Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Family Education in the Qur’an: A Descriptive-Qualitative Analysis of Al-Maturidi’s Al-Ta’wilat Al-Maturidiyah and Its Relevance to Modern Family Life Muchtar, M. Ilham; Wasalmi; Hulawa, Djeprin E.; Syafi'i, Achmad Ghozali; Supriaji, Ujud; Rahman; Mugiarto
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr Vol 13 No 2 (2024): Jurnal Ilmiah Mahasiswa Raushan Fikr
Publisher : Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Mahasiswa UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24090/jimrf.v13i2.11951

Abstract

This article delves into the concept of family education as outlined in the Qur’an from the perspective of Al-Maturidi. Employing a descriptive-qualitative method and categorized as library research, this study gathers data by meticulously examining various relevant references. These include Al-Maturidi’s work, al-Ta’wilat al-Maturidiyah fi Bayani Usl Ahl al-Sunnah wa Usul al-Tauhid, alongside books, articles, and other supporting documents. The data analysis is conducted using content analysis methods. The findings suggest that Al-Maturidi allocates substantial discussion to this topic. This focus is understandable, given that this exegetical work emerged within the context of theological contestations among Sunni, Mu’tazila, and other kalam (theological) schools. Interpretations from this era often exhibit subjectivity, aiming to undermine opposing schools of thought while legitimizing their own. Despite this, a review of various other commentaries highlights the critical role of the family in educating children from sociological, psychological, and religious perspectives. However, many families struggle to fulfill this role, resulting in issues such as juvenile delinquency and deficiencies in educational and communicative abilities. To enhance the effectiveness of family education, efforts must be made to foster family harmony, expand educational awareness, strengthen families’ problem-solving and conflict resolution capabilities, and effectively convey educational messages to children
Hasan Al-Banna's Concept of Thought in the Perspective of Islamic Education Aswanda, Jais; Hulawa, Djeprin E.; Dewi, Eva
Al-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 9 No. 2 (2023): Al-Aulia: Jurnal Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Keislaman
Publisher : Unit Pelaksana Teknis Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UPT-P4M) STAI Auliaurrasyidin Tembilahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46963/aulia.v9i2.1429

Abstract

This article attempts to examine and understand Hasan Al-Banna's thoughts from an Islamic Education Perspective. And the thought of Islamic education is a series of work processes of the mind and heart that are carried out seriously in looking at various problems that exist in Islamic education and trying to build an educational paradigm that can become a vehicle for complete guidance and development of students. Hasan Al-Banna is the founder of the Ikhwan al-Muslimin movement, one of the largest and most influential Islamic organizations in the 20th century. As for this research, which is in the form of library research, in the process of collecting data, the author collects data in the form of information through literature that the author obtains in the form of books or articles, magazines, or seminar results. and other information related to the issue being raised, namely reviewing the thoughts on Islamic education according to Hasan al-Banna. Considering that this research is qualitative research, data analysis was carried out using the following approach: First, a historical approach. Second, the descriptive approach. Each material or data is analysed, analysed, described, and concluded inductively. This research is descriptive analysis. The research results show that the idea of ​​thinking in education is total and holistic, divinely oriented, universal, integrated, balanced, and full of positive and constructive skills. then data analysis was carried out using the following approach: First, a historical approach. Second, the descriptive approach. Each material or data is analysed, analysed, described, and concluded inductively. This research is descriptive analysis. The research results show that the idea of ​​thinking in education is total and holistic, divinely oriented, universal, integrated, balanced, and full of positive and constructive skills. then data analysis was carried out using the following approach: First, a historical approach. Second, the descriptive approach. Each material or data is analysed, analysed, described, and concluded inductively. This research is descriptive analysis. The research results show that the idea of ​​thinking in education is total and holistic, divinely oriented, universal, integrated, balanced, and full of positive and constructive skills.
Tahlîlu Khurûji Uslûbi Istifhậmi “Kayfa” ‘an Ma’nậhu al-Haqîqiy fil Qur’ận/ تحليل خروج اسلوب الاستفهام "كيف " عن معناه الحقيقي في القران pasaribu, mudiul hayat; hulawa, djeprin e.
Al-Manar Vol 15, No 3 (2024): Al Manar: September-Desember
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/al-manar.v15i3.33022

