Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : REKAYASA

Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear to Row Selection) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) Amzeri, Achmad
Rekayasa Vol 12, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.83 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v12i1.5228

Abstract

Seleksi satu tongkol satu baris merupakan modifikasi seleksi massa yang merupakan salah satu metode seleksi yang dapat meningkatkan produksi dan karakter lain pada tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji 20 genotip hasil seleksi tongkol pada tahun pertama. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura pada bulan Januari 2018 - April 2018.  Genotip yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 genotip jagung hasil seleksi   tanaman (tongkol) pada tahun pertama, yaitu : G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G17, G18, G19 dan G20.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh genotip, apabila hasilnya signifikan maka dilakukan  uji lanjut menggunakan Uji BNJ pada taraf 5%.  Heritabilitas digunakan untuk mengukur pengaruh genetik dan lingkungan pada karakter tanaman jagung.  Koefesien keragaman genetik dan fenotip untuk menghitung keragaman genetik karakter tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua puluh genotip yang diuji memiliki perbedaan penampilan yang nyata pada karakter  diameter tongkol, diameter jenggel, berat tongkol per tanaman, berat biji per tanaman, berat 100 biji dan produksi per hektar.  Nilai heritabilitas dalam arti luas 20 genotip yang diuji berkisar antara 8,935 sampai 96,43%.  Karakter tinggi letak tongkol, karakter diameter jenggel, berat tongkol per tanaman, Berat biji per tanaman, berat 100 biji dan produksi per hektar memiliki keragaman genetik sedang.  Dihasilkan 9 genotip yang digunakan sebagai bahan untuk program seleksi berikutnya yaitu G8, G11, G12, G13, G15, G17, G18, G19  dan G20 karena memiliki produksi per hektar terbaik.  EAR TO ROW SELECTION IN MAIZE PLANT (Zea mays L.)ABSTRACT Ear to row selection is a modification of mass selection which is one of the selection methods that can increase production and other characters in plants. The objective of this research was to evaluate 20 genotypes of cob selection results in the first year. This research was conducted at the experimental station Agrotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, University Trunojoyo of Madura, from January to April 2018.  The Genotypes used, were: G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13, G14, G15, G16, G17, G18, G19 dan G20. The design of this research was a randomized block design with three replications. Data were analyzed with F-test then continued with HSD test (α=5%).  Heritability is used to measure genetic and environmental influences on the characteristics of maize plants.  Coefficient of Genetic diversity and phenotype to calculate the genetic diversity of the characteristics of maize plants.  The results showed that 20 genotypes tested had significant differences in appearance on the character of cob diameter, beard diameter, cob weight per plant, seed weight per plant, the weight of 100 seeds and production per hectare. Heritability values in the broad sense of 20 genotypes tested ranged from 8,935 to 96.43%. The character of cob position height, beard diameter character, cob weight per plant, Seed weight per plant, the weight of 100 seeds and production per hectare have medium genetic diversity. Obtained 9 genotypes were used as materials for the next selection program, namely G8, G11, G12, G13, G15, G17, G18, G19, and G20 because they had the best production per hectare.Keyword: Ear to row selection, a maize plant, heritability, coefficient of genetic diversity
TINJAUAN PERKEMBANGAN PERTANIAN JAGUNG DI MADURA DAN ALTERNATIF PENGOLAHAN MENJADI BIOMATERIAL Amzeri, Achmad
Rekayasa Vol 11, No 1: April 2018
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.033 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v11i1.4127

