Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Penjaminan Keberlanjutan Pembangunan Kapal Kayu Melalui Pelatihan Pembuatan Pola Gading untuk Penerapan Inovasi Gading Baja Sebagai Pengganti Gading Kayu bagi Pengrajin Kapal Kayu di Kabupaten Takalar Mohammad Rizal Firmansyah; Lukman Bochary; Syamsul Asri; Muhammad Rusydi Alwi; Rosmani -; Misliah Idrus; Ganding Sitepu; Wihdat Djafar
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 (2019): Membangun Masyarakat yang Kuat dan Ulet
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.47 KB) | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v2i1.63

Abstract

Currently wood raw material used for ivory or wooden ship frames is increasingly difficult to obtain because it has a special shape, where the wood for the ship's ivory must be taken from the tree in the form of curved beams, so that it is easily shaped according to the shape of the wooden ship that will be built. Some wooden ship craftsmen in South Sulawesi have faced this difficulty. One of them is a wooden ship craftsman who is part of a group of wooden ship craftsmen "TORANI" in Galesong Kota Village, Galesong District, Takalar. This group of craftsmen specifically produces fishing vessels with sizes of 10 GT to 30 GT. To overcome this problem, an alternative solution for wood ivory is needed. A study has found an alternative substitute for wood ivory, namely steel, with dimensions suitable for use on fishing vessels of 10 GT, 20 GT, and 30 GT. The dimensions of the steel ivory obtained are close to the wood ivory but with greater strength. To be able to apply the steel ivory to the wooden ship, the partner craftsmen need to be trained in its use, starting from pattern taking, making and installing steel ivory. The target of partner activities in this service activity is in the first stage of the process of applying steel ivory to wooden ships, which is capable of making steel ivory patterns. This pattern will later be used as the basis for making steel ivory on the wooden ships they built. The method of the activity carried out was training and mentoring for partner members to make steel ivory patterns in two stages as follows: The first stage was counseling and introduction to partners regarding steel ivory as a substitute for wood ivory; and the second stage is the practice and accompaniment of technology for making steel ivory patterns. The second stage includes guiding participants using equipment and equipment for making ivory patterns and guiding the practice of making steel ivory patterns taken from the shape of wooden ships by following the curves of the wooden ship's skin.
PKM Pemberdayaan Kelompok Nelayan di Desa Galesong Kota Kabupaten Takalar sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi dan Keselamatan Kerja Alwi, Muhammad Rusydi; Shintarahayu, Balqis; Clausthaldi, Fadhil Rizki; Fajar, Muhammad; Alfira, Alfira
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 6 No 2 (2023): Let us Collaborate for Community Issues
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v6i2.386

Abstract

Galesong Kota is one of the villages in Galesong District, Takalar Regency. Residents in Galesong Kota Village mostly work as fishermen, every day looking for fish across the sea for their survival. The community implements a capture fisheries system. One of the traditional capture fisheries businesses in Galesong Kota Village is called "Karya Bersama". Fishermen partners in Galesong village earn income from fishing which is still relatively low. The value of the fish caught is sometimes not enough to cover the operational costs and daily living expenses of the family. One of the reasons for the lack of fish catches is that fishing boat engines often suffer damage which causes fishermen to be unable to go out to sea. In addition, the knowledge and skills of partner fishermen regarding boat engine repair and maintenance techniques are still very minimal. In this service the methods used are interviews, socialization, and training held in the village of Galesong Kota. The interview method was carried out to find the main problems, followed by socialization and training methods to increase the knowledge and skills of fishermen to maintain boat engines with the Carbon Cleaner technique. The community's understanding and skills in solving problems increase or increase after the service process. And it is hoped that in the future fishing communities can implement their skills in maintaining and repairing machines independently so as to avoid losses caused by damage to the machine.
Analisis Efektivitas Heat Exchanger Type Shell and Tube Menggunakan CFD Nikmatullah, Muhammad Iqbal; Sitepu, Andi Husni; Rahimuddin; Hariyanto, Surya; Alwi, M. Rusydi; Ilham Nur, Muhammad
Jurnal Riset & Teknologi Terapan Kemaritiman Vol. 3 No. 1 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jrt2k.062024.01

