Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .
Unknown Affiliation

Published : 64 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Taman Makam Pahlawan Kreta kirttya Mandala, Di Kelurahan Bitera, Gianyar, Bali (Kajian Sistem Nilai dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA Berdasarkan Kurikulum 2013 ., I Wayan Eka Juliartha; ., Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i1.4175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui latar belakang pendirian Taman Makam Pahlawan Kreta Kirttya Mandala di Kelurahan Bitera, Gianyar, Bali (2) Nilai-nilai kepahlawanan apa yang dapat diungkapkan melalui Taman Makam Pahlawan Kreta kirttya Mandala di Kelurahan Bitera, Gianyar, Bali, (3) Bagaimana potensi Taman Makam Pahlawan Kreta kirttya Mandala sebagai sumber belajar Sejarah di SMA. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap ; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) adanya peristiwa sejarah yang melatarbelakangi pembangunan Taman Makam Pahlawan Kreta Kirttya adalah peristiwa telah terjadi peperangan Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang pro terhadap Indonesia dengan Pemuda Pembela Negara (PPN) yaitu Organisasi Tandingan PRI pada waktu revolusi fisik tahun 1946-1950 di daerah Gianyar. (2) nilai yang bisa diungkapkan pada bangunan Taman Makam Pahlawan Kreta Kirttya Mandala. (3) Nilai-nilai terkandung di dalam Taman Makam Pahlawan Kreta Kirttya Mandala seperti nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jiwa, semangat merdeka, nasionalisme, patriotisme, rela dan iklas berkorban untuk mempertahankan NKRI dapat dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kurikulum 2013 pada kelas X semester ganjil. Kata Kunci : Taman Makam Pahlawan, pewarisan nilai-nilai sejarah, pemanfaatan nilai This study aims to determine the background of the establishment of the Heroes Cemetery in the Village of Kreta Kirttya Mandala Bitera, Gianyar, Bali (2) The values of heroism that can be expressed through the Heroes Cemetery in the Village of Kreta Kirttya Mandala Bitera, Gianyar, Bali, (3) how does the potential for Heroes Cemetery Kreta Kirttya Mandala as a learning resource in school history. In this study, the data collected using qualitative methods with the stages; (1) a technique of determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection techniques (observation, interviews, review of documents), (4) techniques guarantor authenticity of the data (data triangulation, triangulation method), and (5) techniques data analysis. The results showed that, (1) the existence of historical events underlying the development of Kreta Kirttya Heroes cemetery is a war events have occurred Youth of the Republic of Indonesia (PRI), which pro-Indonesia Youth Advocate with the State (VAT) that the PRI Counter Organization at the time of physical revolution year 1946-1950 in the area of Gianyar. (2) the value of which can be expressed in the building of Kreta Kirttya Heroes Cemetery Mandala. (3) The values contained in the Heroes Cemetery in Kreta Kirttya Mandala as the value of piety towards Almighty God, the soul, the spirit of independence, nationalism, patriotism, sincere and willing to sacrifice to defend the Homeland can be translated into the syllabus and lesson plan (RPP) curriculum based on class X 2013 semester.keyword : Heroes cemetery, historical inheritance values, utilization value
KONVERSI AGAMA HINDU KE AGAMA KRISTEN DI DESA BUDUK (SEJARAH, NILAI-NILAI KARAKTER, SERTA KONTRIBUSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PEMINATAN DI SMA) ., Ikhsan Maulana Putra Prasetyo; ., Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i1.5318

Abstract

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui latar belakang terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa buduk, (2) mengetahui Nilai-nilai karakter yang dapat dipetik dari Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk, (3) mengetahui kontribusi Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk sebagai sumber belajar sejarah peminatan di SMA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah yaitu: (1) heuristik atau penelusuran jejak-jejak sejarah, (2) kritik sumber yang terdiri kritik ekstern dan kritik intern, (3) melaksanakan interpretasi atau memilih sumber yang valid, (4) melakukan historiografi atau penyusunan cerita sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Desa Buduk merupakan salah satu desa yang memiliki keanekaragaman agama dan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya konversi agama di Desa Buduk. Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen ini menimbulkan banyak perubahan yang terjadi di Desa Buduk; (2) Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk menampilkan nilai-nilai karakter Religius dan Toleransi antar umat beragama yang dijadikan dasar pegangan hidup bagi generasi penerus bangsa (pemuda) dalam mengisi kerukunan dan perdamaian antar umat beragama; (3) Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah sosial dalam sejarah peminatan bagi siswanya, Seperti kegiatan kunjungan ke lokasi terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen. Pemanfaatan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen sebagai sumber belajar sejarah sosial dalam sejarah peminantan di SMA berbasis kurikulum 2013 yaitu dengan menggunakan pendekatan scientificKata Kunci : Konversi Agama, Penelitian Sejarah,Nilai Karakter, kurikulum 2013, Sejarah. This research aims to (1) determine the background of the Conversion Hinduism to Christianity in the Buduk village , (2) know the values of characters that can be learned from the Conversion Hinduism to Christianity in the Buduk village, (3) determine the contribution of Hindu Religious Conversion to Christianity in the Buduk village as a source of learning the history of specialization in high school. This study is a historical research. The stages are carried out in the study of history, namely: (1) search heuristics or traces of history, (2) source criticism comprising external