Abstract

Penyebaran jagung lokal diperkirakan kurang dari 25% yang mayoritas ditanam di Madura (Jawa Timur), Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan benih. Dengan demikian, peran jagung sebetulnya sudah berubah lebih sebagai bahan baku industri dibanding sebagai bahan pangan. Luas wilayah yang sangat sesuai untuk budidaya jagung mencapai 70.279,5 ha atau 15,4% dari luas wilayah Madura. Luas wilayah yang sesuai mencapai 211.512,3 ha atau 46,3%. Luas wilayah yang kurang sesuai 161.098,6 ha atau 35,3% dan wilayah yang tidak sesuai untuk budidaya jagung mencapai 13.732,0 ha atau 3% dari luas wilayah Madura. Lahan di Madura sebagian besar (lebih dari 90%) jagung yang dikembangkan untuk pangan adalah jenis lokal, sedangkan di Jawa Timur, selain Madura, telah didominasi (lebih dari 70%) oleh varietas unggul bersari bebas dan hibrida. Budidaya jagung di Madura masih dilaksanakan secara sederhana (tradisonal) yang biasa dilakukan secara turun temurun. Petani masih sulit diajak untuk melakukan perubahan dan menerapkan bercocok tanam yang dapat meningkatkan produksinya, baik mengenai penggunaan varetas unggul, pemakaian pupuk, pemeliharaan tanam maupun jarak tanamnya. Sampai saat ini jenis jagung yang dibudidayakan masih menggunakan varietas lokal yang tingkat produksinya masih rendah. Melihat potensi lahan pertanian untuk jagung di Madura, maka paradigma petani yang memanfaatkan jagung untuk konsumsi (subsisten) harus dirubah pemanfaatannya menjadi jagung untuk industri.
Pewarisan Karakter Kuantitatif Persilangan Tanaman Melon Badriyah Badriyah; Achmad Amzeri
Rekayasa Vol 15, No 2: Agustus 2022
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v15i2.15107

Abstract

One of the efforts to solve the problem of limited quality melon seeds is to assemble melon varieties with distinctive fruit characters in terms of shape, taste, and color of the flesh. In general, farmers choose meon seeds that have a sweet taste, flesh color, large fruit size, and have a long shelf life. Analysis of quantitative character inheritance is very important in plant breeding programs. This analysis is used to obtain genetic information consisting of the number of genes controlling the character, gene action, genetic diversity, heritability and other genetic information. This study aims to study the inheritance pattern of several quantitative characters in melon crosses. The research design was a randomized block design with eight genotypes as treatment. The results showed that there was a maternal effect on the two crosses of melon plants G1 ((PK-669 x D-612) and G3 ((PK-361 x PK-165) on the characters of fruit diameter, fruit length, fruit weight, and leaf area. Heritability values in a broad sense on all parameters ranged from 0.95-1.00.
Seleksi Tanaman Jagung Toleran pada Cekaman Kekeringan Ach Hasin Syauqi; Achmad Amzeri
Rekayasa Vol 16, No 1: April 2023
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v16i1.20906

Abstract

Salah satu strategi dalam mengatasi permasalahan rendahnya produksi jagung pada lahan kering beriklim kering di Madura adalah merakit varietas yang toleran terhadap kekeringan dan mempunyai potensi produksi tinggi.  Langkah awal dalam perakitan varietas yang toleran terhadap kekeringan adalah melakukan seleksi terhadap plasma nutfah (genotip) potensial untuk mengetahui toleransi setiap genotip yang diuji terhadap cekaman kekeringan.  Tujuan Penelitian adalah untuk untuk menyeleksi beberapa genotip tanaman jagung yang tahan terhadap cekaman kekeringan.  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 20 genotip dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 60 unit percobaan. 20 genotip terdiri dari 19 galur jagung potensial dan varietas Anoman sebagai pembanding. Penelitian cekaman kekeringan mengikuti metode CIMMYT, yaitu cekaman kekeringan berlangsung pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam (HST) sampai panen tetapi memberikan pengairan dengan kapasitas lapang  mulai 0 HST sampai 40 HST dengan interval 10 hari sekali.  Pada kondisi optimum, pengairan dilakukan dengan interval 10 hari sekali dengan cara memberikan pengairan sampai pada kapasitas lapang mulai tanaman berumur berumur 0 HST sampai tanaman berumur 80 HST.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa G3, G6, G8, G15, dan G18 merupakan genotip yang tahan terhadap cekaman kekeringan.
Penampilan 10 Kandidat Jagung Hibrida Berdaya Hasil Tinggi dan Toleran terhadap Kekeringan Ramlan, Ach Rofiqi; Amzeri, Achmad; Chan, Caroline; Suhartono, Suhartono; Umam, Ahmad Syaiful
Rekayasa Vol 18, No 2: Agustus, 2025
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v18i2.30907

