Transisi epidemiologi di Indonesia ditandai dengan pergeseran beban penyakit dari penyakit menular ke Penyakit Tidak Menular (PTM) yang kini menyumbang sekitar 75% kematian nasional. Kondisi ini menuntut penguatan strategi berbasis komunitas untuk deteksi dini dan pengendalian faktor risiko. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM dikembangkan sebagai UKBM yang berfokus pada skrining dan pemantauan faktor risiko hipertensi, diabetes, dan PTM lainnya di tingkat masyarakat. Tinjauan literatur ini bertujuan menganalisis kontribusi Posbindu PTM terhadap deteksi dini dan pengendalian PTM di Indonesia selama lima tahun terakhir, termasuk efektivitas, hambatan, peran sumber daya manusia, dan inovasi program. Penulisan menggunakan desain narrative literature review dengan struktur IMRAD. Pencarian literatur dilakukan melalui Google Scholar dengan kata kunci Posbindu PTM, deteksi dini, hipertensi, diabetes, efektivitas program, peran kader, dan keperawatan komunitas. Kriteria inklusi mencakup artikel penelitian, laporan pengabdian kepada masyarakat, serta dokumen kebijakan resmi yang diterbitkan tahun 2019–2025 dan berfokus pada konteks Indonesia. Data diekstraksi dan disintesis secara tematik. Posbindu PTM terbukti efektif dalam menemukan kasus baru hipertensi dan diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis, meningkatkan kepatuhan pengobatan melalui edukasi dan pendampingan, serta memperkuat modal sosial melalui peran kader dan perawat komunitas. Namun, pelaksanaan masih terhambat oleh disparitas fasilitas, ketidakstabilan pendanaan di tingkat desa, keterbatasan kalibrasi alat, serta variasi kompetensi kader. Inovasi seperti “Gesit Mandiri” dan “OPPO PHD” menunjukkan potensi besar untuk direplikasi dengan adaptasi lokal. Posbindu PTM berkontribusi strategis dalam deteksi dini dan pengendalian PTM di Indonesia, tetapi memerlukan penguatan regulasi pembiayaan, standardisasi sarana-prasarana, serta integrasi teknologi surveilans agar keberlanjutan program lebih terjamin.