criticism and internal criticism, (3) implement the interpretation or choose a valid source, (4) perform historiography or the preparation of historical stories. The results showed: (1) Buduk village is a village that has a diversity of religions and cultures. It can be seen from the occurrence of religious conversion in the village Buduk. Conversion Hinduism to Christianity has led many changes that occurred in the village of Buduk; (2) Conversion of Hinduism to Christianity in the village Buduk displays the values of religious character and inter-religious tolerance as the basis of a handle on life for the next generation (youth) in charge of harmony and peace between religious communities; (3) Conversion historical events Hinduism to Christianity can be used as a source of learning social history in the history of specialization for students, such as visits to the location of the Conversion Hinduism to Christianity. Utilization of historical events Conversion Hinduism to Christianity as a source of social history in the history of learning in school-based curriculum 2013 is by using a scientific approachkeyword : Conversion of Religion, History Research, Value Character, curriculum 2013, History
Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, Bali dan Potensinya Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah) Ni Wayan Astini .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2127

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah Penempatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng, (2) Bentuk reliefBima Swarga pada kuburan Desa PakramanBuleleng (3) Nilai Potensi relief Bima Swarga, dari segi perspektif pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah. Penelitian pemanfaatan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng sebagai sumber pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah,menggunakan pendekatan sosial yaitu: (1) Teknik penentuan informan; (2) Teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan dilapangan menunjukkan bahwa pembangunan relief Bima Swarga kuburan Desa Pakraman Buleleng di bangun atau didirikan pada tahun 90-an pada masa jabatan Drs.I Ketut Ginantra sebagai Bupati Buleleng. Awalnya sebagai syarat membangun Taman kota yaitu lomba kebersihan Lomba Adi Pura. Bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng memiliki ide cerita yang sangat lekat bagi kehidupan sekitarnya. Karena itu bilabangunan relief Bima SwargadesaPakraman Bulelengjuga memiliki nilai- nilai yang dapat dipelajari siswa karena mempunyai: (1) Nilai edukatif; (2) Nilai pengetahuan; (3) Nilai artistik; (4) Nilai budaya, dan; (5) Nilai rekreatif. Dalam memanfaatkan bentuk bangunan relief Bima Swargakuburan Desa PakramanBuleleng sebagai sumber belajar guru dapat menggunakan metoda karya wisata. Metoda karya wisata merupakan cara yang dapat dilakukan oleh guru dengan mengajak siswa ke objek tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Pada kegiatan karya wisata di lokasi bangunan relief tersebut, siswa dapat melakukan observasi langsung terhadap panelrelief kuburan, kemudian saling berdiskusi dengan sesama teman dan guru.Siswa dapat menemukan nilai-nilai yang ada dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengumpulkan data, mengasosiasi data yang didapat dengan kehidupan manusia di masa kini dan mengkomunikasikan hasil temuan temuan dengan teman sesama siswa atau dengan guru. Selain itu siswa dapat memperoleh pengalaman nyata dan akan tumbuh motivasi belajar sejarah lebih aktif karena ternyata belajar sejarah tidak hanya dapat dilakukan dalam kelas tetapi juga di luar kelas sehingga tidak yang dapat membosankan.Kata Kunci : Sejarah, Nilai bangunan, Pemanfaatan Relief Bima Swarga Kuburan Desa Pakraman Buleleng. This study aimed to determine (1) History of Bima Swarga Placement Relief Tombs Pakraman Buleleng, (2) Form of Bima Swarga reliefs on the grave Pakraman Buleleng (3) The potential value of Bima Swarga relief, in terms of the perspective of character education in learning history. Research utilization Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a source of character education in learning history, social approach, namely: (1) determination technique informant, (2) the data collection techniques (observation, interviews, document study) and, (3) data analysis .Based on the findings in the field suggests that the development of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng built or established in the 90's during the Drs office. I Ketut Ginantra as Regent of Buleleng. Initially as a condition of building a city park that is race hygiene Adi Competition temple. Building Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng has an idea for a story that very closely surrounding life. Because it was a relief when building the village of Bima Swarga Pakraman Buleleng also have values that can be learned because the student has: (1) educational value; (2) The value of knowledge, (3) artistic value, (4) cultural value, and (5 ) recreational value. In utilizing the building form of Bima Swarga grave reliefs Pakraman Buleleng as a learning resource teachers can use the method of the field trip. Method field trip is a way to do by teachers to invite students to a particular object to study something related to school subjects. On the field trip activities in such reliefs building site, students can perform direct observation of the relief panels graves, then were in discussions with their peers and teachers. Students can find the values that exist to make observations, ask questions, collect data, associating the data obtained with human life in the present and communicate the results of the findings with fellow students or the teacher. In addition students can gain real experience and will grow more active motivation to learn history because it was studying the history not only be done in the classroom but also outside the classroom so as not to dull. keyword : History, Building Value, Utilization Relief Bima Swarga Grave Village Pakraman Buleleng.