Abstract

One way to increase maize productivity in dry land is to develop superior maize varieties with high production, early maturity, and resistance to drought stress. The study aims to evaluate the characteristics of 10 hybrid maize candidates with high production, early maturity and resistance to drought stress. The research used a Randomized Complete Block Design (RCBD) with 13 genotypes (10 hybrid maize candidates, three comparison varieties (Jakaring, Pioneer-X, and Bisi-X)) as treatments. It was repeated three times, so that there were 39 experimental units. Drought stress using the CYMMYT method, namely drought stress, is carried out when the plants are 50 DAP until harvest, but providing irrigation with field capacity at 0 to 40 DAP with an interval of every 10 days. The observation parameters in this study were plant height, number of leaves, leaf length, leaf area, ear height, days of 50% tasseling, days to 50% silking, harvest age, number of kernel rows, weight of cob with husk, ear length, ear diameter, kernel width, kernel length, kernel thickness, kernel diameter, 1000-kernel weight, and production per hectare. The results of the study showed that the thirteen tested characters showed a very significant effect of the treatment, namely plant height, number of leaves, leaf length, leaf area, ear height, days of 50% tasseling, days to 50% silking, harvest age, number of kernel rows, weight of cob with husk, ear length, kernel width, and 1000-kernel weight. Four characters showed a significant effect of treatment: kernel length, kernel thickness, kernel diameter, and production per hectare. The ear diameter character did not show any significant differences between treatments. The broad heritability values for all tested characters for the 13 genotypes ranged from 49.90 to 97.90. Production per hectare was positively correlated with ear length (0.79**), ear diameter (0.37*), and kernel thickness (0.59**). Furthermore, the production character per hectare is negatively correlated with harvest age (-0.49**) and kernel length (-0.38*). G1, G2, G3, and G6 are the hybrid maize candidates selected for the release of hybrid varieties with high production and early maturity.
Identifikasi Tanaman Melon Toleran Cekaman Kekeringan Umam, Ahmad Syaiful; Amzeri, Achmad; Husna, Arifah
Rekayasa Vol 18, No 2: Agustus, 2025
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v18i2.31405

Abstract

Identifikasi tanaman melon yang tahan terhadap cekaman kekeringan merupakan solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman melon pada lahan kering. Tujuan penelitian adalah identifikasi karakter-karakter melon dan menyeleksi toleransi melon terhadap cekaman kekeringan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok  faktorial yang terdiri dari 2 faktor.  Faktor pertama terdiri dari 10 taraf genotip tanaman melon dan faktor kedua terdiri dari 2 taraf, yaitu Irigasi 100% (100% kapasitas lapang) dan irigasi 50% (50% kapasitas lapang). Penelitian terdiri dari 20 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 ulangan sehingga dihasilkan 60 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 5 tanaman dan pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel pada setiap unit percobaan. Karakter tanaman yang diamati adalah umur berbunga jantan, umur berbunga betina, umur panen, kadar gula (oBrix), bentuk buah, warna kulit buah, warna buah, net pada kulit buah, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, berat buah, dan produksi per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan menurunkan produksi per hektar sebesar 26.36%. Nilai ISK rata-rata menunjukkan bahwa terdapat 3 genotip yang toleran terhadap cekaman kekeringan dan 7 genotip yang tidak tahan terhadap cekaman kekeringan. Tanaman melon yang direkomendasikan untuk dikembangkan pada lahan kering adalah G2, G3, G5, dan G6.
Seleksi Galur Jagung Tahan terhadap Cekaman Kekeringan Menggunakan PEG 6000 pada Fase Perkecambahan Ahadiyah, Izdihar Suci; Suhartono, Suhartono; Amzeri, Achmad; Umam, Ahmad Syaiful
Rekayasa Vol 18, No 1: April 2025
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v18i1.30395

