Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

SELF INCOMPATIBILITY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) Nurhermawati, Renica; Supena, Nanang; Arif, Mohamad
Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan Vol 13 No 2 (2024): Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan Pengelolaan Tanaman Pertanian da
Publisher : Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/agro.v13i2.824

Abstract

Self-incompatibility (SI) is a genetic mechanism which prevents self-pollination and encourages plant cross-pollination, but the mechanism has not been studied on oil palm. The article examines possibilities of SI mechanisms on oil palm which cause pollination failure. References which were published nationally (S2-S3) and internationally (Q1-Q4) were utilized. In general, plants have two types of SI: heteromorphic self-incompatibility (HetSI) and homomorphic self-incompatibility (HomSI). HetSI is caused by plants having morphologically different flower types, while HomSI occurs when plants have morphologically similar flowers. However, an SI mechanism is still regulated at the genetic level. Homomorphic SI can also be divided into two types based on the genetic determinants of pollen incompatibility: Gametophytic Self Incompatibility (GSI) and Sporophytic Self Incompatibility (SSI). In GSI, the SI mechanism is controlled by the genotype of the pollen itself, which is haploid, while in SSI, it is determined by the genotype of the plant tissue (sporophyte) that produces the pollen and is diploid. The S-locus regulates both types of SI with different mechanisms. In seedless oil palm plants, S-RNAse was found to play a role in the degradation of pollen tubes, SRK (S-receptor kinase), and SLG (S-locus glycoprotein), which are genes that regulate the HomSI mechanism in several plants. The presence of S-RNAse and genes in the S-locus raises the possibility of an SI mechanism in oil palms that produce seedless fruit. In addition, a mechanism of stenospermy and endosperm tissue abnormalities is thought to produce fruit with sterile seeds (without embryos) in oil palms. However, it is still being determined whether both are part of the SI response or not. So, further studies are needed to confirm this and give the new perspectives
Forecasting Kebutuhan Air Beserta Nilai Ekonomis Air di Kota Malang Tahun 2023-2027 Arinta, Dicky; Masruroh, Betty; Rosyida, Fatiya; Arif, Mohamad; Suyadi, Slamet
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya Vol. 3 No. 1 (2023): Januari
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um067v3i12023p45-55

Abstract

Water demand in Malang increases by more than 13 percent yearly in all sub-districts. This increase was caused by factors such as population growth, agricultural land area, livestock population, and development of the industrial sector. This increase has a significant impact on water needs. Water needs are always synonymous with water availability. The problem of water availability in Malang City requires sustainable and data-based efforts to solve it. One effort that can be made is to make more accurate predictions of water use. The aim of this research is to analyse the use and economic value of water in Malang City along with predictions for the future. This research method adopts a quantitative approach involving time series analysis methods by applying forecast techniques using exponential triple smoothing. The research results show that in 2023-2027, water use will increase. Still, the water funding obtained by Malang City PDAM is causing water and commercial losses. Kebutuhan air di Malang meningkat lebih dari 13 persen setiap tahun di semua kecamatan. Peningkatan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan jumlah penduduk, luas lahan pertanian, populasi ternak, dan perkembangan sektor industri. Peningkatan ini sangat berpengaruh pada kebutuhan air. Kebutuhan air selalu identik dengan ketersediaan air. Permasalahan ketersediaan air di Kota Malang memerlukan upaya yang berkelanjutan dan berbasis data untuk menyelesaikannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan prediksi penggunaan air yang lebih akurat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penggunaan dan nilai ekonomis air di Kota Malang beserta dengan prediksinya di masa mendatang. Metode penelitian ini mengadopsi pendekatan kuantitatif yang melibatkan metode analisis time series dengan menerapkan teknik forecast menggunakan eksponensial triple smoothing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun 2023-2027 penggunaan air meningkat tetapi pendanaan air yang didapat PDAM Kota Malang mengalami sehingga PDAM Kota Malang mengalami kehilangan air dan komersil.
Deteksi Tingkat Kematangan Benih Cabai (Capsicum sp.) Berdasarkan Parameter Fisiologis dan Biokimiawi Arif, Mohamad; Putri, Dirgahani; Kamanga, Blair Moses; Rahmah, Nadiya Iftiwa; Widajati, Eny
Jurnal Agrotek Lestari Vol 10, No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jal.v10i1.9223