Sejarah Wisata Bahari dan Pendidikan Sadar Wisata pada Komunitas Desa (Studi Kasus di Desa Tulamben, Kubu, Karangasem, Bali) Ni Kadek Ari .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2130

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) faktor-faktor yang menyebabkan pantai Tulamben bisa berkembang sebagai objek wisata bahari di Desa Tulamben, (2) perkembangan destinasi pantai Tulamben sebagai objek wisata bahari dilihat dari kunjungan wisman maupun wisdom periode 2000-2010, dan (3) penyelenggaraan sistem pendidikan sadar wisata guna menjaga kelestarian objek wisata bahari di Desa Tulamben. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi); (4) teknik penjaminan keabsahan data; (5) teknik analisis data; dan (6) teknik penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) faktor-faktor yang menyebabkan Pantai Tulamben bisa berkembang sebagai objek wisata bahari di Desa Tulamben adalah 1) daya tarik pemandangan alamnya yang indah, 2) daya jangkau yang mudah, 3) akomodasi yang lengkap seperti hotel, villa dan bungalows, restaurant, toko cendramata, penyewaan alat selam, Torism Information Center, dan parkir, 4) respon masyarakat lokal yang sangat positif. (2) Perkembangan destinasi Pantai Tulamben sebagai objek wisata bahari dilihat dari kunjungan wisman maupun wisdom periode 2000-2010 diawali dengan penemuan awal kemudian direspons oleh masyarakat lokal dan ditindaklanjuti dengan tahap pengembangan baik dari sarana maupun prasarana sehingga terus mengalami perkembangan sampai sekarang. (3) penyelenggaraan sistem pendidikan sadar wisata guna menjaga kelestarian objek wisata bahari di Desa Tulamben melibatkan berbagai pihak diantaranya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem, para nelayan dan sekaa truna-truni Desa Tulamben. Penyelenggaraan sistem pendidikan sadar wisata di Desa Tulamben sudah berjalan dengan baik dan masyarakat pun merespon baik terhadap penyelenggaraan pendidikan sadar wisata. Kata Kunci : wisata bahari, pendidikan sadar wisata, Pantai Tulamben This study aimed to (1) the factors that led to the beach of Tulamben can develop as a maritime tourist attraction in the village of Tulamben, (2) development of Tulamben beach destination as attraction of foreign tourists visiting marine views and wisdom from the period 2000-2010, and (3) organization of the education system in order to maintain the sustainability of tourism awareness maritime tourist attraction in the village of Tulamben. This study used a qualitative approach, namely : (1) determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection techniques (observation, interviews, and documentary studies), (4) techniques guarantee the validity of the data, (5) analysis techniques the data, and (6 ) writing techniques and research results. The results showed that (1) the factors that led to Tulamben Beach can grow as marine attractions in the village of Tulamben is 1) the attractiveness of the beautiful natural scenery, 2) a range of convenient, 3) complete accommodation such as hotels, villas and bungalows, restaurant, souvenirs shop, diving equipment rental, Torism Information Center, and parking ,4) response of the local community is very positive. (2) The development of destination Tulamben Beach as seen from marine attraction of foreign tourists visit the period 2000-2010 and wisdom begins with the initial discovery then responded to by local people and followed up with both the development phase of the facilities and infrastructure that had been developed up to now. (3) the implementation of tourism awareness education system in order to preserve the maritime tourist attraction in the village of Tulamben involve various stakeholders including the Department of Culture and Tourism of Karangasem regency, fishermen and sekaa truna - truni Tulamben village. Implementation of the education system in the village of Tulamben tourism awareness has been going well and the community is responding well to the implementation of tourism awareness education.keyword : nautical tourism, educational tourism awareness, Tulamben Beach
MUSEUM SEMARAJAYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMAN 1 SEMARAPURA, KLUNGKUNG, BALI Luh Putu Ayu Diah Pratiwi .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Ketut Sedana Arta, S.Pd. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i3.2329

