Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Falsafah

Penafsiran Mubazzir Dalam Al-Qur'an (Studi Analisis Tafsir Al-Khazin): Penafsiran Mubazzir Dalam Al-Qur'an Tauhid, Tauhid; Hadari; Sri Sunantri
JURNAL ILMIAH FALSAFAH: Jurnal Kajian Filsafat, Teologi dan Humaniora Vol. 10 No. 2 (2024): JURNAL ILMIAH FALSAFAH
Publisher : Institut Agama Islam Sultan Muhammaad Syafiuddin Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/jif.v10i2.3269

Abstract

Abstrak Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan model penelitian kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif. Sumber datanya terdiri dua macam, yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer terdiri dari jurnal Konsep Mubazir dalam al-Qur’an, dan kitab Tafsir al-Khazin. Sementara sumber data sekunder terdiri dari buku-buku, kitab, jurnal, artikel yang dianggap dapat mendukung pembahasan mubazzir, seperti kitab Lisanul Arab, Maqayis al-Lughah, al-Mufradat fi Gharibil al-Qur’an, kitab al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk teknik pengumpulan data, penelitian ini mengumpulkan data berdasarkan pemilihan literatur (bacaan) dari jenis data pustaka. Adapun teknik analisis data, peneliti menggunakan metode pendekatan maudu’i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep mubazzir ternyata dapat dipahami dari dua sisi yaitu secara umum dan khusus. Secara umum konsep mubazzir meliputi perbuatan dari pelaku pemborosan atau penghamburan yang dilakukan dalam bentuk fisik (berupa harta, benda, makanan, air) dan non fisik (berupa waktu). Sementara secara khusus, konsep mubazzir diartikan menurut al-Qur’an, yaitu tindakan pelaku penghamburan atau pengeluaran terhadap harta, yang digunakan untuk perbuatan maksiat dan hal-hal yang tidak bermanfaat. Adapun berdasarkan penafsiran Alauddin ‘Ali al-Khazin, mubazzir bermakna sebagai perbuatan tercela yang dilakukan pelakunya dengan membelanjakan atau menginfakkan harta dan uang, pada jalan kebatilan yang mencakup maksiat. Pelaku mubazzir juga dianggap sebagai saudara setan, karena ia tidak bersyukur, dan mengingkari nikmat Allah dalam membelanjakan atau menginfakkan hartanya.
TRADISI NISFU SYA’BAN DI DESA LUMBANG KECAMATAN SAMBAS KABUPATEN SAMBAS PADA TAHUN 1990-2024 Unzira; Risa; Sri Sunantri
JURNAL ILMIAH FALSAFAH: Jurnal Kajian Filsafat, Teologi dan Humaniora Vol. 11 No. 1 (2025): JURNAL ILMIAH FALSAFAH
Publisher : Institut Agama Islam Sultan Muhammaad Syafiuddin Sambas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37567/jif.v11i1.3962

Abstract

ABSTRACT Nisfu Sya'ban is the middle of the month of Sya'ban in the Hijri year. The night of Nisfu Sya'ban is a special night because on that night humans are encouraged to worship a lot and do good. The focus of the problems studied in this study are (1) how the Nisfu Sya'ban tradition is carried out in Lumbang Village. (2) what are the meanings contained in the Nisfu Sya'ban tradition in Lumbang Village. (3) how do people view the Nisfu Sya'ban tradition in Lumbang Village. The approach used is a qualitative approach. This type of research is field research. The research location is in Lumbang Village, Sambas District, Sambas Regency. Data collection uses interview, observation, and documentation methods. The data sources obtained consist of primary data sources and secondary data. The results of this study indicate that: (1) the implementation includes a series of activities such as cleaning the grave by the syeh kubur, reading the Yasin letter three times, tahlil, Nisfu Sya'ban night prayer, and eating together. In addition, there is a tradition of sharing food that has changed from traditional cakes to snacks, as well as grave pilgrimage or "Raye Kubbor" which is carried out in the early hours of the morning. (2) the meaning contained in this tradition is not only a religious ritual, but also a means of strengthening spiritual, social, and cultural values ​​in society. By following this tradition, the people of Lumbang Village strengthen their sense of togetherness, social concern, and maintain ancestral and religious values ​​that have been inherited. (3) the community views the night of Nisfu Sya'ban as a holy night full of grace and forgiveness from Allah SWT. This tradition reminds us of death and life after death, respecting ancestors, and maintaining religious and togetherness values ​​inherited from ancestors.