Abstract

Penggunaan benih berkualitas tinggi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman. Oleh karenanya, penentuan waktu panen yang tepat ketika benih berada pada fase masak fisiologis merupakan faktor krusial yang menentukan daya simpan dan daya berkecambah benih. Percobaan ditujukan untuk mengamati korelasi parameter-parameter fisiologis (kadar air, indeks vigor, dan daya berkecambah) terhadap parameter-parameter biokimiawi (total karotena dan kandungan klorofil benih) untuk menentukan tingkat kematangan benih cabai (Capsicum sp.). Percobaan yang menggunakan 3 taraf kemasakan benih berdasar warna kulit buah cabai ini memperlihatkan kemungkinan deteksi kemasakan benih secara fisiologi maupun biokimiawi. Masak fisiologi benih cabai yang diuji tercapai pada saat kulit buah berwarna oranye, ketika parameter-parameter pengamatan fisiologi (IV dan DB) serta biokimiawi (karoten dan klorofil) mencapai titik tertinggi. 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DENGAN INTEGRATED COASTAL ZONE MANAGEMENT (ICZM) DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI JOLOSUTRO BERBASIS KONSERVASI UNTUK SDGS Sumarmi, Sumarmi; Putra, Alfyananda Kurnia; Mutia, Tuti; Suprianto, Agung; Arinta, Dicky; Arif, Mohamad; Solicha, Adelia Wardatus; Hakiki, A. Riyan Rahman; Shaherani, Natasya
Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial (JPDS) Vol 7, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um032v7i2p164-175

