Ni Putu Dewi Sri Wahyuni
Universitas Pendidikan Ganesha

Published : 76 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH PELATIHAN LOMPAT KATAK TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI Decky Florentana .; I Gst Lanang Agung Parwata,S.Pd, M.Kes .; dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked. .
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 3 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v3i1.5481

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan lompat katak terhadap kekuatan dan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian adalah eksperimen sungguhan dengan rancangan the randomized pretest postest control group design. Sampel penelitian 40 orang dari populasi 157 yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Kekuatan di ukur dengan menggunakan tes Back and Leg Dynamometer dan daya ledak otot tungkai dengan tes Jump DF, selanjutnya data dianalisis dengan uji t-independent pada taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan variabel kekuatan kelompok perlakuan mengalami peningkatan 10,30 dari hasil pre-test 63,00 menjadi 73,30 pada saat post-test. Sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan 0,50 dari hasil pre-test 63,20 menjadi 62,70 pada saat post-test. Variabel daya ledak menunjukkan kelompok perlakuan mengalami peningkatan 13,10 dari hasil pre-test 47,55 menjadi 60,65 pada saat post-test. Sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan 0,85 dari 47,65 pada saat pre-test menjadi 46,80 pada saat post-test. Berdasarkan hasil uji t-independent variabel kekuatan diperoleh nilai signifikansi hitung sebesar 0,000, sedangkan daya ledak otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung sebesar 0,000 sehingga hipotesis penelitian “pelatihan lompat katakberpengaruh terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot tungkai” diterima. Dari hasil penelitian dan analisis datadisimpulkan bahwa: Pelatihan lompat katak berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot tungkai pada siswa putra kelas VIII SMPN 4 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Oleh sebab itu, disarankan agar guru olahraga, pelatih, atau pembina olahraga, serta atlet agar menggunakan pelatihan lompat katak sebagai salah satu alternatif pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kekuatan dan daya ledak otot tungkai.Kata Kunci : pelatihan lompat katak, kekuatan, daya ledak otot tungkai This study aimed to determine the effect of leapfrog training towards the strength and explosive power of leg muscle. This study was true-experiment in form of the randomized pretest post-test control group design. The research sample was 40 students from 157 of population using simple random sampling. The strength was measured using Back and Leg Dynamometer test and explosive power of leg muscle was measured using Jump DF test, proceeding the data were analyzed using independent t-test at significance level (α) 0,05 with SPPS 16.0. The finding shows that the variable of strength of treatment group increases by 10.30 where the result of pre-test is 63.00 and the result of post-test is 73.30. Meanwhile, control group experiences the decrease by 0.50 where the pre-test is 63.20 and the post-test is 62.70. The variable of explosive power shows that the treatment group experiences the increases by 13.10 where the result of pre-test is 47.55 and the result of post-test is 60.65. Meanwhile, control group experiences the decrease by 0.85 where the result of pre-test is 47.65 and the result of post-test 46.80. Based on the result of independent t-test, variable of strength is obtained that arithmetical significance is 0.000, meanwhile the variable of explosive power is obtained that arithmetical significance is 0.000 thus the research hypothesis“Leapfrog training affects towards the increase of the strength and explosive power of leg muscle” is accepted. From the result of study and data analysis, it can be concluded that leapfrog training affects towards the increase of strength and explosive power of leg muscle on VIII grade male students at SMP N 4 Singaraja in academic year 2014/ 2015. Thus, it is recommended that physical education teachers, trainers, coaches, and athletes to use leapfrog training as one of alternative trainings to improve the strength and explosive power of leg frog. keyword : leap frog training, strength, explosive power of leg muscle
PENGARUH PELATIHAN COUNTINUOUS CIRCUIT TERHADAP VO2 MAKS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI Gede Budi Widya Pranata .; I Ketut Sudiana, S.Pd. M Kes .; dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked. .
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 3 No. 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v3i1.5484

