Tidak meratanya pembangunan dan berpusatnya kegiatan perekonomian di Jakarta, menyebabkan pertambahan penduduk di Jakarta sangat cepat. Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringin dengan lahan untuk pemukiman menyebabkan harga tanah di Jakarta sangat mahal, hal ini menyebabkan masyarakat mencari alternatif di wilayah sub-urban yaitu Tangerang Selatan yang harga tanahnya jauh lebih murah. Dengan Tangerang Selatan yang dijadikan wilayah altenatif, menyebabkan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Untuk melihat permasalahan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali atau urban sprawl, peneliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik analisis Normalize Difference Built-Up Index dengan membandingkan kota Tangerang Selatan dengan rentang tahun 1993-2023. Hasil menunjukan bahwa terjadi perubahan alih fungsi lahan menjadi area terbangun yang tidak terkendali dari tahun 1993-2023 sebesar 231%, yang dimana perubahan terbesar terjadi padahun tahun 2003-2013 dengan 124% perubahan, lalu diikuti tahun 2013-2023 70%, dan terakhir tahun 1993-2003 37%. Dengan nilai perubahan yang sangat besar ini, perlu peran pemerintah untuk menegaskan perarturan tata ruang kota, agar tidak terjadi permasalahan akibat pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.