Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PELATIHAN PEMBUATAN KRIM DARI TANAMAN HERBAL DAUN JELATANG DAN SARI LIDAH BUAYA Ritonga, Ahmad Hafizullah; Tampubolon, Manuppak Irianto; Purba, Hana Ike Dameria Br.
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 3 No. 1 (2022): JURNAL ABDIMAS MUTIARA (In Press)
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lidah buaya (Aloe vera) telah lama digunakan sebagai bahan alami untuk perawatan kulit. Kandungan saponin dalam lidah buaya dapat membersihkan kotoran dari kulit, sedangkan vitamin E dapat melembutkan, melembabkan, dan menyehatkan kulit. Jelatang dan lidah buaya ketika dikombinasi dapat digunakan untuk perawatan kulit dan melembabkan kulit. Tujuan pengabdian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan bahan herbal yang berasal dari alam baik dalam bidang pengobatan maupun bidang kosmetik. Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan ini masyarakat dapat lebih memanfaatkan daun jelantang dan lidah buaya yang dapat dibuat menjadi sediaan krim.
EVALUASI PROTAP RECALL DI PEDAGANG BESAR FARMASI PT. MILLENNIUM PHARMACON INTERATIONAL TBK CABANG MEDAN Surbakti, Christica Ilsanna; Waruwu, Syukur Berkat; Tampubolon, Manuppak Irianto
Jurnal Farmanesia Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v10i1.4873

Abstract

Penarikan kembali suatu produk atau lebih dikenal dengan product recall Hal ini biasa terjadi pada produk cacat yang disebabkan oleh kelalaian perusahaan pada saat produksi. Produsen melakukan tindakan product recall untuk meningkatkan citra produsen dan menjaga kepercayaan konsumen, karena produsen tentunya tidak ingin kehilangan konsumennya. Adapun tujuan recall adalah menjamin proses penarikan obat dari seluruh gudang (pusat/cabang) dan/atau pelanggan dalam batas waktu yang telah ditentukan, dengan prinsip: tepat waktu, dalam jumlah yang tepat, dan dengan proses yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. sesuai petunjuk BPOM/prinsipal agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat
POLA PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK DENGAN RESEP DOKTER DI APOTEK UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN Br Ginting, Grace Anastasia; Prayoga, Andre; Tampubolon, Manuppak Irianto
Jurnal Farmanesia Vol 9 No 1 (2022): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v9i1.4880

Abstract

Analgesik atau yang sering disebut dengan obat pereda nyeri merupakan zat yang dapat mengurangi atau memblokir rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran. Pola peresepan obat analgesik dan antipiretik yang tidak tepat juga sering menimbulkan efek samping dan interaksi obat yang menimbulkan reaksi serius dan merugikan obat yang diresepkan dan biasa digunakan untuk mengatasi nyeri, demam, dan proses inflamasi. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pola penggunaan obat analgesik dan antipiretik yang diresepkan oleh dokter di Apotek Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan dan mengetahui pola penggunaan obat analgesik dan antipiretik sesuai dengan pedoman penggunaan. dari analgesik dan antipiretik. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei retrospektif dan dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 82 resep yang mengandung obat analgetik dan antipiretik. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa lembar resep diambil dari 82 lembar resep Analgesik dan Antipiretik di Apotek Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan, diperoleh 39 (42%) lembar resep berisi obat analgesik dan antipiretik sebanyak 47 lembar resep. (51%) dan kombinasi analgesik dan antipiretik sebanyak 6 (7%) lembar resep. Penggunaan obat analgesik dan antipiretik terbanyak pada wanita dengan jumlah resep sebanyak 48 resep (59%). Berdasarkan usia, kasus terbanyak terjadi pada usia 20–59 tahun, yaitu sebanyak 52 resep (63%). Dokter yang memberikan resep obat analgesik dan antipiretik terbanyak adalah dokter umum yaitu sebanyak 65 resep (79,28%). Bentuk sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk kapsul sebanyak 64 resep (69,56%). Berdasarkan golongan dan nama analgesik yang paling banyak digunakan adalah Golongan Non Opioid yaitu sebanyak 81 resep (98,79%). Berdasarkan golongan dan nama obat antipiretik yang paling banyak digunakan adalah golongan Paraaminofenol yaitu sebanyak 42 resep (79,25%). Berdasarkan jenis obatnya, yang paling banyak digunakan adalah obat analgesik dan antipiretik generik sebanyak 71 resep (87%). Berdasarkan lama penggunaan obat analgesik dan antipiretik yang paling banyak digunakan adalah tiga hari sebanyak 69 (75%) resep, dan kombinasi analgesik dan antipiretik yang digunakan adalah Parasetamol dan Asam Mefenamat sebanyak 4 resep.
MEMBANDINGKAN EFEKTIVITAS PEMBERSIH LANTAI SEBAGAI DESINFEKTAN MENGGUNAKAN UJI KOEFISIEN FENOL TERHADAP Salmonella typhi: Comparison Of The Effectiveness Of Floor Cleaner As A Disinfectant Using The Phenol Coefficient Test Against Salmonella Typhi Napitupulu, Muhammad irianto; Hutasoit , Audi T.A.; Pebriyandi, Fajar; Tampubolon, Manuppak Irianto; Marbun, Eva Diansari
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.6024

