Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Mediating Role of Cultural Intelligence in the Relationship between the Openness to Experience Personality Trait and Job Satisfaction among Expatriates Lie, Daniel; Suyasa, P. Tommy Y. S.; Wijaya, Erik
Makara Human Behavior Studies in Asia Vol. 20, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study has explored the role of cultural intelligence as a mediator in the relationship between the openness to experience personality trait and job satisfaction among expatriates. Expatriates were required to fill up online questionnaires to measure all the three variables. This study used a regression and bootstrapping analysis to test the hypothesis in a sample of 265 expatriates. The result indicates that the variance in job satisfaction accountable to the openness to experience personality trait is fully mediated through cultural intelligence. This finding provides evidence that possessing cultural intelligence acts as a mechanism in which an open expatriate could feel satisfied with his or her job. Moreover, this study discusses the practical implications especially for multinational companies and suggests some future research directions.
APAKAH DIGITAL STRESS DAPAT MEMENGARUHI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN E-COMMERCE? Zamralita, Zamralita; Angesti, Nadya Ganis; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 2 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i2.23650.2023

Abstract

Dunia tengah mengalami perubahan, dan perubahan terbesar terjadi di ranah penggunaan teknologi. Perkembangan industri organisasi, yang beberapa tahun terakhir ini marak adalah organisasi atau perusahaan berbasis digital, diantaranya di bidang bisnis e-commerce. Persaingan bisnis yang ketat dengan para kompetitor menjadi tantangan besar, dan untuk tetap bertahan dan bertumbuh bisnisnya diperlukan karyawan berkualitas guna mendorong laju keberhasilan organisasi. Karyawan yang bekerja dengan perasaan termotivasi dan terikat dengan pekerjaannya mampu memberikan hasil kerja yang optimal, dan hal ini dapat memberi keuntungan lebih besar pada perusahaan. Dalam ranah ilmu Psikologi, keterikatan karyawan dengan pekerjaannya dikenal dengan istilah work engagement. Karyawan yang engaged akan bersemangat dan senang ketika bekerja serta menikmati setiap prosesnya meskipun dengan tuntutan pekerjaan yang cukup banyak. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi work engagement yaitu digital stress yang diartikan sebagai fenomena stres yang muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan karyawan beradaptasi dengan perkembangan sistem teknologi guna menyelesaikan tuntutan pekerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak digital stress terhadap work engagement khususnya di kalangan karyawan e-commerce. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan partisipan sebanyak 218 karyawan e-commerce. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Utrecht Work Engagement Scale (UWES-17) serta Digital Stressor Scale (DSS). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa digital stress berpengaruh negatif terhadap work engagement (β = -0.291, p < 0.05) dan digital stress memberikan kontribusi sebesar 8.6% terhadap work engagement pada karyawan e-commerce.
PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KARYAWAN DI PT. X Oktavia Layuk, Nelsa; Zamralita; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 3 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i3.26478.2023

Abstract

Munculnya pandemi yaitu Coronavirus Disease 19 (COVID-19) di Indonesia menjadi permasalahan dalam berbagai bidang usaha dan perusahaan, termasuk PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan serta jasa penyewaan alat berat. Berdasarkan penelitian sebelumnya karyawan yang bekerja di masa pandemi COVID-19 cenderung merasakan emosi negatif. Tetapi hal ini berbeda dengan karyawan di PT. X yang cenderung memiliki emosi positif yang disebut sebagai kesejahteraan subjektif. Salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu modal psikologis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada karyawan di PT. X. Penelitian ini melibatkan 110 partisipan yang bekerja di PT. X dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan menggunakan teknik sampling convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Positive Affect and Negative Affect Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson et al. (1988), Satisfaction With Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh Diener et al. (1985), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) yang dikembangkan oleh Luthans et al. (2007). Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dimensi self-efficacy berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 6.5% (R2 = 0.065, F = 7.517, p = 0.007 < 0.05), dimensi hope berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 4.2% (R2 = 0.042, F = 4.691, p = 0.033 < 0.05), dimensi optimism berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 9.8% (R2 = 0.098, F = 11.671, p = 0.001), sehingga hipotesis H1, H2, H3 yang diajukan diterima. Sementara, dimensi resilience tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sehingga hipotesis H4 ditolak.
PENGARUH WORK PASSION TERHADAP INDIVIDUAL WORK PERFORMANCE DENGAN WORK ENGAGEMENT SEBAGAI MEDIATOR PADA DOSEN TETAP Sari, Dian Nita; Zamralita; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.28948.2024

