Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

EVALUASI KUALITAS BERBAGAI DAGING UNGGAS AIR PASCA RESTRUKTURISASI MENJADI PRODUK NUGGET MIWADA, I NYOMAN SUMERTA; LINDAWATI, S. A.; HARTAWAN, MARTINI; SUTAMA, I NYOMAN SUTARPA; WIJANA, WAYAN; ARIANA, I NYOMAN TIRTA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 13, No 3 (2010)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.358 KB)

Abstract

Teknik deboning pada karkas unggas menghasilkan daging yang relatif kecil dan tidak beraturan. Perlu teknologiuntuk meminimalkan kerusakan kualitas daging unggas tersebut. Teknologi restrukturisasi daging merupakanteknologi untuk memperbaiki kualitas daging yang berukur kecil-kecil dan tidak beraturan dengan melekatkankemabali menjadi ukuran yang lebih besar dan produk tersebut sering dikenal dengan nama nugget. Tujuan penelitianini adalah untuk mengkaji kualitas produk nugget hasil restrukturisasi berbagai daging unggas dan sekaligusingin diketahui pengaruh jenis daging unggas (itik, entok dan tiktok) terhadap kualitas nugget. Metode penelitianmenggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakukan yakni T1 = nugget itik, T2 = nugget entok danT3 = nugget tiktok, dengan pengulangan masing-masing perlakuan sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkanbahwa hasil restrukturisasi daging menjadi nugget menghasilkan kualitas fisik (pH dan DIA) yang berbeda nyata(P<0,05), sementara nilai aw tidak nyata perbedaannya dan berkisar antara 0,893-0,913. Nilai pH T1 paling tinggidiikuti T2 dan T3 (berturut-turut 6,39; 6,26; dan 6,01). DIA pada T2 (82,81%), T3 (82,29) dan T1 (81,81). Kualitaskimia nugget menghasilkan kadar air paling tinggi pada T2 (60,24%) (P<0,05), diikuti T3 (59,24%) dan T1 (58,32%). Kajian terhadap kadar protein nugget hasil restrukturisasi daging itik, entok dan tiktok menunjukkan hasilyang sama dengan kisaran antara 18,49 %-19,51 %. Kadar lemak secara keseluruhan diantara masing-masing perlakuanberbeda nyata (P<0,05), berturut-turut, 8,79%; 6,59% dan 5,66%. Kajian produk nugget terhadap penilaianpanelis menyangkut warna dan citarasa, nugget itik berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya. Warnanugget yang diberikan panelis berkisar antara 5,30-6,30 sementara kisaran citarasa antara 5,05-6,20. Tekstur nuggetsecara keseluruhan diantara masing-masing perlakuan berbeda nyata (P<0,05), berturut-turut, 5,00; 5,85 dan6,45. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa restrukturisai berbagai daging unggas menjadi produk nugget memberikanpengaruh berbeda pada kualitas fisik (khususnya pH dan DIA serta nilai aw tidak terpengaruh), kualitaskimia (hanya kadar protein yang tidak terpengaruh) dan penilaian organoleptik nugget (tekstur nugget paling nyataterpengaruh).
PENGARUH PENGGUNAAN PREBIOTIK DALAM RANSUM TERHADAP PROFIL LIPID SERUM DAN KOLESTEROL DAGING AYAM KAMPONG SUTAMA, I N. SUTARPA; SUSILA, T. G. O; LINDAWATI, S. A.; INDRAWATI, R.R.; ARIANA, I N TIRTA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 13, No 3 (2010)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.197 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan prebiotik dalam ransum terhadap profil lipidserum dan kolesterol daging ayam kampong. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), denganempat perlakuan (0, 10, 20 dan 30% prebiotik) dan tiga ulangan. Setiap ulangan menggunakan lima ekor ayamkampung dengan bobot badan berkisar antara 28,73-28,77 g. Ransum yang digunakan berbentuk tepung (mash),dengan kandungan energi metabolis 2.900 kkal/kg dan protein 18%. Ransum dan air minum diberikan ad libitumselama 12 minggu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan prebiotik 10-30% dalam ransumnyata (P<0,05) menurunkan VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), TG (Trigliserida)serum, kolesterol daging dan laju alir ransum, disisi lain tidak mempengaruhi (P>0,05) HDL (High DensityLipoprotein) dan kolesterol serum. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa penggunaan prebiotik 10-30% dalam ransum menurunkan profil lipid dan kolesterol daging, kecuali HDL dan kolesterol serum.
MORTALITAS DAN PENAMPILAN ANAK BABI PRASAPIH YANG DIINJEKSI DENGAN TYSINOL PADA UMUR YANG BERBEDA TIRTA ARIANA, I N.; SUMARDANI, N. L. G.; DEWANTARI, M.; SUARTA, I G.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 15, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.032 KB) | DOI: 10.24843/mip.2012.v15.i01.p07