Abstract

Latar belakang: Salmonella typhi masih menjadi penyebab utama demam tifoid di berbagai wilayah endemis. Permukaan lantai yang terkontaminasi dapat menjadi media penyebaran bakteri ini, terutama di fasilitas umum dan rumah tangga. Oleh karena itu, pemilihan pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan sangat penting untuk upaya pencegahan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan efektivitas desinfektan dari sepuluh merek pembersih lantai terhadap Salmonella typhi menggunakan metode Koefisien Fenol (KF). Metode: Uji dilakukan dengan menginokulasikan suspensi S. typhi ke dalam larutan pembersih lantai dan fenol 5% pada berbagai pengenceran. Pertumbuhan bakteri diamati setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 °C. Nilai KF dihitung berdasarkan rasio efektivitas masing-masing produk terhadap fenol sebagai standar. Hasil: Dari sepuluh merek yang diuji, hanya dua produk menunjukkan nilai KF di atas 1, yang berarti lebih efektif dibandingkan fenol 5%. Sebagian besar produk lainnya memiliki efektivitas lebih rendah atau setara dengan fenol. Simpulan: Hanya sebagian kecil pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan terhadap Salmonella typhi. Hasil ini menunjukkan pentingnya sosialisasi pemilihan produk yang terbukti efektif secara ilmiah dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi di lingkungan.
PEMBUATAN SEDIAAN BALSEM STICK DARI MINYAK ATSIRI SEREH (CYMBOPOGON CITRATUS (DC.) STAPF) DAN MINYAK ATSIRI KULIT JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA (CHRISTM.) SWINGLE) SEBAGAI AROMATERAPI Tampubolon, Manuppak Irianto; Supartiningsih, Supartiningsih; Zubaidi, Peri Aisyah; Fitri, Anisa
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 8 No. 2 (2025): Volume 8 No. 2 Tahun 2025
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v8i2.47706

Abstract

Aromaterapi bermanfaat dalam memelihara kesehatan, meningkatkan semangat, serta menyegarkan dan menenangkan jiwa. Salah satu tumbuhan yang sering digunakan adalah sereh (Cymbopogon citrates (DC.) Staph) dan kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle). Minyak atsiri dari tumbuhan ini, ketika dihirup, akan merangsang reseptor aroma yang mengirimkan sinyal ke otak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas minyak atsiri sereh dan jeruk nipis dalam formulasi balsem stick menggunakan metode eksperimental (experiment research) adalah percobaan yang bertujuan untuk mengetahui minyak atsiri sereh dan kulit jeruk nipis dapat diformulasikan sebagai sediaan balsem stick dan mengetahui sediaan yang paling baik berdasarkan evaluasi sediaan. Beberapa konsentrasi yang diuji meliputi F0, F1, F2, F3 dengan berbagai uji evaluasi, seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji titik lebur, uji iritasi kulit, dan uji hedonik. Hasil penelitian pada 15 responden menunjukkan bahwa F4 lebih disukai dibandingkan formulasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh sensasi hangat dan aroma yang lebih kuat. Uji organoleptis dan homogenitas menunjukkan hasil yang baik dengan warna dan aroma yang seragam. Rata-rata pH yang dihasilkan adalah 5, dan sediaan balsem stick tetap stabil pada suhu di atas 50°C. Tidak ditemukan adanya iritasi pada kulit responden. Kesimpulan penelitian ini, minyak atsiri sereh dan kulit jeruk nipis dapat diformulasikan dalam sediaan balsem stick yang memenuhi mutu.
FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN SELF EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (SOLANUM NIGRUM L.) DENGAN VARIASI MINYAK SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN Chandra, Devina; Tampubolon, Manuppak Irianto; Priltiu, Natanael Priltiu; Berutu, Nesli y.f
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 8 No. 2 (2025): Volume 8 No. 2 Tahun 2025
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v8i2.47710