Abstract

EMPOWERING COASTAL COMMUNITIES WITH INTEGRATED COASTAL ZONE MANAGEMENT (ICZM) IN THE DEVELOPMENT OF CONSERVATION-BASED JOLOSUTRO BEACH TOURISM FOR SDGS Blitar Regency has considerable tourism potential, especially related to beach tourism. This is due to the position of Blitar Regency which is adjacent to the ocean in the south, as well as the construction of the Southern Cross Line (JLS). One of the beaches that has considerable potential is Jolosutro Beach. The potential of Jolosutro Beach has not been fully developed due to the absence of a comprehensive and sustainable development plan. This service aims to empower coastal communities through integrated coastal zone management (ICZM) in the context of a conservation-based approach for sustainable tourism development at Jolosutro Beach. The implementation of this service uses a participatory approach. The implementation of the service is carried out in collaboration with coastal communities, who are actively involved in every stage of the process. The process begins with a preliminary stage, where relevant conservation issues are identified and addressed in a way that is conducive to the growth of the tourism sector. The implementation stage will include the transplantation of mangrove seedlings into the Jolosutro Beach environment. The research findings show that the Community Watch Group (Pokmaswas) has the potential to become the main actor of conservation in Jolosutro Beach. This is evidenced by the group's capacity to conserve the beach by promoting sea cypress plants, mangroves, turtle hatching and release, thereby supporting sustainable tourism development. In addition, Pokmaswas already has basic knowledge related to management through Integrated Coastal Zone Management (ICZM), so capacity building has the potential to increase community income sustainably. Kabupaten Blitar memiliki potensi wisata alam yang besar, terutama wisata pantainya. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Blitar berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, serta adanya pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) untuk mempermudah aksesibilitas ke wilayah pesisir di Kabupaten Blitar bagian selatan. Salah satu pantai yang memilki potensi besar adalah Pantai Jolosutro. Namun, potensi yang dimiliki Pantai Jolosutro tersebut belum dikembangkan secara maksimal. Hal ini disebabkan belum adanya perencanaan pengembangan pariwisata yang menyeluruh dan berkelanjutan di Pantai Jolosutro. Tujuan dari pengabdian ini yaitu Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dengan Integrated Coastal Zone Management (ICZM) Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Jolosutro Berbasis Konservasi untuk SDGs. Metode pelaksanaan pengabdian menggunakan pendekatan partisipatif. Masyarakat pesisir dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan pengabdian. Tahapan diawali dari tahapan persiapan dengan mengidentifikasi bersama masyarakat masalah konservasi untuk mendukung pariwisata. Tahapan pelaksanaan melakukan pembimbitan mangrove menggunakan lumpur yang ada di kondang Pantai Jolosutro dengan harapan tingkat hidupnya tinggi. Tahapan evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan dari 500 bibit mangrove dengan lima jenis yang sudah ditanam. Hasil yang diperoleh bahwa Kelompok Pengawas (Pokmaswas) selaku pelaku konservasi Pantai Jolosutro dapat melakukan konservasi pantai dengan memperbanyak tanaman cemara laut, mangrove, penetasan dan pelepasan penyu untuk mendukung pariwisata berkelanjutan. Selain itu perlu terus meningkatkan kemampuan terkait manajemen pengelolaan melalui Integrated Coastal Zone Management (ICZM) yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan.
KORELASI NILAI CT (CYCLE THRESHOLD) DENGAN TINGKAT KEPARAHAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG KOTA SEMARANG Sita, Tiara Laras; Arif, Mohamad; Zulaikhah, Siti Thomas
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 3, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran nafas pada manusia dan hewan,yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, virus tersebut dapat menular ketika berkontak langsung dengan partikel cairan saluran pernafasan penderita COVID-19. Uji swab RT-PCR menjadi baku emas pemeriksaan COVID-19 menggunakan sampel saluran nafas atas, hasilnya dapat dinyatakan secara kualitatif positif dan negative yang berdasarkan nilai CT yang dihasilkannya. Nilai CT secara tidak langsung dapat menggambarkan jumlah materi genetik virus (viral load) sampel, semakin rendah nilai CT artinya semakin sedikit siklus yang diperlukan untuk menghasilkan nilai positif, berarti semakin banyak viral load pada sampel. Bukti sebelumnya menunjukan semakin rendah nilai CT (viral load tinggi) semakin tinggi tingkat keparahan COVID-19. Oleh karena itu pada artikel ini, penelitian ingin mengetahui korelasi antara nilai CT dengan tingkat keparahan COVID-19.Penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder pasien COVID-19 rawat inap RSISA Semarang periode Januari-Juli 2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan 47 sampel. Data penelitian berskala ordinal dianalisis dengan uji spearman menggunakan SPSS versi 27.Hasil uji bivariat spearman tidak didapatkan korelasi signifikan antara nilai CT dengan tingkat keparahan COVID-19 dengan nilai p sig. 0.308 (p >0.05).Tidak didapatkan korelasi antara nilai CT dengan tingkat keparahan COVID-19 pada pasien terkonfirmasi COVID-19 di RSISA Semarang.Kata kunci: COVID-19, nilai CT, tingkat keparahan.
Pengembanan Laboratorium Geografi Berbasis Mobile Virtual Pada Materi Pembelajaran Praktikum Ilmu Ukur Tanah Arif, Mohamad; Hartono, Rudi; Arinta, Dicky
JURNAL DIMENSI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Vol 11, No 2 (2023): July 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24269/dpp.v11i2.7006

Abstract

Mobile lab virtual untuk praktikum ilmu ukur tanah merupakan suatu teknologi pembelajan berbasis  mobile untuk membantu mahasiswa dalam melakukan praktikum ilmu ukur tanah tanpa menggunakan alat lab. dalam penggunaanya sangat fleksibel karena tidak begitu memerlukan ruang dan waktu yang penting memiliki perangkat smartfon, laptop atau pc. Mobile lab virtual merupakan trobosan baru di dunia Pendidikan yang penuh dengan teknologi seperti saat ini. Pembelajaran yang tidak membutuhkan ruang lebih sangat diperlukan mengingat sudah tersedianya infrastruktur internet yang memadai. Pengembangan media pembelajaran yang mudah dan dapat digunakan ditempat manapun sangat dibutuhkan seperti halnya mobile lab virtual untuk praktikum ilmu ukur tanah. Desain dari produk teknologi media pembelajaran ini dari para ahli media dinyatakan layak untuk diterapkan sebagai media pembelajaran, begitu pula dengan ahli materi dan uji coba produk pada mahasiswa departemen geografi. Nilai persentase dari ahli media adalah 85% yang artinya produk tidak perlu revisi begitu pula dengan ahli materi dengan nilai 89% dan uji coba produk dengan persentase 88% yang artinya produk ini layak digunakan sebagai media pembelajaran.
Dinamika Islamisasi Makkah & Madinah Arif, Mohamad
Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol. 2 No. 1 (2018): Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial
Publisher : Prodi Sosiologi Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asketik.v2i1.1085