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang pendirian Museum Semarajaya, (2) Koleksi dari Museum Semarajaya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar Sejarah Lokal di SMAN 1 Semarapura (3) Latar belakang belum dimanfaatkannya Museum Semarajaya sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMAN 1 Semarapura berdasarkan Kurikulum 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu: (1) tehnik penentuan informan; (2) tehnik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen) dan; (3) analisis data. Berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan bahwa bangunan Museum Semarajaya menggunakan bangunan sekolah Belanda (MULO) dan mulai digunakan sebagai Museum pada tanggal 28 April 1992 untuk memperingati 84 tahun pasca perang Puputan Klungkung. Museum Semarajaya terbagi dalam tiga ruangan. Ruangan pertama menyimpan koleksi zaman praaksara seperti lesung, beliung, tempayan dan benda-benda praaksara lain yang ditemukan di sekitar Klungkung, ruangan kedua menyimpan koleksi zaman aksara dipamerkan benda-benda peninggalan Kerajaan Klungkung seperti tombak, keris, hiasan dinding, perhiasan, dan sebagainya, dan ruangan terakhir berisikan peralatan rumah tangga kerajaan Klungkung seperti di antaranya sebuah kursi antik serta foto-foto raja beserta keluarganya dalam memanfaatkan potensi yang ada dari koleksi yang dimiliki Museum Semarajaya sebagai sumber belajar guru dapat menggunakan metoda karya wisata. Metoda karya wisata digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Pada kegiatan karya wisata, siswa dapat melakukan observasi langsung terhadap koleksi praaksara dan aksara, kemudian saling berdiskusi dengan sesama teman dan guru. Selain itu siswa dapat memperoleh pengalaman nyata dan akan tumbuh motivasi belajar sejarah lebih aktif karena ternyata belajar sejarah tidak hanya dilakukan dalam kelas yang dapat membosankan.Kata Kunci : Museum Semarajaya, Sumber Belajar This study aims to know (1) The background of founding of Semarajaya Museum, (2) The collection of Semarajaya Museum that can be a source of the local history learning, (3) The background why of Semarajaya Museum’s doesn’t as a source of the local history learning in SMAN 1 Semarapura based on curriculum 2013. The use of Semarajaya Museum uses kualitatif approach including: (1) resources determination technique; (2) data collection technique (observation, interview, document) and; (3) data analysis. Based on the finding, it is found that Semarajaya Museum was built use Netherland school (MULO) and legitimated on 28th April 1992 to celebrate 84 years of Puputan Klungkung War. Semarajaya Museum is divided into three rooms. The first room contains the collection of before word age such as mortar, pickax, water jar, and other collection found in Klungkung Regency. Second room displays some collections from Klungkung Palace such as spear, wavy double-bladed dagger called ‘keris’, wall decoration, household equipment of Klungkung Palace such as antique chairs and the portraits of the king and his family. In using the potential of the collections of Semarajaya Museum as the learning source, the teachers can use study tour method. Study tour method is a way that can be done by the teachers by asking the students to go to a particular place to learn something associated to the subject in the school. In the study tour, the students can observe the collection of before history and history directly, then discuss it with their peers and teachers. Besides that the students can get real experience and motivate them to learn history because learning history is not only done in the class that can be boring.keyword : Semarajaya Museum, a source of the local history learning
Keberadaan Etnik Cina Di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali (Latar Belakang Sejarah, Identitas Etnik Dan Strategi Desa Pakraman Dalam Mengembangkan Masyarakat Multikultur) I Gede Budiarta .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Dra. Tuty Maryati,M.Pd .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i3.2385

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui latar belakang sejarah keberadaan etnik Cina di Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, (2) Mengetahui identitas etnik Cina di Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, dan (3) mengetahui bagaimana cara-cara yang dikembangkan oleh Banjar Geria, Desa Melinggih untuk mengembangkan masyarakat yang multikultur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka); (4) teknik penjaminan keabsahan data; dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedatangan etnik Cina di Banjar Geria diawali dengan terdamparnya para pedagang Cina di daerah Singaraja, yang kemudian melakukan perdagangan ke daerah Kintamani hingga mengembangkan perdagangannya ke daerah Payangan. Selama berada di Payangan, etnik Cina melakukan pendekatan kepada keluarga kerajaan hingga mengabdi menjadi prajurit kerajaan. Berkat jasa-jasa etnik Cina yang besar kepada kerajaan Payangan, maka diberikanlah sepetak tanah untuk ditinggali yang saat ini terletak di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan. Identitas etnik Cina di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan dapat dilihat dari; (1) Kepercayaan atau agama yang dianut adalah Hindu-Budha; (2) Seni bangunan dipengaruhi gaya Tiongkok dengan ornamen naga (Lung), singa dan warna bangunan yang didominasi dengan warna merah, kuning dan emas; (3) nama menggunakan marga keluarga; dan (4) kesenian yang masih menampilkan budaya tiongkok, yaitu kesenian Barong Sai. Cara