Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

KONVERSI AGAMA PADA MASYARAKAT PERKOTAAN: Studi Tentang Pelaku Konversi Agama Ibu Ni Made Ardani di Desa Gedangan Dengan Pendekatan Participatory Action Research PS, Alaika M. Bagus Kurnia; Mafazah, Naili Mafazah
IHSAN : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 3, No 2 (2021): Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat (Oktober)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/ihsan.v3i2.7248

Abstract

Konversi agama adalah hal yang terjadi dalam diri individu atau kelompok yang mengalami proses yang cenderung pada penerimaan atau perubahan sikap keagamaan atau spiritual individu atau kelompok. Setiap manusia memerlukan agama sebagai pedoman hidupnya. Beberapa faktor yang mampu membuat seseorang melakukan konversi agama seperti faktor interaksi sosial terutama faktor pernikahan. Beberapa orang meyakini seorang laki-laki merupakan pemimpin dalam rumah tangga. Oleh karena itu setiap dua orang laki-laki dan perempuan yang beda agama dan ingin melangsungkan pernikahan, seorang wanita akan mengikuti agama laki-laki. Maka konversi agama telah dilaksanakan.
PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENERAPANNYA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN RAUDHATUL ATHFAL ASSA’ADAH GEMPOLTUKMLOKO-SARIREJO-LAMONGAN Ach Dicky Dzulkarnain; Alaika M Bagus Kurnia PS
PELANGI: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol 1 No 2 (2019): September
Publisher : Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Tarbiyah IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/pelangi.v1i2.339

Abstract

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting, tetapi ada sebagian yang menganggapnya hanya hal yang biasa saja. Pendidikan pembentukan karakter pada anak usia dini mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan, akhlak anak tersebut, pola pikir, cara bertindak, dan tanggung jawab yang berlaku pada kehidupan sehari-hari. Usaha dalam pendidikan karakter sudah banyak sekali dilakukan oleh Sekolah seperti pada lembaga pendidikan Raudhatul Athfal Assa’adah dan juga dilakukan bersama para orang tua terutama dalam bidang peningkatan kemandirian. Tapi disisi lain juga banyak problem dalam masalah penanganan pendidikan. Keluarga adalah aspek pertama dan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter pada anak usia dini, sebagai orang tua harus bisa menanamkan kebiasaan yang baik, jika kita menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik supaya bisa membentuk karakter yang baik pada anak usia dini, jika orang tua sering membiasakan kebiasaan buruk pada anak maka bisa dipastikan sang anak juga memiliki karakter yang buruk. Pendidikan karakter yang ada di lembaga Pendidikan Raudhatul Athfal Assa’adah GempolTukmloko Sarirejo Lamongan yang telah diterapkan yakni: 1) Membiasakan berdoa kepada Allah SWT sebelum memulai pelajaran, 2) Penerapan kejujuran dengan cara membiasakan dan mengharuskan kepada peserta didik untuk berbicara dan berbuat yang jujur, 3) Penerapan toleransi, yakni rasa menghargai antara sesama teman, 4) Penerapan kedisiplinan diterapkan di dalam kelas dimana setiap orang tua tidak ikut masuk di dalam kelas, seperti mengikuti perintah gurunya, dan lain-lain, 5) Penerapan keperdualian, seperti membuat acara kerja bakti membersihkan lingkungan sehingga peserta didik belajar rasa gotong royong, dan 6) Selalu aktif dalam acara hari nasional seperti melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih dalam rangka hari kemerdekaan Republik Indonesia.
PROSES PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK USIA DINI (AUD) Ariska Maghfiroh; Alaika M Bagus Kurnia PS
PELANGI: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol 1 No 2 (2019): September
Publisher : Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Tarbiyah IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/pelangi.v1i2.340

Abstract

Dari konsep belajar yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun yang di cakup dari beberapa metode. Anak Usia Dini (AUD) akan melalui beberapa fase pengenalan belajar sejak telah lahir. Belajar juga membutuhkan metode keislaman agar tidak terjadi penyimpangan. Dalam Islam juga memberikan proses belajar dengan menurut para tokoh. Anak Usia Dini (AUD) sangat membutuhkan pengertian dari orang tuanya untuk mendapatkan perantara belajar sebelum berada di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Dalam kegiatan proses Belajar mengajar (KBM) tidak hanya dengan tema-tema saja, hendaknya dengan eksperimen agar anak tertarik untuk melakukan belajar. Dalam eksperimen pembelajaran juga membutuhkan ide-ide yang menarik sebaik mungkin untuk menimbulkan minat anak. Guru adalah pengaruh terpenting bagi anak usia Dini untuk mewujudkan hasil pendidikan yang kreatif dan inovatif. Proses pembelajaran agama Islam untuk Anak Usia Dini (AUD) adalah dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl (16): 78, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Kesimpulan dari ayat diatas bahwa anak lahir dalam keadaan lemah tak berdaya dan tidak mengetahui (tidak memiliki pengetahuan) apapun. Akan tetapi Allah SWT membekali anak yang baru lahir tersebut dengan pendengaran, penglihatan dan hati nurani (yakni akal yang menurut pendapat yang sahih pusatnya berada di hati).
Rekonstruksi Makna Semboyan Ki Hajar Dewantara dalam Praktik Pendidikan Islam Alaika M Bagus Kurnia PS; Imam Fawaid; Dewi Zulaicho; Ilmi Zahrotin Faidzullah Al Hamidy
EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam YPBWI Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.629 KB) | DOI: 10.54180/elbanat.2021.11.1.37-51