Abstract

The purpose of this study was to examine the deviations of Uslub Istifham with Thoriqah Kaifa from the original meaning in Al-Qur’an. It was a qualitative research conducted using library resources. The focus of the study was on Uslub Istifham using Kaifa in Al-Qur’an. Both primary and secondary sources related to the research subject were utilized. Data collection involved the use of library research, observation, and reading relevant books. Content analysis using tables was employed to analyze the gathered data. The results indicated that there were 80 verses in the form of Uslub Istifham using Kaifa in Al-Qur'an. Of the 80 verses, 70 showed different meanings from the original, while 10 accurately conveyed the intended meaning. The variations in the interpretation of Uslub Istifham were determined through analysis and included: 1) prohibition, 2) denial, 3) decree, 4) reproach, 5) humiliation, 6) glorifying, 7) asking late, 8) wondering, 9) generalizing, 10) expecting, 11) longing.
Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali Delviany, Venny; Dewi, Eva; Hulawa, Djeprin E.; Alwizar, Alwizar
Counselia Jurnal Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/counselia.v5i2.139

Abstract

Tujuan penelitian untuk membahas tentang pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali. Jenis penelitian ini yakni penelitian kepustakaan (library research), bercorak historis faktual mengenai pemikiran tokoh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data yang tertulis di dalam buku, jurnal dan hasil penelitian sebelumnya yang masih berkaitan. Lalu peneliti berusaha menelaah dan menganalisis pola pemikiran Muhammad Al-Gazhali pada pendidikan Islam. Temuan dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pemikiran Imam Al-Ghazali terkait pendidikan islam terdiri dari a) Konsep Dasar Pendidikan Akhlak terdiri dari definisi: pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali adalah usaha pendidik untuk menanamkan sikap terpuji dalam diri peserta didik sehingga mengakar dalam jiwa peserta didik yang darinya lahir berbagai perbuatan baik dan terpuji dengan otomatis, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan serta menghilangkan sikap buruk hingga menjadi insan kamil yang dekat kepada Allah dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Lalu prinsip-prinsip pendidikan akhlak: al-hikmah, al-adl, syaja’ah, & ‘iffah. Adab guru & peserta didik. b) Pemikiran Imam Al-Ghazali terkait pendidikan akhlak terdiri dari penanaman nilai akhlak dalam kitab Minhajul Abidin: Adanya pendidik, menanamkan iman, memberikan pengarahan, muhasabah, bisa membedakan yang baik dan buruk, lingkungan yang mendukung. Metode pendidikan akhlak: Pembiasaan, keteladanan, nasihat, hukuman & ganjaran. Konsep guru PAI yang ideal: Guru berorientasi pada kebahagiaan di akhirat, taat beribadah, membersihkan jiwa, cerdas & cakap, mencintai peserta didik, memberi arahan peserta didik untuk meluruskan niat, beribadah, menimba ilmu. dan konsep pendidikan akhlak: non formal dan formal. Konsep akhlak yaitu: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap orang tua, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada orang lain.
Pemikiran Pendidikan Islam Al-Qabisi Sopia, Eta; Alwizar, Alwizar; Hulawa, Djeprin E.
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v9i2.29419

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji pemikiran pendidikan Al-Qabisi, tokoh pendidikan Islam klasik yang berpengaruh dalam perumusan sistem pendidikan pada masanya. Permasalahan yang diangkat adalah kurangnya pemanfaatan pemikiran tokoh klasik dalam pengembangan sistem pendidikan Islam kontemporer. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui studi kepustakaan. Fokus kajian mencakup pandangan Al-Qabisi mengenai tujuan pendidikan, peran guru, metode pengajaran, serta integrasi nilai-nilai moral dan spiritual dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qabisi menekankan pentingnya pendidikan berbasis akhlak, serta perpaduan antara ilmu agama dan rasionalitas. Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran guru dan pendidikan karakter sejak usia dini. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemikiran Al-Qabisi masih sangat relevan dan dapat dijadikan referensi penting dalam membangun sistem pendidikan Islam yang holistik dan berlandaskan nilai-nilai syariat.
Qaulan Sadida as A Qur'anic Framework For Revitalizing Character Building in the Digital Era Hulawa, Djeprin E.; Kasmiati, Kasmiati
Fitrah: Journal of Islamic Education Vol. 6 No. 2 (2025): Desember (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Agam Islam Sumatera Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53802/fitrah.v6i2.1144