yang dikembangkan oleh Banjar Geria, Desa Melinggih untuk mengembangkan masyarakat yang multikultur, yaitu (1) Merangkul kedua etnik dalam satu wadah desa pakraman serta ; (2) Meningkatkan solidaritas kedua etnik. Kata Kunci : Etnik Cina, Sejarah, Identitas, Masyarakat Multikultur This study aims to: (1) Knowing the background of the history of ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, (2) Knowing the identity of the ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, and (3) knowing the ways developed by Geria Banjar, village Melinggih to develop a multicultural society. This study used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection techniques (observation, interviews, documentation and literature studies), (4) techniques guarantee the validity of the data, and (5) data analysis techniques. The results of this study indicate that the arrival of ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih village, starting with Balinese Payangan come Chinese traders in the area of Singaraja, which then trade to Kintamani area to develop its trade to the area Payangan. During his stay in Payangan, ethnic Chinese to approach the royal family to serve as a soldier of the kingdom. Thanks to the services of Chinese people who want to serve the kingdom of Payangan, the giv piece of land to live now named Banjar Geria, Melinggih Village, Payangan. Chinese ethnic identity in Banjar Geria, Melinggih Village, Payangan among others: (1) the religious affiliation or belief is a Hindu-Buddhist; (2) Art-influenced buildings Chinese style ornaments is evidenced by the dragon (Lung) and a lion accompanied by color building is dominated by the color red, yellow and gold, (3) while the other identity is the name that the family use the surname, and (4) the identity of the other is still art featuring Chinese culture, the Barong Sai art displayed each Lunar New Year. Method developed by Geria Banjar, village Melinggih to develop a multicultural society, namely (1) Embracing both ethnic Pakraman in a container with the same status by running the same rights and obligations as well as, (2) Increase both ethnic solidarity. keyword : Ethnic Chinese, History, Identity, Multicultural Society
TRADISI TATEBAHAN DI DESA PAKRAMAN BUGBUG, KECAMATAN KARANGASEM,KABUPATEN KARANGASEM, BALI. (Latar Belakang Sejarah, Penyelenggaraan Ritual dan Fungsi Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda) Kadek Riadi Panji Sagitha .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Drs. I Wayan Mudana,M.Si. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i3.2390

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Mengapa masyarakat setempat di Desa Pakraman Bugbug menyelenggarakan ritual Tatebahan; (2) Penyelenggaraan tradisi Tatebahan di Desa Pakraman Bugbug; (3) Fungsi tradisi Tatebahan dilihat dari segi pendidikan karakter bagi generasi muda di Desa Pakraman Bugbug. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Teknik Penentuan Informan menggunakan Purposive Sampling, (2) Teknik Pengumpulan Data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi), (3) Teknik Analisis Data, dan (4) Teknik Pengolahan Data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tradisi Tatebahan sangat erat kaitanya dengan kehidupan pertanian masyarakat Desa Pakraman Bugbug. Tradisi ini dilaksanakan atas dasar rasa syukur para petani kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas panen yang berlimpah di desa ini. Disamping beberapa hal yang diuraikan di atas ada beberapa latar belakang lain yang mendorong dilaksanakannya Tradisi Tatebahan di Desa Pakraman Bugbug antara lain : Kekhawatiran Akan Marabahaya atau Takut Terhadap Hal-hal Yang Gaib, Media Memohon Kesuburan, Memohon Kemakmuran dan Kesejahteraan, Mempertebal Keyakinan Ajaran Agama Hindu, Media Mempererat Hubungunan Sosial Keluarga dan Masyarakat. (2) Pelaksanaan Tradisi Tatebahan dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap kedua dilakukan di banjar adat dan, tahap ketiga dilakukan di natar bale agung pura desa. Waktu pelaksanaan Tradisi Tatebahan ini dilaksanakan pada hari Purnama Sasih Desta, Tumpek Krulut, Nuju Triwara Beteng, Penanggal Ping Molas, berdasarkan kalender Bali (Paileh Aci Desa Adat Bugbug, 1996 : 48), yang dimana peserta dalam tradisi ini dilakukan oleh krama lanang baik muda maupun dewasa. (3) Pelaksanaan Tradisi Tatebahan juga mengandung nilai-nilai dan fungsi pendidikan karakter bagi generasi muda. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam pelaksanaan Tradisi Tatebahan tersebut yaitu: (1) Religius, (2) Cinta Damai, (3) Disiplin dan, (4) Tanggung Jawab. Kata Kunci : Tradisi, Pelaksanaan, Pendidikan Karakter. The purpose of this Research is to know (1) Why the society of Bugbug village done Tatebahan ceremony, (2) The society of Bugbug Village done Tatebahan tradition., (3) The function of Tatebahan tradition was looked from Character Education for the Young Generation at Bugbug Village. This research used kualitatif method such as: (1) found of Infoman Tecnich used Purposive Sampling, (2) The Data Collected Tecnich ( observation, communicative, and documentation study), (3) Data Analysis Tecnich, and Data Reflection Tecnich. The result of the reseach showed that, (1) Tatebahan tradition very closely relation to the agricultural community life Pakraman Bugbug. This tradition is carried out of gratitude to the farmers Ida Sang Hyang Wasa Widhi over abundant harvest in the village. Besides some of the things described above there are some other background that encourages the implementation of Tradition Tatebahan in Pakraman Bugbug among others: Concerns Will Marabahaya or Fear Of Things That invisibility, Media Fertility Invoke, Invoke Prosperity and Welfare, strengthening of the Doctrine of Faith Hinduism , Social Media Hubungunan Strengthening Families and Communities. (2) The tradition Tatebahan was done in three steps such as: the first steps was prepared step, the second steps was done at society organisation (banjar) and the third steps was done at the field of Bale Agung and village Temple (Puseh). The tradition of Tatebahan was done on Purnama Sasih Desta, Tumpek Krulut, Nuju Triwara Beteng, Penanggal Ping Molas, this time was taken from Balinese Calender ( taken by Paileh Aci Desa Bugbug ,1996 : 48), which one the crews of this ceremony was done by the young man and eldest man. (3) the tradition of Tatebahan also has many values (meaning) and character education function for young generation. The Education Character values that has in the tradition of Tatebahan were (1) Religious, (2) Love in Peace, (3) Dicipline, (4) Responsibilitieskeyword : Tradition, doing ceremony, Character Education.
KEIKUTSERTAAN PEREMPUAN DALAM PEMERTAHANAN TRADISI PEMBUATAN BANTEN MELALUI SEKOLAH NONFORMAL PADA PASRAMAN PINANDITA BRAHMA VIDYA SAMGRAHA, DESA PAKRAMAN PENARUNGAN, SINGARAJA, BALI Vania Ratna Wedha .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Drs. I Wayan Mudana,M.Si. .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v6i1.3615

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang berdirinya Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha (2) Latar belakang perempuan mengikuti pendidikan nonformal pembuatan banten di Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha (3) Sistem pendidikan nonformal yang diterapkan pada Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha. Penelitian ini sepenuhnya mengacu pada metode yang telah disiapkan. Pendekatan penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan dikembangkan dengan teknik snow ball. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen. Data yang diperoleh diolah secara berkesinambungan (continue) yang diawali dengan mengumpulkan data, memilah-milah data, mengklarifikasi data dan mengolah data dengan teknik pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha disebabkan oleh keprihatinan Ida Bhawati Hermawan Tangkas terhadap umat Hindu yang belum mengerti dan paham akan tata cara upacara yadnya termasuk tradisi pembuatan banten. Ini yang mendorong Ida Bhawati Hermawan Tangkas bersama tokoh-tokoh agama Hindu di Desa Pakraman Penarungan dan bekerja sama dengan PHDI Kabupaten Buleleng untuk mewujudkan keinginan untuk mendirikan tempat belajar yang bisa diikuti oleh seluruh lapisan umat Hindu, sehingga berdirilah Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha seperti yang kita lihat saat ini. Motivasi perempuan belajar di pasraman dipengaruhi oleh motivasi intrinsik untuk terlibat dalam pendidikan nonformal dengan mempertahankan tradisi pembuatan banten serta mengurangi ketergantungan terhadap pasar dan ektrinsik dengan lingkungan belajar kondusif serta mengembangkan jaringan sosial. Sistem pendidikan nonformal yang berlaku di Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha memiliki memiliki komponen-komponen pendidikan, seperti pendidik, peserta didik, fasilitas pendidikan, metoda pembelajaran dan waktu pembelajaran. Kata Kunci : Perempuan, tradisi, banten, nonformal, dan pasraman This research purposed to know (1) The existence background of Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha (2) The existence background of woman which is followed non-formal education in creating a ritual offering in Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha (3) The System of non-formal education which applied in Pasrman Pinandita Brahma Vidya Samgraha. This research fully referred to method that has been prepared. The approach that used in this research was descriptive qualitative. The determination of the informant used purposive sampling technique and developed by snow ball technique. The data collected by observation, interview, and work sheet. The data was analyzed by continuously which started with collect the data, data elimination, data clarification, and cultivated data by technique. The result of this research showed that the existence background of Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha caused by attention of Ida Bhawati Hermawan Tangkas with Hindus people which didn’t understand with tradition in making a ritual offering. That encouraged Ida Bhawati Hermawan Tangkas with some hindus people in Penarungan Pakraman village to work together with PHDI in Buleleng regency to achieve that purpose, because of that Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha was exist. Women’s motivation influenced by intrinsic motivation to be involved in non-formal education by saving tradition of making banten and decreasing market demanding. Meanwhile the outside motivation raised by networking. Non-formal system in Pasraman Pinandita Brahma Vidya Samgraha has some components of education like educator, education participator, education facilitation, teaching method, and learning time.keyword : woman, tradition, banten, nonformal, and pasraman
PEMERTAHANAN IDENTITAS SEBAGAI PEDAGANG SATE MELALUI PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA PADA ETNIK MADURA DI KAMPUNG MADURA, SERIRIT BULELENG ,BALI Jamilah .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Drs. I Ketut Margi, M.Si .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i3.3812

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang memilih pekerjaan sebagai pedagang sate dalam mempertahankan identitas etnik Madura di Kampung Madura Seririt, Buleleng Bali, (2) pola pendidikan di lingkungan keluarga dalam mempertahankan identitas etnik sebagai pedagang sate. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen dan studi pustaka); (4) validasi data; (5) teknik analisis data; dan (6) teknik penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pemertahanan identitas sebagai pedagang sate dalam mempertahankan identitas etnik Madura di Kampung Madura Seririt, Buleleng Bali dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor tradisi, faktor modal yang terjangkau, faktor sosial dan faktor kemudahan medapat tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut. Pola pendidikan yang diterapkan oleh keluarga dalam mempertahankan identitas etnik sebagai pedagang sate Madura adalah orang tua menjadi agen dalam pendidikan di lingkungan keluarga dan anak menjadi peserta didik yang akan menerima pewarisan dalam hal pemertahanan identitas sebagai pedagang sate. Selain itu pengenalan terhadap alat-alat yang digunakan untuk kegiatan berdagang sate serta jenis-jenis bumbu yang digunakan untuk pembuatan sate Madura semuanya diterapkan dengan menggunakan metode pembiasaan yang sudah ada di dalam keluarga seperti kegiatan berkandang, kegiatan meracik bumbu, kegiatan menusuk daging kambing dan kegiatan berdagang. Penanaman etos kerja dalam pola pendidikan yang ada di lingkungan keluarga juga menjadi upaya dalam pemertahanan identitas etnik Madura yang terkenal tekun, ulet, rajin, serta memiliki semangat kerja yang tinggi. Kata Kunci : Kata Kunci: pemertahanan identitas etnik, pendidikan keluarga, etos kerja ABSTRACT This research aims to determine, (1) the background of choosing a job as a satay trader in maintaining identity of Madura ethnic, Madura village, Seririt, Buleleng, Bali, (2) the pattern of education in the family in maintaining ethnic identity as traders satay. This research used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the study; (2) determination techniques informant; (3) data collection techniques (observation, interviews, document studies and literature); (4) data validation; (5) data analysis techniques; and (6) writing techniques and research results. The results showed that the retention background of identity to be a trader of Madura satay, in Madura village, Seririt, Buleleng, Bali is influenced by four factors: cultural factors, affordable capital factors, social factors and easiness factors to get the workforce in the region. The education pattern which is adopted by the family in maintaining ethnic identity as traders Madura satay is the parents roles as agents in education in the family, and children become learners who will receive inheritance of identity retention as satay traders. Besides that, an introduction to the tools which is used for trading satay and the types of spices which is used to manufacture Madura satay is applied by using the habituation method that is already in the family such as farming activities, seasoning mix activities , mutton piercing activities and trading activities. Planting work ethic in the pattern of education in the family environment is also an efforts to maintain Madura ethnic identity which are diligent, tenacious, diligent, and have a high morale. keyword : Keywords: retention of ethnic identity, family education, work ethic
Identifikasi Masalah-masalah yang dihadapi oleh Guru Sejarah dalam Manajemen Kelas pada Pembelajaran Sejarah di SMA (Studi Kasus di SMA N 1 Kubu Desa Sukadana, Kubu, Karangasem, Bali ) Ni Luh Rika .; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,MA .; Drs. I Ketut Margi, M.Si .