Abstract

Seleksi galur jagung terhadap cekaman kekeringan merupakan langkah awal untuk merakit varietas jagung dengan karakter produksi tinggi dan tahan terhadap cekaman kekeringan.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakter galur jagung pada fase perkecambahan dan menseleksi ketahanan galur jagung pada fase perkecambahan menggunakan PEG 6000. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah 20 galur jagung dan faktor kedua adalah kosentrasi PEG 6000 yaitu 0% (Potensial osmotik : 0 Mpa), 5 % (potensial osmotik -0,03 Mpa), 10 % (potensial osmotik : -0,19 Mpa), 15% (potensial osmotik : -0.41 Mpa), dan 20% (potensial osmotik : -0,67 Mpa). Karakter yang diamati adalah daya berkecambah, panjang akar dan tunas, berat basah kecambah, berat kering kecambah, dan Indeks Sensitivitas Kekeringan (ISK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian larutan PEG 6000 sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20% sebagian besar menurunkan nilai karakter daya kecambah, panjang akar dan tunas, berat basah kecambah, dan berat kering kecambah dibandingkan dengan kontrol (pemberian larutan PEG sebesar 0%).  Perlakuan pemberian larutan PEG 6000 pada kosentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% pada semua karakter terdapat perbedaan nyata pada 20 galur yang diuji kecuali untuk karakter berat kering kecambah pada perlakuan pemberian PEG 6000 sebesar 15%. Galur jagung yang toleran terhadap cekaman kekeringan adalah G1, G2, G3, G8, G9, G13, dan G20.
Daya Gabung dan Heterosis Melon Hibrida pada Ketahanan terhadap Powdery Mildew dan Produksi Tinggi Amzeri, Achmad; Hidayah, Nur
Rekayasa Vol 15, No 3: Desember 2022
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/rekayasa.v15i3.26123

Abstract

Evaluasi nilai daya gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK), heterosis dan heterobeltiosis dibutuhkan untuk menentukan arah program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya gabung dan heterosis komponen hasil tanaman melon hibrida pada persilangan diallel lengkap untuk memilih melon hibrida yang mempunyai sifat tahan terhadap penyakit powdery mildew dan produksi tinggi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pamekasan-Madura, Indonesia. Penelitian meng gunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 25 genotip sebagai perlakuan dan diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga terdapat 75 unit percoban.  Genotip yang digunakan adalah 25 genotip hasil persilangan dialel lengkap, yaitu : 5 penyerbukan sendiri tetua, 10 tanaman F1 dan 10 tanaman F1 resiprok. Parameter pengamatan adalah infeksi tingkat daun, tingkat infeksi tanaman, tingkat infeksi populasi, dan bobot buah. Pendugaan daya gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK) dan heterosis diperoleh dari analisis dialel menggunakan pendekatan Griffing metode I.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakter tingkat infeksi daun dan bobot buah dikendalikan oleh oleh aksi gen aditif sedangkan untuk karakter tingkat infeksi tanaman dan tingkat infeksi populasi dikenndalikan oleh aksi gen dominan.  Pengaruh ekstrakromosomal terjadi pada karakter tingkat infeksi populasi dan bobot buah.  Galur 1 (PK165), galur 3 (PK464) dan 5 (PK667) mempunyai DGU tinggi pada karakter bobot buah sehingga bisa digunakan untuk merakit varietas hibrida berdaya hasil tinggi atau digunakan sebagai varietas unggul bersari bebas. Persilangan 1(PK165) x3(PK464), 2 (PK176)x5(PK667), 3(PK464)x1(PK165), dan 3(PK464) x5(PK667) adalah hibrida yang mempunyai nilai DGU, DGK, heterosis dan hetrobeltiosis tinggi pada karakter bobot buah, tingkat infeksi daun, tanaman dan populasi.