Abstract

Heat exchanger type shell and tube merupakan alat penukar kalor yang banyak diguankan karena memiliki konstruksi yang sederhana, kokoh, kemudahan dari segi perawatan dan terhitung ekonomis. Salah satu industri perkapalan yang mengaplikasian heat exchanger type shell and tube adalah KM. Sirimau sebagai oil cooler untuk mendinginkan oil. Oil menjadi hal yang sangat penting dalam operasional permesinan kapal karena merupakan lapisan pelindung untuk memisahkan dua permukaan pada mesin yang saling bergesekan. Kenaikann suhu oil dapat menurunkan efisiensi kerja yang dapat berakibat fatal pada bagian permesinan. Sehingga perlunya pengkajian mengenai oil cooler khsususnya heat exchanger type shell and tube agar suhu oil dapat dipertahankan pada suhu tertentu. Analisis dilakukan menggunkan ANSYS untuk mengetahui selisih temperatur rata-rata logaritmik dan efektivitas heat exchanger dengan variasi tekanan pada fresh water. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan menggunakan ANSYS CFX, pada tekanan 2,2 bar diperoleh selisih temperatur rata-rata logaritmik (LMTD) sebesar 31,221 °C dengan efektivitas hasil simulasi 65,73% dan efektivitas hasil perhitungan 63,29%. Pada tekanan 2,3 bar diperoleh nilai LMTD sebesar 31,341 °C dengan efektivitas hasil simulasi 65,47% dan efektivitas hasil perhitungan 62,27%. Pada tekanan 2,4 bar nilai LMTD sebesar 31,444 °C dengan efektivitas hasil simulasi 65,24% dan efektivitas hasil perhitungan 61,31%.
Pengaruh Ekspansi Gross Tonage (GT) Pada KL. BP2IP Barombong dalam Analisa Beban Kelistrikan Rivai, H; Ikbal; Sitepu, Andi Husni; Rahimuddin; Alwi, Muhammad Rusydi; Zulkifli; Balqis Shintarahayu
Jurnal Riset & Teknologi Terapan Kemaritiman Vol. 1 No. 2 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jrt2k.122022.04

Abstract

Perencanaan dan analisis sistem kelistrikan perlu dilakukan secara berkala untuk melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dari sistem yang sedang berjalan. Ketika perubahan konstruksi ataupun volume dari kapal itu bertambah maka analisa beban kelistrikan perlu diperhatikan pula, utamnya pada saat variasi beban dilakukan. Kapal Latih BP2IP Barombong atau biasa disebut KL BP2IP Barombong merupakan kapal yang digunakan para taruna BP2IP Barombong untuk berlatih. Kapal Latih BP2IP Barombong atau biasa disebut KL BP2IP Barombong merupakan kapal yang digunakan para taruna BP2IP Barombong untuk berlatih. Volume Kapal Latih Barombong diperbesar dari ukuran 418GT menjadi ≥ 500 GT. Tujuan dari penelitian ini merencanakan nilai kebutuhan daya generator KL BP2IP setelah ekspansi GT, dengan menggunakan metode perhitungan electrical balance berdasarkan load factor pada tiap existing peralatan di atas kapal. Kemudian menganalisa beban generator menggunakan softswere ETAP (Electric Transient and Analysis Program). Berdasarkan hasil simulsi ETAP maka kebutuhan daya generator setelah ekspansi GT adalah: Kondisi Berlayar 96,6 kW, Manuver 74,29 kW, Bersandar 42,55 kW, dan Emergency 8,76 kW. Sehingga daya generator yang dipilih yaitu 2 generator masing-msing dengan spesifikasi 50 kW. Hasil analisis dapat diketahui bahwa: Bertambahnya panjang pipa pada sistem perpipaan akan mengakibatkan kenaikan kebutuhan daya pompa yang diakibatkan oleh kenaikan nilai kehilangan longitudinal pada pipa lurus oleh gesekan sepanjang pipa dalam menentukan H (head pompa) serta komponen pengkondisian udara merupakan item yang paling banyak membutuhkan daya listrik dalam operasinya. Adanya daya reaktif (kVAr) sangatlah mempengaruhi daya aktif (kW) yang bekerja pada suatu peralatan, semakin besar daya reaktif suatu peralatan maka semakin besar pula daya generator yang dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan tersebut.
Analisis Kinerja Pelayanan Kapal Penyeberangan KMP Balibo Pada Rute Bira – Pamatata Muhammad Haerullah, Haerul; Alwi, M. Rusydi; Klara, Syerly; Sitepu, Andi Husni
Jurnal Riset & Teknologi Terapan Kemaritiman Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jrt2k.122024.03