Abstract

Dosen merupakan komponen esensial dengan kinerjanya dalam memprediksi keberlangsungan dan kesuksesan instansi pendidikan tinggi. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran work engagement (WE) sebagai mediator antara peran work passion (WP) terhadap individual work performance (IWP) pada dosen tetap. Pengambilan data penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik snowball sampling dengan partisipan 153 dosen tetap dari berbagai domisili di Indonesia. Alat ukur penelitian ini menggunakan skala IWPQ, PTWS, dan UWES. Dari analisis regresi bootstrapping diperoleh hasil bahwa keempat hipotesis penelitian ini terpenuhi sebagai syarat mediator, yaitu: (a) WP terbukti memengaruhi IWP (βc=0.666, tc=10.972, R2=0.444, p=0.000<0.005); (b) WP terbukti memengaruhi WE (βa=0.806, ta=16.730, R2=0.650, p=0.000<0.05); (c) WE terbukti memengaruhi IWP (βb=0.424, tb=4.381, R2=0.507, p=0.000<0.05); dan (d) WE terbukti memediasi secara parsial antara peran WP terhadap IWP (βc’=0.324, tc’=3.345, R2=0.507, p=0.001<0.005) dan menjadi tetap signifikan setelah memasukkan WE.
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN MODAL PSIKOLOGIS TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA SALESMAN Girisoma, Zita Zavira Savitri; Zamralita; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.28950.2024

Abstract

Wabah pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) di Indonesia membuat para salesman kesulitan untuk mencapai target pencapaian yang diharapkan akibat kebijakan pemerintah terkait menjaga jarak sosial. Salah satu hal yang dapat mempertahankan kinerja para salesman adalah dengan memerhatikan kesejahteraan subjektifnya. Terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif, yaitu kualitas kehidupan kerja dan modal psikologis. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja dan modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada salesman. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan partisipan sebanyak 126 salesman dari seluruh Indonesia. Proses pengambilan data dilakukan secara daring selama bulan Maret hingga Mei 2022. Penelitian ini menggunakan empat alat ukur berupa kuesioner untuk mengukur setiap dimensinya. Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan The Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) digunakan untuk mengukur variabel kesejahteraan subjektif. Dalam mengukur kualitas kehidupan kerja, peneliti menggunakan Walton’s QWL Model dan dua dimensi tambahan dari alat ukur yang dikembangkan oleh Rostiana et al. (2015). Sedangkan, Psychological Capital Questionnaire (PCQ) digunakan untuk mengukur variabel modal psikologis. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode regresi linear berganda ditemukan tiga hal. Pertama, bahwa kualitas kehidupan kerja (β = 0.343, p < 0.05) memengaruhi kesejahteraan subjektif. Selain itu, modal psikologis (β = 0.523, p < 0.05) juga memengaruhi kesejahteraan subjektif. Kualitas kehidupan kerja dan modal psikologis secara bersama – sama berperan sebesar 50.6% (p < 0.05) terhadap kesejahteraan subjektif.  
PERAN JOB RESOURCES SEBAGAI MODERATOR ANTARA PENGARUH JOB DEMANDS TERHADAP BURNOUT PADA SOFTWARE DEVELOPER Sukardi, Cindy Fransisca; Zamralita; Lie, Daniel
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 8 No. 2 (2024): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v8i2.28957.2024

Abstract

Kelelahan ketika bekerja merupakan suatu hal yang umum terjadi di kalangan software developer. Ketika tingkat kelelahan yang dialami oleh individu meningkat, dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan performa kerja individu. Salah satu hal yang sudah terbukti menjadi penyebab individu mengalami burnout adalah job demands. Tuntutan pekerjaan, rutinitas yang cenderung monoton, serta jam kerja yang melebihi batas dapat menjadi penyebab software developer mengalami burnout. Namun, dalam penelitian sebelumnya, ada inkonsistensi pada kuat lemahnya hubungan antara job demands dan burnout. Hal ini memungkinkan adanya variabel moderator yang mempengaruhi hubungan antara job demands dengan burnout. JD-R Model mengasumsikan bahwa job resources memiliki peranan penting sebagai buffer yang dapat menahan atau bahkan mengurangi dampak negatif dari job demands, termasuk burnout. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh job demands terhadap burnout dan peran job resources dalam memoderasi hubungan antar kedua variabel pada software developer. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif non-eksperimental dan melibatkan 112 software developer. Sampel diperoleh dengan menggunakan snowball sampling. Pengambilan data dilakukan selama empat bulan, dari bulan Maret 2022 sampai Juni 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa job demands mempengaruhi burnout (b = 0.809, SE = 0.074, p = 0.000 < 0.05), namun job resources tidak dapat memoderasi hubungan antara job demands dengan burnout (b = 0.272, SE = 0.007, p = 0.590).
The Antecedents of Intention to Stay among Millenials: Work Engagement as Mediator Saraswati, Kiky Dwi Hapsari; Lie, Daniel; Lie, David Sugianto; Winduwati, Septia
Jurnal Komunikasi Vol. 15 No. 2 (2023): Jurnal Komunikasi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jk.v15i2.23551