Abstract

The development of Islam during the time of Prophet Muhammad, through various kinds of trials and challenges, faced to spread it. At the beginning of Prophet Muhammad SAW. got a revelation from Allah SWT. which called for humans to worship him, received great challenges from various circles of Quraysh. This happened because at that time the Quraysh had another offering of idols made by themselves. Because of such circumstances, the first da’wah performed in Mecca was conducted in secret, especially since the number of people who converted to Islam was very small. Quantity of people who embraced Islam more and more days, God also ruled the Prophet to do da’wah openly. Increasingly new believers brought by Prophet Muhammad SAW. Allah SWT. ordered the Prophet Muhammad along with other Muslims to emigrate to the city of Medina. This is where a new chapter of Islamic progress begins. Islamic propagation done by the Prophet either secretly or openly received various responses (responses). Although it can be said that Arab society in the city of Makkah there is a sincere acceptance of Islamic teachings, in general, the Arab community of Makkah city refused and did not want the presence of Islam and Muslims and Muslims in the city. After several years of individual accusation, the orders were taken for the Prophet to openly indict and the next step was to accuse the general. The Prophet began calling the whole society to Islam openly. After the accusation of the light, the Quraish leader began to try to obstruct the Apostle’s doom. The increasing number of the Prophet increasingly stronger the challenges of the Quraisy. According to Ahmad Shalabi, five factors encourage quraisy people to oppose the call of Islam: 1) They cannot distinguish between prophethood and power. 2) Prophet Muhammad called on the noble right with hambah sahaya. 3) The Quraysh cannot accept the teachings of the resurrection and the vengeance of the Hereafter. 4) Taklid to the ancestors is a deeply entrenched habit in the Arab nation. 5) Sculptors and sculptors view Islam as a barrier to sustenance. There are many ways that the leaders of quraisy prevented propaganda from the diplomatic way Muhammad accompanied by persuasion until the violence was launched to stop the propagation of the Prophet. But the Prophet Muhammad remained in the position to broadcast the religion of Islam.
Social Behaviour di Pesantren Salaf Arif, Mohamad
Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol. 1 No. 1 (2017): Asketik: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial
Publisher : Prodi Sosiologi Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/asketik.v1i1.1098

Abstract

Salaf pesantren is an institution that is still strongly bound by old traditions. By inheriting and maintain continuity of Islamic tradition developed by scholars from time to time indefinite periodesasinya, has elements which include clerics, students, cottage / hostel, mosque, recitals of classical texts / yellow book, applying the method bandongan, sorogan, wetonan, principled firmly on Islamic education material. Pesantren Salaf urgently need progress in science and technology. Pesantren Salaf there are many who “failed” to preserve its own leadership weights, weak in preparing a “succession” Kyai guardians comparable with the foregoing, let alone exceeded. Answering the needs of the era, schools Salaf open formal educational institutions. Sensitivity pesantren Salaf against the phenomena that appear in the society is a social concern and reflexive owned even are characteristic. So that the aspirations of the people making the boarding school received the development and advancement of science and technology. The real step taken is establishing formal educational institutions from kindergarten through college. The character of a scholar is asceticism and totality. On the other hand, people still expect the efficacy of the function and role of pesantren Salaf like period once, without knowing that it is actually what is expected it is experiencing overcast condition and shrinkage. Expenses are given the added weight and more and more, but the ability to lift a boarding school in general was declining. Source overcast condition and depreciation mainly boils down to the weight and quality of the “clerics who brought up”. Both in terms of science, wisdom, exemplary, sincerity, and shelter to the people.
Matriconditioning Sebagai Metode Invigorasi Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis L. Jacq) Arif, Mohamad; Retno Palupi, Endah; Ilyas, Satriyas; Widajati, Widajati; Qadir, Abdul; Suprianto, Edy
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 32 No 3 (2024): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v32i3.249