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap vo2maks dan kekuatan otot tungkai. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan the randomized pretest postest control group design. Subjek penelitian 24 orang. vo2maks dengan tes MFT, dan Kekuatan otot tungkai di ukur dengan menggunakan tes back and leg dynamometer selanjutnya data dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil ujit-independent variabel vo2maks diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,003, sedangkan kekuatan otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,000 sehingga hipotesis penelitian “pelatihan countinuous circuit terhadap vo2maks dan kekuatan otot tungkai” diterima. Hasil analisis data pada pelatihan continuous circuit untuk vo2maks terjadi peningkatan sebesar 5,75, sedangkan pelatihan continuous circuit untuk kekuatan otot tungkai terjadi peningkatan sebesar 51,00, sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan akibat diberikan pelatihan konvensional pada vo2maks terjadi peningkatan 21,00 dan pada kekuatan otot tungkai terjadi peningkatan 1,23. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa: (1) Pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan vo2maks pada siswa ekstrakulikuler bola basket smp negeri 4 singaraja. (2). Pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa peserta ekstrakulikuler bola basket SMP Negeri 4 Singaraja. Berdasarkan hasil diatas, disarankan agar guru olahraga, pelatih atau pembina olahraga serta atlet agar menggunakan pelatihan countinuous circuit sebagai salah satu alternatif pelatihan untuk meningkatkan kemampuan vo2maks dan kekuatan otot tungkai . Kata Kunci : pelatihan continuous circuit, vo2 maks, kekuatan otot tungkai This research aims to determine the effect of continuous training circuit to vo2maks and the strengh of leg muscle. The research type is a quasi-experimental design with randomized pretest posttest control group design with 24 research subjects. Vo2maks with MFT tests, and leg muscle strength measured by using the test back and leg dynamometer then the data were analyzed by SPSS 16.0. Based on the result of t-independent test variable vo2maks count significance value smaller than α (Sig
PENGARUH PELATIHAN COUNTINUOUS CIRCUIT TERHADAP VO2 MAKS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI Gede Budi Widya Pranata .; I Ketut Sudiana, S.Pd. M Kes .; dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked. .
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v4i1.5485

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap vo2maks dan kekuatan otot tungkai. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan the randomized pretest postest control group design. Subjek penelitian 24 orang. vo2maks dengan tes MFT, dan Kekuatan otot tungkai di ukur dengan menggunakan tes back and leg dynamometer selanjutnya data dianalisis dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil ujit-independent variabel vo2maks diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,003, sedangkan kekuatan otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,000 sehingga hipotesis penelitian “pelatihan countinuous circuit terhadap vo2maks dan kekuatan otot tungkai” diterima. Hasil analisis data pada pelatihan continuous circuit untuk vo2maks terjadi peningkatan sebesar 5,75, sedangkan pelatihan continuous circuit untuk kekuatan otot tungkai terjadi peningkatan sebesar 51,00, sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan akibat diberikan pelatihan konvensional pada vo2maks terjadi peningkatan 21,00 dan pada kekuatan otot tungkai terjadi peningkatan 1,23. Dari hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa: (1) Pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan vo2maks pada siswa ekstrakulikuler bola basket smp negeri 4 singaraja. (2). Pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa peserta ekstrakulikuler bola basket SMP Negeri 4 Singaraja. Berdasarkan hasil diatas, disarankan agar guru olahraga, pelatih atau pembina olahraga serta atlet agar menggunakan pelatihan countinuous circuit sebagai salah satu alternatif pelatihan untuk meningkatkan kemampuan vo2maks dan kekuatan otot tungkai . Kata Kunci : pelatihan continuous circuit, vo2 maks, kekuatan otot tungkai This research aims to determine the effect of continuous training circuit to vo2maks and the strengh of leg muscle. The research type is a quasi-experimental design with randomized pretest posttest control group design with 24 research subjects. Vo2maks with MFT tests, and leg muscle strength measured by using the test back and leg dynamometer then the data were analyzed by SPSS 16.0. Based on the result of t-independent test variable vo2maks count significance value smaller than α (Sig
PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ni Putu Dewi Sri Wahyuni
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2013: PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA UNDIKSHA 2013
Publisher : Prosiding Seminar Nasional MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Anak usia sekolah merupakan generasi muda penerus bangsa yang jumlahnya besar dan terorganisisr dengan baik dalam wadah sekolah dan mudah dimotivasi. Kelompok ini merupakan sasaran strategis dalam pembinaan kesehatan, perilaku baik yang ditanamkan sejak dini akan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.  Pada siswa Sekolah Dasar masalah kesehatan yang ada disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah. Dilihat dari segi usia, siswa Sekolah Dasar termasuk dalam kelompok usia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan masih rentan terjangkit beberapa penyakit, dimana resiko ini juga bisa mereka alami selama berada di lingkungan sekolah. Pembinaan kesehatan anak usia sekolah dilakukan melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Salah satu pendekatan program UKS adalah melibatkan partisipasi peserta didik sebagai penggerak perilaku hidup bersih dan sehat melalui program dokter kecil, sebagai upaya strategis dalam melibatkan peran serta aktif masyarakat sekolah melalui pendekatan kelompok teman sebaya (peer group) yang mempersiapkan peserta didik menjadi penggerak hidup bersih dan sehat , baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.  Tujuan program dokter kecil ini adalah meningkatkan kemampuan perilaku hidup bersih dan sehat, dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal, demi mewujudkan proses belajar mengajar yang berkualitas.
LANSIA SEHAT DAN BAHAGIA DENGAN SENAM BUGAR LANSIA Ni Putu Dewi Sri Wahyuni
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2015: PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA UNDIKSHA 2015
Publisher : Prosiding Seminar Nasional MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