Abstract

The dichotomy of Islamic education in general seems to be a significant difference and does not find common ground. So the purpose of this research is to bring together the education built globally by Ki Hadjar Dewantara with the integration of educational practices in Indonesia. The method of this research is to use hermeneutic research, that is to interpret the meaning of the motto initiated by Ki Hadjar Dewantara, namely Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun karso, Tut Wuri Handayani. While the results of this study are, the practice of implementing Islamic education in terms of the object of the actor such as teachers, students and other elements (ie alumni, boarding school administrators or senior students) is the direction and form of interpretation of the motto he initiated. The idea – which is also the slogan of the Ministry of Education – is an infrastructure that cannot be separated and is an educational building that is mutually sustainable. So that the construction of learning patterns, mindsets and habitual patterns of students or students needs to be inspired and applied in such a way as to continue to show a typical Indonesian education that prioritizes adab and knowledge.
MOTIVASI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF QS. AL-RA’D: 11 MENURUT KITAB TAFSIR AL-JALALAIN KARYA IMAM JALALUDDIN AL-MAHALLI DAN IMAM JALALUDDIN AL-SUYUTI Alaika M. Bagus Kurnia PS
Suhuf Vol 31, No 2 (2019): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dirinya atau dari luar/eksternal untuk melakukan sesuatu sebab tujuan tertentu yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku karena sebab pengalaman yang lalu atau saat ini dengan adanya stimulus dan respon yang saling bekerjasama. Urgensi motivasi dalam belajar juga salah satu bentuk indikator tercapainya keberhasilan prestasi peserta didik. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk melakukan analisis beberapa bentuk motivasi belajar dalam perspektif QS. al-Ra’d: 11 melalui pendekatan Kitab Tafsir al-Jalalain Karya Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin al-Suyuti. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaiamana bentuk nilai pendidikan yang khususnya pada indikator motivasi dalam belajar yang tertuang pada QS. al-Ra’d: 11 yang nantinya akan dijadikan sebagai referensi utama bagi pendidik muslim yang akan memotivasi peserta didiknya dalam hal ini kaitannya pada proses belajarnya. Dari pelacakan penulis dari berbagai referensi, penulis menyimpulkan bahwa pada QS. al-Ra’d ayat 11, penulis dapat mengkategorikan tiga nilai pendidikan yang diambil dari QS. al-Ra’d: 11, yaitu pengawasan dan bimbingan dari orang tua sebagai solusi pertama yang mampu memotivasi peserta didik, pemenuhan sarana belajar baik di rumah ataupun sekolah yang diusahakan dengan sedemikian rupa juga menjadi bentuk atau cara motivasi secara pasif sebagai usahanya dan selanjutnya tergantung peserta didiknya dalam mensikapi proses belajarnya. Yang terakhir adalah reward and punishment juga menjadi cara terakhir. Dari ketiga bentuk motivasi tersebut, maka segala bentuk cara yang bertujuan agar peserta didik mampu termotivasi dalam belajar adalah salah satu indikator tercapainya keberhasilan dalam belajar. Baik yang berperan adalah pendidikan formal (dibaca: sekolah) maupun pendidikan non formal, yaitu lingkungan keluarga atau orang tua sendiri sebagai pendidik utamanya.
Menumbuhkan Sikap Karakteristik Islam dalam Dunia Pendidikan Pesantren Maupun di Luar Pendidikan Pesantren di Indonesia Indah Fitriya; Alaika M. Bagus Kurnia PS
Tasyri` : Jurnal Tarbiyah-Syari`ah-Islamiyah Vol 27 No 1 (2020): April 2020
Publisher : LPPM STAI Ihyaul Ulum Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/tasyri.v27i1.83

Abstract

This research aims to develop the characteristics of students towards islamic education. In Indonesia itself, there are many students who do not have good attitude or character. In this case, of course the role of parents, teachers or ustadz ustadzah and the surrounding environment is very influential. The need for this kind of education is so that Indonesian students become students who are superior to the previous ummah. In this point, teachers or ustadz ustadzah is very the main point, because almost all student time is spent in the sekloahnya, This is true since many schools are implementing a full day system, especially for students who are mondok certainly less likely to meet or meet with both parents. In the Qur'an and al-Hadith, Allah has upheld the attitude of character or morality. Therefore we as ummahnya must apply it. In this case all methods either for school or pesantren are considered to be enough to help foster character attitudes, especially for the school, parents must also take part in shaping their child's character to be good. In 2014, the islamic state 100,000 people were killed in the attack. Seeing this Indonesia should not be afraid anymore to prepare generai rahmatal lil'alamin and in accordance with the ideology of pancasila.
Film “Big Brother 2018” Sebagai Inovasi Relasi Guru dan Siswa Perspektif Pendidikan Pembebasan Paulo Freire Achmad Yulianto Widodo; Alaika M. Bagus Kurnia PS; Anugerah Ilma Dinilillahi; Moch Wahyu Qodarullah
QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama Vol 14 No 1 (2022): Qalamuna - Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah Program Pascasarjana IAI Sunan Giri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/qalamuna.v14i1.1177