Abstract

Deteriorasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari meski penyimpanan benih dilaksanakan pada kondisi penyimpanan terbaik. Benih kelapa sawit tergolong sebagai benih intermediat yang hanya dapat disimpan pada periode sekitar satu tahun. Penelitian ditujukan untuk melihat pengaruh matriconditioning terhadap viabilitas dan vigor benih kelapa sawit, khususnya yang telah disimpan lebih dari 1 tahun. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial. Faktor pertama adalah lot benih yaitu benih yang telah disimpan pada penyimpanan terkendali kurang dari 12 bulan (tiga ulangan, masing-masing telah tersimpan pada penyimpanan terkendali selama 3, 4, dan 9 bulan) dan benih yang telah disimpan pada penyimpanan terkendali lebih dari 12 bulan (tiga ulangan, masing-masing telah tersimpan pada penyimpanan terkendali selama 13, 14, dan 41 bulan). Faktor kedua adalah matriconditioning yang terdiri atas dua belas taraf yang merupakan kombinasi antara tiga media (zeolit, vermikulit, dan arang sekam) dengan empat larutan matriconditioning (emulsi Trichoderma sp., 2% KNO3, 2% KH2PO4, dan air). Perlakuan matriconditioning meningkatkan kelembapan udara (relative humidity, RH) secara nyata (98,3-99,9%) dibanding RH pada kontrol (75,33%), dan meningkatkan kadar air benih dari 15,7% (kontrol) menjadi 16,13-16,48% yang sesuai untuk tahap pematahan dormansi. Tidak terjadi peningkatan daya berkecambah (DB) yang signifikan pada perlakuan matriconditioning dibanding kontrol, namun peningkatan DB yang terjadi (4,3-12,6%) pada perlakuan matriconditioning menunjukkan aplikasi ini dapat diterapkan pada pengecambahan benih kelapa sawit yang telah disimpan lebih dari satu tahun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan air dinilai cukup untuk aplikasi matriconditioning.
Pengukuran Kadar Air Benih Kelapa Sawit (Elaeis guineensis L. Jacq) yang Lebih Efektif dan Efisien Nurhermawati, Renica; Ivanka, Nabhila; Arif, Mohamad
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 32 No 3 (2024): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v32i3.257

Abstract

Metode gravimetri oven dalam penentuan kadar air (KA) benih kelapa sawit membutuhkan waktu yang lama (48 jam pemanasan) dan bersifat destruktif menyebabkan benih uji tidak dapat dimanfaatkan, sehingga menentukan waktu pengovenan pada metode gravimetri dan penggunaan alat pengukur KA yang lebih praktis menjadi suatu kebutuhan. Penelitian ini bertujuan mencari waktu yang efektif untuk penetapan KA dengan metode gravimetri oven dan mencari metode yang lebih praktis sebagai alternatif gravimetri oven. Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Marihat, Sumatera Utara pada Mei 2023 dengan menggunakan benih kelapa sawit varietas DxP PPKS 540. Perancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan 14 taraf (GMM P1 – P8, MT P10, MT P13, MT P14, MT P19, gravimetri oven dengan benih pecah dan gravimetri oven dengan benih utuh sebagai kontrol) masing-masing diulang 6 kali. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa waktu yang efisien untuk penetapan KA benih kelapa sawit dengan metode gravimetri adalah 22 jam, jauh lebih cepat dibanding 48 jam yang biasanya diterapkan oleh produsen benih kelapa sawit. Selain itu, MT P10 dan MT P19 berpotensi untuk menjadi alternatif dalam pengukuran KA secara cepat dan praktis. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meningkatkan kuantitas pengukuran yang lebih banyak pada berbagai tingkat KA benih agar menghasilkan model pengukuran KA benih dengan menggunakan moisture tester (MT) untuk menggantikan gravimetri oven yang memerlukan waktu lebih lama.