WHO menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu; usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, dan usia sangat tua 90 tahun. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia di atas 60 tahun sekitar 7,18 persen dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2011 menjadi lebih dari 432 ribu orang atau 11,4 persen dari jumlah penduduk. Proses penuaan disertai adanya penurunan fungsi organ, peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, terjadi perubahan komposisi tubuh, sehingga muncullah berbagai keluhan gangguan kesehatan. Berbagai cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan salah satunya adalah melakukan olahraga secara teratur dan olahraga yang paling mudah dilakukan adalah senam bugar lansia. Beberapa penelitian menemukan bahwa olahraga pada lansia dapat meningkatkan kebugaran jasmani, mengurangi gejala gangguan tidur dan tingkat kecemasan sehingga lansia dapat hidup sehat dan bahagia di usianya yang senja.Kata kunci : Lansia, sehat, senam bugarAbstractWHO classified the elderly into four, namely; middle age 45-59 years, aged 60-74 years, 75-90 years old elderly and very old age of 90 years. Indonesia is one of the countries located in Southeast Asia are entering the era of the elderly population structure (aging structured population) because of the number of people aged over 60 years around 7.18 percent and is expected in 2015 will have increased almost two- fold compared to the year 2011 to more than 432 thousand people or 11.4 percent of the population. The aging process is accompanied by a decrease in organ function, increased disturbance organs and bodily functions, there is a change in body composition, so that there are the complaints of health problems. A variety of ways that can be done as an effort to prevent one of them is regular exercise and exercise is most easily done gymnastics fit elderly. Several studies have found that exercise in the elderly can enhance physical fitness, reduce symptoms of sleep disorders and anxiety level so that the elderly can live healthy and happy.Keywords: Elderly, healthy, fit gymnastics
SEHAT DAN BAHAGIA DENGAN SENAM BUGAR LANSIA NI Putu Dewi Sri Wahyuni
JURNAL PENJAKORA Vol. 3 No. 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/penjakora.v3i1.11669

Abstract

World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu; usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, dan usia sangat tua 90 tahun. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia di atas 60 tahun sekitar 7,18 persen dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2011 menjadi lebih dari 432 ribu orang atau 11,4 persen dari jumlah penduduk. Proses penuaan  disertai adanya penurunan fungsi organ, peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, terjadi perubahan komposisi tubuh, sehingga muncullah berbagai keluhan gangguan kesehatan. Berbagai cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan salah satunya adalah  melakukan olahraga secara teratur dan olahraga yang paling mudah dilakukan adalah senam bugar lansia. Beberapa penelitian menemukan bahwa olahraga pada lansia dapat meningkatkan  kebugaran jasmani, mengurangi gejala gangguan tidur dan tingkat kecemasan sehingga lansia dapat hidup sehat dan bahagia di usianya yang senja.
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA Ni Putu Dewi Sri Wahyuni; Made Suadnyani Pasek; Ni Luh Putu Pranena Sastri
Ganesha Medicina Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/gm.v3i2.67615