Abstract

Daun leunca memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai agen antiinflamasi, Sehingga dapat disesuaikan sebagai zat aktif dalam sediaan Self Emulsifying Drug Delivery System (SEDDS). Pemberian SEDDS secara oral akan membentuk emulsi minyak dalam air berukuran mikrometer. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi surfaktan (Span 80) dan kosurfaktan (PEG 400) terhadap karakteristik fisik dan stabilitas SEDDS yang mengandung ekstrak etanol daun leunca. Penelitian ini melibatkan formulasi SEDDS dengan variasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan, diikuti evaluasi karakteristik fisik seperti ukuran partikel dan viskositas, serta uji stabilitas selama penyimpanan. Hasil organoleptik menunjukkan semua sediaan (F1-F10) berbentuk cair sedikit kental dengan bau khas minyak zaitun. Uji homogenitas menunjukkan seluruh sediaan homogen. Waktu emulsifikasi memiliki deviasi standar (SD) 4,42 detik. Observasi stabilitas menunjukkan formula tetap cair dan sedikit kental selama pengamatan, dengan warna konsisten. pH sediaan 3,5. Formula yang memenuhi kriteria viskositas adalah, F6 (83,33 ± 12,47 cPs),. Ukuran partikel terbaik pada Formula 6, yaitu 0,41774 μm. Penelitian ini menunjukkan variasi konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan mempengaruhi karakteristik fisik dan stabilitas SEDDS mengandung ekstrak etanol daun leunca.
PVA/Chitosan Hydrogel with Piper betle Extract: Waterproof Design, Exudate Management, and Antibacterial Efficacy Against Staphylococcus aureus & Escherichia coli Tampubolon, Manuppak Irianto; Priltius, Natanael; Adiansyah, Adiansyah
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 11, No 3: Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus September 2025
Publisher : Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v11i3.7908

Abstract

Background: Injuries represent a major health concern in Indonesia, with the national health survey in 2022 reporting ~9% prevalence. In 2023, >146,000 traffic accident injuries and >370,000 occupational accidents were recorded, highlighting the urgent need for affordable and effective wound care solutions, particularly in underserved areas. Methods: Polyvinyl alcohol (PVA)–chitosan hydrogels were prepared via freeze–thaw crosslinking, incorporating Piper betle extract at 0.5%, 1%, and 2% w/w (F1–F3) alongside a control (F0). Physicochemical characterization included Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM), swelling ratio, mechanical strength, water vapor transmission rate, and water resistance. Biological performance was assessed through antimicrobial testing (Staphylococcus aureus, Escherichia coli), fibroblast cytocompatibility assays, and in vitro release studies. Each assay was conducted in triplicate (n ≥ 3), and statistical analyses applied repeated-measures ANOVA or Friedman test (p < 0.05). Results: Hydrogels exhibited waterproof integrity and high exudate absorption (>400%), maintaining a moist wound environment. Antimicrobial assays showed clear inhibition zones (~15 mm) in Piper betle –loaded formulations, significantly greater than F0. Fibroblast viability exceeded 85%, confirming good cytocompatibility. In vitro release profiles demonstrated sustained bioactive release consistent with the Higuchi model. The combination of PVA–chitosan matrix and Piper betle extract produced hydrogels with stable physicochemical properties, controlled release kinetics, and potent antimicrobial activity, while remaining biocompatible.  Contributions: These findings support the potential of PVA–chitosan/Piper betle hydrogels as cost-effective wound dressings. Their clinical applicability is particularly relevant in rural and resource-limited healthcare settings in Indonesia, where the burden of injury and demand for accessible wound care products remain high