Abstract

The digital era offers vast benefits but simultaneously brings challenges such as the spread of hoaxes, the degradation of communication ethics, and the moral crisis among younger generations. The Qur'anic concept of Qaulan Sadida, which signifies truthful, just, and responsible speech, is highly relevant in addressing these issues. This study, employing the thematic exegesis method of Abdul Hayy al-Farmawi, analyzes the meaning of Qaulan Sadida in Qur'an Surah An-Nisa: 9 and Qur'an Surah Al-Ahzab: 70, along with the interpretations of exegetes such as Ibn Kathir, Al-Maraghi, and Al-Qurtubi, who emphasize its social-ethical dimensions and self-restraint. Quraish Shihab further highlights its universal nature, making it applicable to da'wah, education, and social interaction. The findings reveal that Qaulan Sadida encompasses five core principles: honesty, gentleness, beneficial speech, justice, and humility. These values are essential in countering hate speech, information manipulation, and the crisis of digital civility. Revitalizing Qaulan Sadida entails fostering ethical, wise, and courteous communication within digital spaces. Islamic educational institutions play a strategic role in this process by integrating these Qur'anic values into curricula, digital literacy programs, and academic culture, thereby nurturing a Muslim generation that is not only digitally literate but also firmly grounded in Qur'anic character.
Perkembangan Analisis Perkembangan Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif Ibnu Sahnun Fahriah, Fathia Saidah; Alwizar; Hulawa, Djeprin E.
Wibawa : Jurnal Manajemen Pendidikan Vol 5 No 2 (2025): Jurnal Wibawa
Publisher : Institute Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57113/wib.v5i2.388

Abstract

Pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral peserta didik agar sejalan dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadis. Pemikiran Ibnu Sahnun menjadi salah satu landasan historis dalam perkembangan pendidikan Islam, terutama dalam menekankan pentingnya etika, akhlak, dan tanggung jawab sosial dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran pendidikan Islam Ibnu Sahnun serta relevansinya terhadap sistem pendidikan Islam modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (library research). Data dikumpulkan melalui penelaahan sumber primer seperti karya Ibnu Sahnun, serta literatur sekunder yang relevan. Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif-analitis menggunakan tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu Sahnun menekankan tiga aspek utama pendidikan, yaitu (1) tanggung jawab moral dan profesionalitas guru, (2) pentingnya kurikulum yang mengintegrasikan ilmu agama dan umum, serta (3) tujuan pendidikan yang berorientasi pada pembentukan akhlak mulia, kedisiplinan, dan keimanan. Relevansi pemikiran Ibnu Sahnun terhadap pendidikan Islam masa kini terlihat pada upaya integrasi nilai-nilai spiritual dan rasional dalam sistem pendidikan modern yang berkarakter dan humanis.
Konsep Double Movement Fazlur Rahman dalam Rekonstruksi Pendidikan Islam Kontekstual di Era Modern Nursima, Nini; Hulawa, Djeprin E.; Alwizar
Wibawa : Jurnal Manajemen Pendidikan Vol 5 No 2 (2025): Jurnal Wibawa
Publisher : Institute Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57113/wib.v5i2.485

Abstract

Pendidikan Islam menghadapi tantangan untuk tetap relevan di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang menuntut integrasi antara nilai-nilai keagamaan dan realitas sosial. Salah satu pendekatan yang dapat menjawab persoalan tersebut adalah teori Double Movement yang dikembangkan oleh Fazlur Rahman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep Double Movement dan relevansinya dalam rekonstruksi pendidikan Islam yang kontekstual di era modern. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik studi kepustakaan (library research), yang berfokus pada analisis karya-karya primer Fazlur Rahman serta kajian sekunder dari literatur pendidikan Islam kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teori Double Movement yang terdiri atas dua gerakan hermeneutic pemahaman teks wahyu dalam konteks historis dan aktualisasi nilai-nilainya dalam kehidupan modern dapat menjadi dasar pengembangan pendidikan Islam yang kontekstual, humanis, dan transformatif. Konsep ini mampu menjembatani antara idealitas ajaran Al-Qur’an dan realitas sosial dengan menekankan dimensi moral, etika, dan rasionalitas. Namun demikian, implementasinya menghadapi tantangan berupa resistensi terhadap pendekatan hermeneutik dan keterbatasan pemahaman guru terhadap integrasi nilai-nilai Qur’ani dalam kurikulum. Oleh karena itu, diperlukan reformulasi kurikulum, pelatihan pendidik, serta penguatan paradigma pendidikan Islam yang berbasis nilai dan relevan dengan perkembangan zaman
The Secret of Using 'Mashdar Muawwal' in the Qur'an al-Karim (Surat Al-Baqarah) / Asraru al-wuruud al-mashdari al-mu'awwali fi al-qur'ani al-kariimi (surah al-baqarah) Fadhilah, Analia; Hulawa, Djeprin E.
Al-Manar Vol 12, No 1 (2021): Al-Manar : English And Arabic Journal
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/aj.v12i1.7805