Abstract

Pelayanan kapal motor penyeberangan (KMP) Balibo pada rute Bira-Pamatata menjadi fokus penelitian ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi kinerja pelayanan KMP Balibo berdasarkan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 62 Tahun 2019 serta Standar Operasional Prosedur (SOP) PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), serta mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data melalui kuesioner kepada pengguna jasa KMP Balibo dan observasi langsung di atas kapal. Analisis data menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengidentifikasi kesenjangan antara ekspektasi penumpang dan kinerja aktual pelayanan. Hasil penelitian terhadap KMP Balibo menunjukkan adanya sejumlah kekurangan dalam aspek keamanan, kenyamanan, ketepatan waktu, informasi, dan kebersihan pelayanan. Meskipun secara umum penumpang merasa puas, namun hasil evaluasi objektif mengungkap adanya ketidaksesuaian persepsi. Berdasarkan temuan ini, penelitian merekomendasikan peningkatan fasilitas penunjang kenyamanan penumpang, keamanan, penyampaian informasi, kebersihan, dan fasilitas hiburan perlu menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kepuasan penumpang dan meningkatkan kinerja pelayanan KMP Balibo.
Analisis Penyebab Kegagalan Marine Growth Prevention System (MGPS) Untuk Sistem Pendingin Air Laut Pada Kapal Kawandoda, Yospin Kala'; Hariyanto, Surya; Klara, Syerly; Alwi, M. Rusydi
Jurnal Riset & Teknologi Terapan Kemaritiman Vol. 3 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jrt2k.122024.01

Abstract

Marine Growth Prevention System (MGPS) berfungsi untuk mencegah pertumbuhan organisme laut yang dapat mengganggu kinerja sistem pendinginan, namun sering mengalami kegagalan yang berdampak pada efisiensi operasional kapal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab kegagalan MGPS pada sistem pendingin air laut di kapal dengan menggunakan metode Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) dan diagram fishbone. Metode fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan penyebab kegagalan ke dalam kategori seperti manusia, mesin, lingkungan, dan metode. Melalui analisis FMEA, berbagai mode kegagalan diidentifikasi, termasuk korosi pada anoda dan kesalahan pengoperasian Setiap mode kegagalan dievaluasi berdasarkan severity, occurrence, dan detection, yang menghasilkan nilai Risk Priority Number (RPN) untuk menentukan prioritas tindakan perbaikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa korosi pada anoda dan kesalahan pengoperasian oleh operator memiliki nilai RPN yang tinggi, yaitu 82,1 dan 79.
Modification of Traditional Fishing Boat Outriggers into a Simple Electric Power Plant Nikmatullah, Muhammad Iqbal; Baharuddin, Baharuddin; Zulkifli, Zulkifli; Alwi, Muhammad Rusydi; Sitepu, Andi Husni
Indonesian Journal of Maritime Technology Vol. 1 No. 2 (2023): Volume 1 Issue 2, December 2023
Publisher : Naval Architecture Department, Kalimantan Institut of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/ismatech.v1i2.1050

Abstract

The outrigger is one of the components of the boat attached to the outside of the boat. Outrigger has a fairly vital function because it can make the boat stable when fishermen do activities at sea. This study aims to determine the potential of electrical energy that can be generated in the outrigger. In this study, the outrigger shape was modified so that the water flow could be directed into the outrigger cylinder and rotate the turbine to produce electrical energy. This modification was carried out without eliminating the main function of the outrigger supporting the stability of fishing boats. The electrical energy produced is stored in the battery to be used as a source of electricity for lighting at night. The results of this study indicate that the electrical energy produced by outriggers can be used as a source of lighting for traditional fishing boats. However, further research is still needed to determine the loss of ship resistance with this modification.
Pemilihan dan Perawatan Baling-Baling Penggerak Perahu Nelayan Kec. Maros Baru ., Baharuddin; Muhammad, A. Haris; Nikmatullah, Muh. Iqbal; Sitepu, Andi Husni; Rivai, Hariyanti; Shintarahayu, Balqis; Klara, Syerly; ., Zulkifly; Alwi, Rusydi; Hariyanto, Surya
JURNAL TEPAT : Teknologi Terapan untuk Pengabdian Masyarakat Vol 8 No 1 (2025): Community Empowerment through Higher Education Community Service Programs
Publisher : Faculty of Engineering UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jurnal_tepat.v8i1.569

Abstract

The ship's driving system and propeller are components of the ship's propulsion device, and although they have been made in such a way and are strong, they will be damaged along with their service life. Damage to the propeller blades due to cavitation will have an impact, triggering noise and vibrations, and it will be the leading cause of decreased propeller thrust. Low ship propulsion efficiency increases fuel costs, making the ship unseaworthy and less efficient. Broken propeller blades when the ship is at sea threaten the safety of the ship and threaten the safety of the fishermen's lives. From the above conditions, the 2024 LBE-Collaboration PPM Program was held to provide counseling to members of the target fishermen group, "Kanja'tongeng", Borikamase Village, Maros Baru District, so that they can carry out maintenance on the ship's shaft and propeller independently in a good and correct manner. The evaluation results of activity achievements were carried out using the questionnaire method during the pre-test and post-test. Both showed a fairly adequate level of success. The number of participants who initially did not understand the extension material decreased from 67.86% to 12.05%. Likewise, there was an increased understanding of the material on ship shaft and propeller maintenance, as seen from the number of participants who initially understood it to an excellent level, from 11.90% to 39.16%. The achievement indicators above show that the PPM LBE-Collaboration 2024 program has been successful and is running effectively. This success, of course, not only increases the technical knowledge of fishermen about ship shaft and propeller maintenance, but will also improve aspects of ship safety and ship seaworthiness.
Analisis Kegagalan Intercooler Pada Mesin Utama Kapal Tugboat Dengan Metode Root Cause Analysis (RCA) dan Event Tree Analysis (ETA) Hariyanto, Surya; Alpiyanti, Alpiyanti; Alwi, M. Rusydi; Zulkifli, Zulkifli
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 27 No 2 (2023)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.112023.04