Abstract

Abstrak Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Berdasarkan data Riskesdas 2013 terjadi peningkatan kasus stunting di Indonesia dari dari 36,8% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013.Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan timbulnya stunting diantaranya ASI Eksklusif dan MP-ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross sectional di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Subyek penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan yang berjumlah 50 orang. Analisis statistik dengan analisis regresi logistik ganda. Pengumpulan data dengan melihat buku KMS dan Wawancara. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara ASI Eksklusif dengan status stunting. Ditemukan adanya hubungan antara MP-ASI dalam hal usia pemberian, frekuensi pemberian, dan porsi pemberian MP-ASI dengan status stunting. Kata kunci: Stunting, Balita, ASI Eksklusif, MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) Abstract Stunting is one of the health problems that is getting enough attention in Indonesia at this time. Stunting is a problem because it is associated with an increased risk of morbidity and mortality, suboptimal brain development resulting in delayed motor development and retarded mental growth. Based on Riskesdas 2013 data, there was an increase in cases of stunting in Indonesia from 36.8% in 2010 to 37.2% in 2013. There are several risk factors that cause stunting, including exclusive breastfeeding and complementary breastfeeding. This study aims to determine the relationship between exclusive breastfeeding and complementary breastfeeding with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Sekumpul Village, Sawan District. This research used quantitative observational analytic research with a cross sectional approach in Sekumpul Village, Sawan District, Buleleng Regency. The research subjects were mothers who had toddlers aged 24-59 months, with total subjects 50 peoples. Statistical analysis with multiple logistic regression analysis. Data collection by looking at KMS books and interviews. In this study, no relationship was found between exclusive breastfeeding and stunting status. It was found that there was a relationship between complementary breastfeeding in terms of age given, frequency of giving, and with stunting status. Keywords : Stunting, Toddler, Exclusive Breastfeeding, Complementary Breastfeeding
PENGARUH PELATIHAN SINGLE LEG HOPS TERHADAP KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI ., I Nyoman Budiarsa; ., Prof. Dr. I Nyoman Kanca, MS; ., dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2651

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan single leg hops terhadap kekuatan dan daya ledak otot tungkai siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Petang tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan “the pre-test post-test control group design”. Subjek penelitian ini anggota siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Petang dengan jumlah 40 orang siswa. Pelatihan ini dilakukan 3 kali dalam seminggu atau 12 kali pertemuan selama satu bulan. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yakni: kelompok (1) kelompok perlakuan dan kelompok (2) kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tes leg dynamometer untuk kekuatan otot tungkai dan tes standing broad jump untuk daya ledak otot tungkai. Data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi () 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji-t independent untuk data kekuatan otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,003. Sedangkan untuk data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) yaitu sebesar 0,032. Disimpulkan bahwa pelatihan single leg hops berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot tungkai siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Petang tahun pelajaran 2013/2014.Kata Kunci : pelatihan single leg hops, kekuatan dan daya ledak otot tungkai This study aims to determine the effect of training single leg hops on strength and explosive power limb muscle class VII student son SMP Negeri 3 Petang academic year 2013/2014 . This type of research is a quasi experimental design to " the pre - test post-test control group design " . This research subjects by boys class members SMP Negeri 3 Petang with number 40 students . The training was carried out 3 times a week or 12 sessions for one month . Subjects were divided into 2 groups , namely : group ( 1 ) group and the treatment group ( 2 ) the control group . The instrument used in this study leg dynamometer tests for leg muscle strength and standing broad jump tests for leg muscle explosive power. Data were analyzed by independent t-test at significance level (  ) 0.05 with SPSS 16.0 . Based on the results of data analysis using independent t-test for leg muscle strength data obtained significance count value is smaller than the value of α ( Sig < 0.05 ) is equal to 0.003 . As for the leg muscle explosive power of data obtained significance count value is smaller than the value of α ( Sig < 0.05 ) is equal to 0.032 . It was concluded that the single -leg hops training effect on improvement of muscle strength and explosive power leg sons class VII student of SMP Negeri 3 Petang academic year 2013/2014 .keyword : traning single leg hops, strength, power limb muscle
PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN VO2MAX PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP N 3 SELEMADEG TIMUR TABANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ., I Wayan Dedy Hariyanta; ., I Gst Lanang Agung Parwata,S.Pd, M.Kes; ., dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2654