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol. 4 No. 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.3813

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui mengapa guru menghadapi masalah dalam manajemen kelas pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu. (2) Mengetahui kesulitan apa yang dihadapi guru dalam melakukan manajemen kelas pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu. (3) Mengetahui cara guru mengatasi masalah manajemen kelas dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah yaitu: (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Teknik Pengumpulan Data (Observasi, Wawancara, Studi Dokumen) , (4) Teknik Validitas Data, (5) Teknik Pengolahan Data, (6) Penulisan Hasil Penelitian. Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Penyebab guru menghadapi masalah dalam manajemen kelas pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu yaitu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, faktor siswa dan faktor fasilitas/sarana prasara. (2) Kesulitan yang dihadapi guru dalam melakukan manajemen kelas pada pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu disebabkan oleh beberapa komponen yaitu pengelolaan kelas/tempat belajar, pengaturan alat-alat pengajaran, pengaturan anak didik, pengelolaan isi/materi pelajaran dan pengelolaan sumber belajar. (3) Cara guru mengatasi masalah manajemen kelas dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Kubu yaitu mengidentifikasi masalah siswa, menganalisis masalah, menilai alternatif-alternatif pemecahan, dan mendapatkan balikan (feed-back). Dengan menggunakan cara penyelesaian ini guru sejarah mampu mengatasi masalah dalam manajemen kelas pada pembelajaran sejarah di SMA N 1 Kubu.Kata Kunci : Masalah Manajemen Kelas, Guru Sejarah, Pembelajaran Sejarah. This research aimed at finding out: (1) Find out why the teacher faced problem in class management on history learning at SMA Negeri 1 Kubu. (2) To find out the difficulties faced by the teacher in applying class management on history learning at SMA Negeri 1 Kubu. (3) To find out the teacher’s technique in facing class management problem on history learning at SMA Negeri 1 Kubu. Methods used in this research is descriptive qualitative research approach with steps, namely: (1) Determination of Location Research, (2) Determination Technique informant, (3) Data Collection Techniques (observations, interviews, document studies), (4) Engineering Data Validity, (5) Data Processing Techniques, (6) Writing Research. This research resulted in findings, among others: (1) The teacher faced problem in class management on history learning was caused by some factors, such as: the teacher it self, the students, and the facilities. (2) The difficulties faced by the teacher in applying class management on history learning at SMA Negeri 1 Kubu was caused by components, such as: class management/location, managing the media of learning, handling the students, managing the materials and the references. (3) The way how the teacher faced the problem in class management on history learning at SMA Negeri 1 Kubu were: to indentify students’ problem, to analyze the problem, to judge the alternatives, solving and getting feedback. By using these problem solving strategies, the history teacher was able to solve the problem in class management on history in class SMA N 1 Kubu. keyword : Class Management Problem, History Teacher, History Learning.
Co-Authors ., I Made Cita Adnyana ., Ida Ayu Putu Ratna Dewi ., Ni Km Dina Indrayani ., Ni Nengah Sariasih ., Ni Pt Ida Yuniastuti AGUS BUDI YULIANTO . Agus Herry Sumardika . Agus Herry Sumardika ., Agus Herry Sumardika Anak Agung Gede Sugianthara Arno . Arno ., Arno Desak Made Oka Purnawati Dr. Tuty Maryati,M.Pd . Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum . Drs. I Wayan Mudana,M.Si. . Handoko Satrio Prakoso . Handoko Satrio Prakoso ., Handoko Satrio Prakoso I Gede Winaba Kusuma w . I GST AYU KUSUMAYANI . I Gusti Made Aryana I GUSTI NGURAH ANOM . I Kadek Wiradarma . I Made Agus Eri Antara . I Made Candiasa I Made Cita Adnyana . I Made Pageh I Made Yudana I Nyoman Natajaya I NYOMAN RATMAJA . I Nyoman Sukra Adinatha . I Putu Eka Noviantara . I Wayan Eka Juliartha . I Wayan Gunawan . I WAYAN MERTA JIWA . IDA AYU PUSPA ADHI . Ida Ayu Putu Ratna Dewi . Ikhsan Maulana Putra Prasetyo . Ikhsan Maulana Putra Prasetyo ., Ikhsan Maulana Putra Prasetyo Jamilah . Kadek Edy Indraguna . Kadek Riadi Panji Sagitha . Ketut Sedana Arta LUH KETUT DEWI PUSPAWATI . Luh Putu Ayu Diah Pratiwi . M.Si Drs. I Ketut Margi . MADE KINTEN . Muhammad Sariman . Muhammad Sariman ., Muhammad Sariman Ngakan Made Viky Purnama Teja . Ngakan Made Viky Purnama Teja ., Ngakan Made Viky Purnama Teja Ni Kadek Ari . Ni Kadek Dwiyanti . NI KETUT SURYANI . Ni Km Dina Indrayani . NI KOMANG RAIYANTI . Ni Komang Rusna Dewi . Ni Luh Rika . Ni Made Wiyanthini . Ni Nengah Sariasih . NI NYOMAN SRIWATI . Ni Pt Ida Yuniastuti . Ni Putu Tika Indrayanti . Ni Putu Tika Indrayanti ., Ni Putu Tika Indrayanti NI PUTU WIWIK WIDIASIH . NI WAYAN ARIANI . Ni Wayan Astini . Nyoman Dantes Prof. Dr. A. A. I. Ngurah Marhaeni,MA . Prof. Dr. Gde Anggan Suhandana . Putu Admi Suryani . Vania Ratna Wedha . YUNI WULANDARI . ZAKKIYAH .