Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ISOLASI METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) DARI NARES ANTERIOR PASIEN PRE-OPERASI ORTOPEDI Ilhamjaya, Andi Meutiah; Sjahril, Rizalinda; Johan, Muhammad Phetrus; Rasita, Yoeke Dewi; Mochammad Hatta; Andi Alfian Zainuddin; Patellongi, Ilhamjaya; Arden, Ferdinand
Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Vol 5 No 3 (2023): December
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/ma.v5i3.140

Abstract

Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dapat menyebabkan infeksi yang didapat di rumah sakit (HA-MRSA) atau yang didapat di masyarakat (CA-MRSA). Dengan dampak morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Dalam kondisi sumber daya yang terbatas, ketersediaan deteksi cepat masih belum memadai di beberapa fasilitas laboratorium di Indonesia. Seringkali, membutuhkan waktu lebih dari 48 hingga 72 jam untuk mengidentifikasi MRSA di laboratorium. Oleh karena itu, deteksi cepat menggunakan metode alternatif sangatdiperlukan untuk mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasinya. Semakin cepat teridentifikasi saat skrining nares anterior pada pasien pre operasi ortopedi, maka semakin cepat pula tindakan pencegahan maupun pengendalian infeksi yang dapat dilakukan di Rumah Sakit. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional study. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel swab nares anterior pasien rencana bedah ortopedi di RSUP Dr. WahidinSudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar menggunakan medium transport Amies gel agar. Setelah itu dilakukan inokulasi langsung ke media CHROMOGENIC AGAR MRSA, hasil identifikasi dapat diketahui segera setelah 18-24 jam inkubasi pada media tersebut. Hasil penelitian menunjukkan dari 184 sampel yang diperoleh, proporsi temuan karier MRSA dari swab nares anterior pasien pre-operasi ortopedi di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar adalah 66 pasien (38.4%), dan 8 pasien (4.6%) MSSA, sedangkan 98 pasien (57%)terdeteksi non aureus. Adapun karakteristik pasien yang mempunyai hubungan bermakna dengan temuan MRSA pada swab nares anterior pasien pre-operasi ortopedi yaitu karakteristik administrasi, riwayat rawat inap RS 3 bulan sebelumnya, dan riwayat pengunaan antibiotik 6 bulan terakhir (p value :0.001; 0.015; 0.002). Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemanfaatan media CHROMOGENIC AGAR MRSA sebagai salah satu metodekultur untuk skrining MRSA pada nares anterior pasien pre-operasi ortopedi dapat menjadi pilihan yang efektifdan efisien dalam aplikasi klinis di lingkungan Rumah Sakit. Hal ini mengurangi penggunaan banyak bahan dilaboratorium, memudahkan dalam identifikasi langsung koloni oleh karena kekhasan koloni MRSA padamedia CHROMOGENIC AGAR, serta mempersingkat waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi MRSApada pasien, sehingga dapat memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian penyebaran MRSA dilingkungan Rumah Sakit, membantu mengurangi lama rawat inap pasien maupun mengurangi kemungkinanpenggunaan antibiotik jangka panjang pada pasien.
Identification of Airborne Aerobic Bacteria in the Intensive Care Room using MALDI-TOF MS Palulun, Prajayanti; Rasita, Yoeke Dewi; Massi, Muhammad Nasrum; Sjahril, Rizalinda; Katu, Sudirman; Pattelongi, Ilhamjaya
JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jkl.v16i1.2024.68-75

Abstract

Introduction: Indoor air quality can affect the spread of airborne microorganisms which can lead to healthcare-associated infections (HAIs). The quality and quantity of airborne microorganisms are responsible for mortality and morbidity in infection-prone hosts such as patients admitted to the intensive care unit (ICU). The research aims to determine the quality of microorganisms in the air, identify the types of aerobic bacteria, and assess the physical parameters of the air in the ICU. Methods: This study was a cross-sectional study with a descriptive observational method. Air specimens were collected using the MAS-100 NT tool with blood agar plate solid culture media, which then incubated in an aerobic atmosphere for 24 hours at 37±2°C. Observation and measurement of air microbiological quality was by counting the number of microorganisms in CFU/m3 and identification of bacteria using MALDI-TOF MS. Results and Discussion: The maximum concentration of microorganisms in the air exceeds the standard value, and the average value of the concentration of microorganisms in the air is 736 CFU/m3. The most common types of aerobic bacteria in the air were Bacillus sp. (n=12), Coagulase-negative Staphylococci (n=5), and Staphylococcus aureus (n=5). There was an increase in physical parameters in the form of average temperature (26.24°C) and humidity (70%) with a ventilation system and air regulation using mechanical ventilation sourced from a split air conditioner with an exhaust fan without a high-efficiency particulate-absorbing (HEPA) filter. Conclusion: Low indoor air quality has the potential to increase the concentration of microorganisms and bacterial findings in the air