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh circuit training terhadap kekuatan otot tungkai dan VO2max pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur dengan jumlah 20 orang. Sampel ini dibagi menjadi dua kelompok dengan teknik ordinal pairing. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian the modification randomized control group pre-test post-test design. Kekuatan otot tungkai diukur dengan back and leg dynamometer dan VO2max diukur dengan tes lari multi tahap/multistage fitness tes (MFT), selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan uji-t independent pada taraf signifikansi 5% dengan bantuan program SPSS 16,0. Hasil analisis data kekuatan otot tungkai didapatkan nilai signifikansi = 0,001 dan nilai signifikansi VO2max = 0,000. Dari data tersebut, nilai signifikansi kekuatan otot tungkai dan VO2max lebih kecil dari α = 0,05 sehingga hipotesis penelitian dapat diterima. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa circuit training berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai sigifikansi lebih kecil dari 0,01 dan circuit training berpengaruh terhadap peningkatan VO2max pada siswa putra kelas VII SMP N 3 Selemadeg Timur Tabanan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,01. Disarankan bagi pelaku olahraga untuk menggunakan pelatihan ini sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan VO2max.Kata Kunci : circuit training, kekuatan otot tungkai, VO2max. This study aimed to determine the effect of circuit training on leg muscle strength and VO2max in men's class VII students of SMP N 3 Selemadeg Timur. The sample in this study was 20 male students of a class VII student of SMP N 3 Selemadeg Timur. These samples were divided into two groups with ordinal pairing techniques . This research is a quasi experimental study design with the modification randomized control group pre-test post-test design. Limb muscle strength measured with a back and leg dynamometer and VO2max measured by a test run multi stage/multistage fitness test ( MFT ), then the data were analyzed using independent t-test at a significance level of 5 % with SPSS 16.0 . The results of the analysis of leg muscle strength data obtained significance value = 0.001 and significance value of VO2max = 0.000. From these data, the value of the significance of leg muscle strength and VO2max less than α = 0.05 so the research hypothesis can be accepted. Based on the results of the data analysis and discussion, it can be concluded that the circuit training effect on the increase in leg muscle strength in men's class VII students of SMP N 3 Selemadeg Timur sigifikansi value less than 0.01 and circuit training effect on the increase in VO2max in the men's class VII students of SMP N 3 Selemadeg Timur with a significance value less than 0.01. It is recommended for sports people to use this training as an alternative to improve leg muscle strength and VO2max.keyword : circuit training, leg muscle strength, VO2max.
PENGARUH PELATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN LARI 60 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL ., I Made Agus Wedana; ., I Ketut Sudiana, S.Pd. M Kes; ., dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni, S.Ked.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v2i1.2655

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan zig-zag run dan lari 60 m terhadap VO2Maks pada peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 2 Payangan tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan the nonrandomized control group pretest-posttest design. Subyek penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 2 Payangan tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 30 orang. VO2Maks diukur dengan test bleeps. Data dianalisis dengan uji anava satu jalur taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan bantuan komputer program SPSS 16,0. Hasil analisis data pada variabel VO2Maks diperoleh nilai signifikansi Fhitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05) sebesar 0,000, sehingga hipotesis terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan zig-zag run dan lari 60 m terhadap peningkatan VO2Maks, diterima. Berdasarkan hasil uji LSD, maka pelatihan lari 60 m mempunyai pengaruh yang lebih baik dari pelatihan zig-zag run terhadap peningkatan VO2Maks dengan mean difference sebesar 0,12000. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa; (1) pelatihan lari zig-zag berpengaruh terhadap peningkatan VO2Maks, (2) pelatihan lari 60 m berpengaruh terhadap peningkatan VO2Maks, (3) terdapat perbedaan pengaruh antara zig-zag dan 60 m terhadap peningkatan VO2Maks, (4) Pelatihan lari 60 m lebih baik pengaruhnya dibandingkan zig-zag terhadap peningkatan VO2Maks.Kata Kunci : pelatihan, Volume Oksigen Maksimal This study aims to determine the effect of zigzag training run and ran 60 m to VO2max in extracurricular athletics participants SMP 2 Payangan academic year 2013/2014. This type of research is a quasi experimental desigen with the nonrandomized control group pretest-posttest design. The subjects of this study were 30 partics extracurricular at SMP N 2 Payangan in the academic year 2013/2014. VO2max was measured by bleeps test (MFT). Data were analyzed by ANOVA test one lane significance level (α) = 0,05 with the help of the computer program SPSS 16.0. . From the result of data analysis using one lane anava test in the variable of maximum oxygen volume, Fhitung significance value were obtained and are smaller than α (Sig< 0,05) at 0,000. This showed the difference of effect between zig-zag run and 60m run in increasing oxygen volume. Based on the results of LSD test, the training run of 60 m has a better effect than training zig-zag run against an increase in VO2 maks with a mean difference 0f 0,12000. From the analysis of data and discussion is concluded that: (1) training run zig-zag effect on the increase in VO2max, (2) training run 60 m affect the increase in VO2max, (3) there is a difference between the effect of zigzag and 60 m to the increase in VO2max , (4) Training 60 m run better influence than the zig-zag to the increase in VO2max.keyword : training, maximum oxygen volume.