putusan tersebut menjadi contoh penting dalam praktik hukum tata negara Indonesia, terutama dalam hal keabsahan hukum dan perlindungan hak warga negara yang diakui dalam konstitusi.  
Sistem Pemerintahan Indonesia : Perbandingan UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen William, Joseph; Silalahi, Wilma
RIGGS: Journal of Artificial Intelligence and Digital Business Vol. 4 No. 3 (2025): Agustus - October
Publisher : Prodi Bisnis Digital Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/riggs.v4i3.3031

Abstract

Penelitian ini membahas sistem pemerintahan Indonesia menurut Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebelum dan sesudah amandemen dengan menyoroti pergeseran struktur kekuasaan serta implikasinya terhadap prinsip demokrasi konstitusional. UUD 1945 sebelum amandemen menempatkan Presiden sebagai pusat kekuasaan eksekutif dengan pengaruh yang luas terhadap lembaga legislatif, sehingga sistem presidensial yang dianut cenderung bersifat semu dan membuka peluang bagi praktik otoritarianisme. Setelah empat kali amandemen (1999–2002), sistem pemerintahan Indonesia mengalami transformasi menuju model presidensial yang lebih murni dengan prinsip pemisahan kekuasaan dan mekanisme check and balance yang lebih tegas. Amandemen memperkenalkan pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden, pembatasan masa jabatan, penguatan fungsi DPR, serta pembentukan lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi (MK) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Perubahan ini tidak hanya memperkuat legitimasi demokratis Presiden, tetapi juga meningkatkan akuntabilitas serta mencegah dominasi kekuasaan eksekutif. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa amandemen UUD 1945 merupakan langkah fundamental dalam mengembangkan sistem presidensial Indonesia menuju pemerintahan yang lebih demokratis, konstitusional, dan berkeadilan. Meskipun demikian, pelaksanaan sistem pemerintahan pasca-amandemen masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti ketidakseimbangan peran antar lembaga negara, tarik-menarik kepentingan politik antara eksekutif dan legislatif, serta lemahnya budaya politik yang mendukung check and balance secara konsisten. Selain itu, penguatan lembaga yudikatif melalui Mahkamah Konstitusi memunculkan dinamika baru dalam penegakan prinsip konstitusionalisme yang menuntut profesionalisme dan independensi hakim. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen bersama dari seluruh elemen bangsa untuk terus menjaga semangat reformasi konstitusi agar sistem pemerintahan presidensial yang dijalankan benar-benar mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan supremasi hukum yang berkelanjutan.
Analisis Yuridis Perjanjian Pranikah dan Pascanikah Berdasarkan Perspektif Agama Kristen dan Hukum Positif Indonesia Ranadi, Gladys Felicia; Silalahi, Wilma
Journal of Accounting Law Communication and Technology Vol 2, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/jalakotek.v2i1.4862

Abstract

Pernikahan adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. didalam pengambilan keputusan, setiap individu diwarnai oleh cara berfikir dan kepercayaan individu tersebut. Latar belakang, suku, ras, budaya dan agama menjadi faktor penting yang membentuk cara individu berfikir dan menjalankan hidupnya. Sebelum pernikahan pasangan dapat mengatur mengenai perjanjian pranikah atau melakukan perjanjian pascanikah bagi yang sudah menikah yang mengatur mengenai pembagian harta apabila hal yang tidak diinginkan terjadi. Perjanjian pranikah dan pascanikah seringkali menjadi pro dan kontra karena dianggap berbenturan dengan nilai dalam masyarakat Kristiani yang melihat bahwa pernikahan adalah peristiwa yang sakral dalam kehidupan. Sedangkan perjanjian pranikah sendiri bertujuan sebagai bentuk perlindungan.