Abstract

هذا البحث بحث مكتبي يهدف إلى معرفة عدد المصدر المؤول الوارد في سورة البقرة، وموقعة المصدر المؤول داخل سورة البقرة من الاعراب، وفرق بين المصدر المؤول وبين المصدر الصريح من حيث الدلالة، وأسرار ورود المصدر المؤول في سورة البقرة. ميدان البحث هو القرآن الكريم (سورة البقرة)، والبيانات متكونة من البيانات الأولية المأخوذة من آيات سورة البقرة المشتملة على المصدر المؤول والبيانات الثانوية المتعلقة بموضوع البحث، وطريقة جمع البيانات هي طريقة بحث مكتبي باستعمال ملاحظة وقراءة الكتب المتعلقة بالموضوع، وطريقة تحليل البيانات هي طريقة تحليل المضمون أي تحليل المحتوى يعنى تكميم بيانات نوعية في محتوى ما يقصد تحليلها وتقسيمها  (Content Analysis) باستخدام الجدوال. فقد ما قامت الباحثة بالبحث فتلخصه كما يأتى: (1) عدد الآيات المشتملة على المصدر المؤول –أن والفعل المضارع المنصوب بها- 47 آية من 286 آية.(2) مواقع المصدر المؤول- أن والفعل المضارع المنصوب بها- داخل الآيات من الإعراب كثيرة منها: مفعول به، سدّ مسدّ مفعولي، فاعل، بدل، معطوف، الاستثناء المنقطع، بحرف جر محذوف، مضاف إليه، مبتدأ، خبر إن، مجرور بباء محذوفة، مفعول لأجله، إسم كان، إسم ليس، خبر ليس. (3) الفرق بين المصدر المؤول وبين المصدر الصريح الواردين في آيات سورة البقرة من حيث الدلالة أن المصدر الصريح يدل على الحدث مجردا من الزمن وأن المصدر المؤول يدل على الحدث المقترن بزمن يعنى أن المراد بدلالة المصدر المؤول هي حاصلة الفعل ذاتها مقترن بزمن الفعل. (4) أسرار ورود المصدر المؤول –أن والفعل المضارع المنصوب بها- في آيات سورة البقرة هي لكشف مقاصد الآيات ومضمونها الحاثّة إلى الانتباه والإعتماد عليها في أداء عمل ما يقوم على المصدر المؤول.
Konsep Merdeka Belajar Perspektif Al-Zarnuji dan Ki Hajar Dewantara Lestari, Putri; Alwizar, Alwizar; Hulawa, Djeprin E.
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Era revolusi industri 4.0 terdapat tantangan tersendiri sekaligus menjadi peluang bagi lembaga pendidikan untuk menjadi titik prasyarat untuk bisa lebih maju dan berkembang. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, kurang lengkap rasanya jika tidak melibatkan satu nama yang di juluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional, yakni Ki Hajar Dewantara. Tujuan dari penelitian ini adalah membahas mengenai konsep merdeka belajar perspektif Al-Zarnuji dan Ki Hajar Dewantara. Metode penelitian ini adalah kualitatif studi pustaka. Metode yang digunakan adalah studi pustaka (library research), pengumpulan data dengan cara mencari sumber dan merkontruksi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan riset-riset yang sudah ada. Hasil penelitian ini terdapat korelasi yang efektif antara program merdeka-belajar dengan konsep pendidikan perspektif Syaikh AlZarnuji dalam kitabnya ta’limul muta’aalim. Konsep merdeka belajar lahir dari prinsip “sistem among” yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Sistem among yang gagas oleh Ki Hadjar Dewantara ini memberikan kemerdekaan lahir dan batin kepada setiap peserta didik.