Abstract

Study on millenial generation is essential to conduct since in the near future the millenials will dominate the workforce and hold strategic positions in industry. According to references, millenials are well-known for their reluctance to stay working in one place for a long-time period. Many speculations have arisen to explain the issue, whether it is caused by their positive as well as the negative characteristics. This study aimed to investigate the factors affecting millenial’s intention to stay. Three levels of context were involved as researched variables, namely work passion, quality of work life, and work engagement as mediator. Quantitative and non-experimental study was applied to test the hypotheses. Using convenience sampling technique, 125 millenial workers in Jakarta, Indonesia, were recruited and completed the online questionnaires. The questionnaires to measure the researched variables are Intention to Stay Scale, Work Passion Scale, Quality of Work Life Scale, and Utrecht Work Engagement Scale (UWES). Regression analysis reported that intention to stay was significantly affected by work passion and quality of work life. Moreover, work engagement was also proven to be a significant mediator that bridged the association between intention to stay and both of independent variables, namely work passion and quality of work life.
An Overview of Work-Life Integration Among Generation Z Employees Untung, Laura Aurelia Austine; Laose, Desiana; Hindra, Aurelia; Arvaisya, Arfeina Benazir; Lie, Daniel
Psikologi Prima Vol. 8 No. 1 (2025): Psikologi Prima
Publisher : unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/psychoprima.v8i1.6974

Abstract

Digital transformation has brought about significant changes to the world of work, including how individuals balance their time between professional responsibilities and personal lives. The concept of Work-Life Integration (WLI) is becoming increasingly relevant, especially for Generation Z, who grew up in the digital era and have expectations of flexible work arrangements. This study aims to investigate the level of work-life integration (WLI) among Generation Z workers in Indonesia. A non-experimental, quantitative research method was employed, utilizing purposive sampling for data collection. This study used the Work-Life Limits Enactment Scale as an instrument. Data was collected through questionnaires distributed to 196 working Generation Z respondents. The results showed that the level of WLI among Generation Z fell into the low category, with a mean score of M = 3.79, which is lower than the hypothetical mean. In addition, the Work-to-Life dimension recorded a higher average score (M=4.04) compared to the Life-to-Work dimension (M=3.54). These findings suggest that Generation Z still faces challenges in integrating their work and personal lives amidst the demands of a flexible work system. This condition can be taken into consideration by companies when formulating policies aimed at improving WLI. In addition, a significant difference (t=2.00, p=0.047) was found between the level of WLI and the presence of household assistants, indicating that the level of WLI in Generation Z is higher than that of Generation Z.
An Overview of Work-Life Integration Among Generation Z Employees Untung, Laura Aurelia Austine; Laose, Desiana; Hindra, Aurelia; Arvaisya, Arfeina Benazir; Lie, Daniel
Psikologi Prima Vol. 8 No. 1 (2025): Psikologi Prima
Publisher : unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/psychoprima.v8i1.6974

Abstract

Digital transformation has brought about significant changes to the world of work, including how individuals balance their time between professional responsibilities and personal lives. The concept of Work-Life Integration (WLI) is becoming increasingly relevant, especially for Generation Z, who grew up in the digital era and have expectations of flexible work arrangements. This study aims to investigate the level of work-life integration (WLI) among Generation Z workers in Indonesia. A non-experimental, quantitative research method was employed, utilizing purposive sampling for data collection. This study used the Work-Life Limits Enactment Scale as an instrument. Data was collected through questionnaires distributed to 196 working Generation Z respondents. The results showed that the level of WLI among Generation Z fell into the low category, with a mean score of M = 3.79, which is lower than the hypothetical mean. In addition, the Work-to-Life dimension recorded a higher average score (M=4.04) compared to the Life-to-Work dimension (M=3.54). These findings suggest that Generation Z still faces challenges in integrating their work and personal lives amidst the demands of a flexible work system. This condition can be taken into consideration by companies when formulating policies aimed at improving WLI. In addition, a significant difference (t=2.00, p=0.047) was found between the level of WLI and the presence of household assistants, indicating that the level of WLI in Generation Z is higher than that of Generation Z.