Abstract

Tugboat adalah kapal yang digunakan untuk melakukan manuver atau pergerakan seperti menarik atau mendorong kapal lain di pelabuhan maupun di laut lepas. Tugboat dilengkapi dengan mesin induk sebagai penggerak utama untuk menjalankan fungsinya. Salah satu kendala utama dalam pengoperasian mesin induk kapal adalah kegagalan pada intercooler yang disebabkan oleh kisi-kisi intercooler yang kotor sehingga menghambat aliran udara. Hal ini mengurangi kemampuan intercooler dalam menurunkan suhu udara yang masuk ke ruang bakar, sehingga dapat berdampak pada performa mesin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab, dampak, dan upaya pencegahan kegagalan intercooler pada mesin induk kapal tugboat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Root Cause Analysis (RCA) dan Event Tree Analysis (ETA). Objek penelitian dilakukan pada kapal KT. Anoman VIII yang berada di PT Pelabuhan Indonesia. Hasil penelitian berdasarkan metode RCA menunjukkan terdapat 18 penyebab yang terdiri dari empat faktor utama, yaitu faktor material, faktor peralatan, faktor manusia, dan faktor lainnya. Penyebab dengan probabilitas tertinggi adalah faktor peralatan, yaitu adanya kotoran di sisi masuk air (inlet water side) dengan probabilitas sebesar 0,04763. Sementara itu, hasil ETA menunjukkan bahwa output E memiliki indeks risiko tertinggi, yaitu 7, dengan tingkat risiko pada level sedang. Indeks frekuensi berada pada kategori reasonably probable, yang berarti kejadian tersebut kemungkinan besar dapat terjadi. Indeks keparahan berada pada tingkat serius, yang berarti tingkat bahayanya tinggi.
Identifikasi Risiko Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area Sistem Docking di Galangan Kapal dengan Metode JSA melalui Pendekatan HIRADC Hariyanto, Surya; Saputra, Andika; Alwi, M. Rusydi; Baharuddin, Baharuddin; Rivai, Haryanti
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 27 No 2 (2023)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25042/jpe.112023.02

Abstract

Identifikasi risiko bahaya merupakan bagian dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) untuk mengetahui bahaya yang ada pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dan memberikan pengendalian yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Area kerja sistem doking di galangan kapal sebagai area yang memiliki jenis pekerjaan pada kegiatan pengedokan yaitu docking dan undocking. Oleh karena pengedokan memiliki jenis tahapan pekerjaan, maka penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisa risiko bahaya apa saja dalam tahapan pekerjaan pengedokan dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) di graving dock, slipway dock, dan airbag dock dan pengendalian risiko melalui analisa pendekatan HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment and Determining Control). Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan metode concurrent mix method yang sumber analisanya berdasarkan ISO 45001 : 2018. Penelitian ini dilakukan di perusahaan galangan kapal PT. Industri kapal Indonesia (IKI) dengan informan berasal dari pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung pada tahapan pekerjaan docking dan undocking yaitu kepala proyek, pengawas K3, dan pekerja-pekerja di dok. Hasil penelitian dari analisa identifikasi risiko diperoleh variabel risiko dengan kategori bahaya yang tinggi diantaranya item B.1.a di slipway dock, item B.4.b di slipway dock, dan item C.5.c di airbag dock dengan masing-masing presentase probabilitas sebesar 45,81%, 30,32%, dan 24,52%. Dan masing-masing presentase konsekuensi sebesar 56,13%, 30,32%, dan 41,94%. Setelah dilakukan pengendalian risiko dengan pendekatan HIRADC, hasil yang diperoleh bahwa terjadi penurunan tingkat risiko menjadi kategori risiko rendah pada tahapan-tahapan pekerjaan pengedokan di area sistem docking galangan kapal PT. IKI Makassar, dan tidak adanya lagi kategori risiko ekstrim, kategori risiko tinggi, maupun kategori risiko sedang.