Abstract

This reaserch focuses on building the relationship between teachers and students in the film “Big Brother 2018” which shows the existence of liberation education. Using a descriptive-qualitative research method that provides details regarding how to build relationships between teachers and students in a medium as an inspiration to be applied in schools. A qualitative approach by supporting data on content analysis is expected to produce writings that media such as films can be good examples of teacher-student relationships. The relationship between teacher and student in the film shows freedom in teaching at school. The theory used in this research is the concept of Pauolo Freire in the liberation of education which offers an educational model of conscientization, facing problems and humanization. So that it can be obtained 1) conscientization education that teaches critical of reality 2) dealing with problems that make school students not only memorize the contents of books so that they pass with good grades on exams, 3) humanization which illustrates that teachers also learn from their students or non-formal subjects. subjects.
KONTROVERSI PENERAPAN KHILAFAH DI INDONESIA Gaung Perwira Yustika; Alaika M. Bagus Kurnia PS; Abdurrohman Wahid
Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 18 No. 01 (2018): Islamika : Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/islamika.v18i01.241

Abstract

Permasalahan yang pertama kali muncul ketika Nabi Muhammad wafat adalah masalah khilafah/kepemimpinan, mengenai siapa yang cocok menggantikan kedudukannya sebagai kepala negara. Islam tidak memberikan sistem kepemimpinan dan ketatanegaraan yang paten untuk umat Islam. Hal ini tidak sulit dipahami, karena sistem bukanlah jaminan yang dapat mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan umat, selain sebagai sesuatu yang relatif dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara tujuan pendirian Negara adalah mewujudkan kemakmuran. Oleh karena itu, yang dapat menjamin tujuan Negara, dengan kata lain terwujudnya kemaslahatan dan kesejahteraan atau kemakmuran adalah berlakunya prinsip-prinsip universal sebagaimana yang diajarkan Islam yaitu prinsip keadilan dalam penegakan hukum, prinsip amanah dalam menjalankan tugas, tanggungjawab, dan professional. Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim, sehingga sebagian kelompok menganggap khilafah cocok untuk didirikan di Indonesia. Akan tetapi, wacana pendirian khilafah di Indonesia mengalami banyak penolakan dari berbagai pihak, karena sistem khilafah dinilai tidak relevan dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Tulisan ini akan menjelaskan tentang konsep khilafah dan kontroversinya di Indonesia. Kata Kunci : Kontroversi, Khilafah, Indonesia
Peran Materi Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Membentuk Karakter Kebangsaan Hisyam Muhammad Fiqyh Aladdiin; Alaika M. Bagus Kurnia PS
Jurnal Penelitian Medan Agama MEDAN AGAMA, VOL. 10, NO. 2, 2019
Publisher : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.403 KB) | DOI: 10.58836/jpma.v10i2.6417

Abstract

Pendidikan agama Islam merupakan suatu pendidikan  untuk menanamkan nilai-nilai agama agar bisa menjadikan siswa beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Pendidikan agama Islam tidak bisa jauh dari pendidikan karakter karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadikan siswa agar memiliki karakter yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Sebagian besar Muslim itu berpendidikan, tetapi  mereka tidak mempunyai karakter Islam. Itu merupakan tantangan seorang guru PAI dalam membangun karakter siswanya. Stratergi dalam hal pembelajaran juga harus diperhatikan agar siswa mampu menerima ajaran dan dapat menerapkan di lingkungan sekitar.
SUFISME MAHASISWA: WAWASAN KEBANGSAAN INKLUSIF BERBASIS TASAWUF Alaika M. Bagus Kurnia PS Alaika; Muhamad Basyrul Muvid; Risma Savhira D. L.
al-Afkar, Journal For Islamic Studies Vol. 4, No. 1, January 2021
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.246 KB) | DOI: 10.31943/afkarjournal.v4i1.135

Abstract

Sufi is an activity that gives an ethical and spiritual touch to the community. In the midst of its development, on the other hand there is homework for the Sufi group to take part. Because of the moral decadence among students, their concern for the integrity of the ideology of the nation and the state is no longer in the realm of indifference, but rather contra and wishes to change it. So that the purpose of this article is to respond to the open insight of student nationality with the Sufism approach. The method used in this research is descriptive-qualitative. The result is a national insight for students as a motor in preserving the ideology of national and state sovereignty. Sufi groups' concern among students for government politics in a participatory and accommodating manner is a field of pious charity for him as an actualization to maintain a comfortable arena of spiritual activity. Apart from being an effort at tazkiyatun nafsi.