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang paling baik dilakukan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih sehingga diperoleh penampilan yang terbaik dan tingkat mortalitas terendah. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan yaitu tidak diinjeksi dengan Tysinol (I0), injeksi dengan Tysinol pada umur 1 hari (I1), dan injeksi dengan Tysinol pada umur 3 hari (I3). Anak babi prasapih berasal dari 4 induk (blok) dengan 3 kali ulangan, sehingga dipergunakan anak babi prasapih sebanyak 36 ekor. Hasil penelitian menunjukkan dengan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih umur 1 hari (I1) diperoleh berat badan sapih (39%), tambahan berat badan harian (38%), lingkar dada (5,9%), dan panjang badan (6%) yang nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa injeksi Tysinol (Io) (P<0,05). Pada variabel yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antara Io dan I3 (P>0,05). Untuk variabel tinggi badan dan mortalitas diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan yang diberikan (P>0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anak babi yang baru lahir harus diberikan Tysinol, dan sebaiknya diinjeksi pada umur 1 (satu) hari setelah kelahiran.
STATUS FISIOLOGI BABI YANG DIBERI LARUTAN ORALIT SELAMA PENUNDAAN WAKTU PEMOTONGAN TIRTA ARIANA, I N.; LINDAWATI, S. A.; OKA, A. A.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 16, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.213 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2013.v16.i01.p07

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan oralit pada babi selama penundaan waktu pemotongan terhadap kondisi fisiologisnya yang meliputi frekuensi nafas, suhu tubuh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3X4 (4). Faktor pertama terdiri atas empat perlakuan, yaitu penundaan waktu pemotongan selama 1-6 jam (Lo), penundaan waktu pemotongan selama 20-24 jam (L1), penundaan waktu pemotongan selama 42-48 jam (L2), dan penundaan waktu pemotongan selama 64-72 jam (L3). Faktor kedua terdiri atas 3 (tiga) perlakuan, yaitu tanpa pemberian larutan oralit (Oo), pemberian laruran oralit (gula 150 gr + garam 15 gr) (O1), dan pemberian larutan oralit (gula 300 gr + garam 30 gr) (O2), sehingga ada 12 kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali, babi yang digunakan sebanyak 48 ekor. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara larutan oralit yang diberikan pada setiap penundaan waktu pemotongan (P>0,05). Penundaan waktu pemotongan mempengaruhi frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu tubuh ternak babi (P<0,05). Secara terpisah pemberian larutan oralit O1 dan O2 dengan nyata dapat memperbaiki status fisiologi babi selama penundaan waktu pemotongan. Kesimpulan dari hasil penelitian ini, penundaan pemotongan mempengaruhi status fisiologis babi, dan penundaan waktu pemotongan yang optimum adalah 1-2 hari (L1-L2), disarankan memberikan larutan oralit O1 setiap penambahan waktu pemotongan.
PENGARUH MODEL LANTAI KANDANG DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ANAK BABI LEPAS SAPIH ARIANA, I N.TIRTA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 14, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.292 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model lantai kandang terhadap penampilan produksi anakbabi lepas sapih. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan pola faktorial 3x2(3). Faktor pertamaterdiri dari model lantai kandang dari sekam (LS), model lantai kandang panggung (LP), dan model lantai kandangdari beton (LB). Faktor kedua terdiri dari jenis kelamin jantan kastrasi (KJ) dan jenis kelamin betina (KB). Diperoleh6 (enam) kombinasi perlakuan dan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan menggunakan 20 ekor babi, sehinggajumlah anak babi yang dipergunakan sebanyak 180 ekor. Hasil penelitian menunjukkan, tidak terjadi interaksiantara jenis kelamin dengan model lantai kandang (P>0,05). Penampilan produksi anak babi pada model lantaisekam tidak berbeda nyata dengan penampilan produksi pada model lantai panggung (P>0,05), namun nyatalebih tinggi penampilan produksinya jika dibandingkan dengan anak babi yang dipelihara pada model lantai beton(P<0,05). Disimpulkan bahwa pemeliharaan anak babi dengan model lantai sekam dan model panggung menghasilkanpenampilan produksi yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak babi yang dipelihara pada modellantai beton.
KOMBINASI METODE STEAMING-UP DAN FLUSHING DALAM MENINGKATKAN LITTER SIZE BABI LANDRACE SUMARDANI, N L. G.; WARMADEWI, D.A.; ARIANA, I N TIRTA; INDRAWATI, R.R.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 13, No 3 (2010)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.487 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah anak babi Landrace dengan menggunakan metode steaming-up (injeksi ovalumon) dan flushing (penambahan glukosa dalam ransum) pada 12 ekor babi induk. Penelitianini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola percobaan faktorial 2×2. Faktor pertama (H)adalah steaming-up dengan injeksi ovalumon, dibagi menjadi dua yakni tanpa injeksi (H0) dan dengan injeksi(H1). Faktor kedua (F) adalah flushing dengan penambahan glukosa, dibagi menjadi dua yakni tanpa glukosa (F0)dan dengan glukosa (F1). Injeksi 3 ml ovalumon (2.000 i.u Estrogen) pada tiap ekor induk diberikan melalui suntikandibawah kulit belakang telinga hari ke-10 setelah penyapihan. Pemberian pakan tambahan berupa 100grglukosa dalam ransum dilakukan mulai penyapihan sampai saat induk dikawinkan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa rataan jumlah anak babi per kelahiran (litter size) pada H0F0 (kontrol); H0F1; H1F0 dan H1F1 masingmasingadalah 4,33±0,58; 7,67±0,58; 7,00±0,99 dan 9,33±0,58 ekor. Bobot lahir anak per induk masing-masingadalah 4,10±0,38; 6,12±0,05; 5,86±0,50 dan 7,14±0,25 kg; dan bobot lahir anak per ekor masing-masing adalah0,95±0,03; 0,80±0,06; 0,84±0,07 dan 0,77±0,03 kg, serta munculnya berahi setelah penyapihan masing-masingadalah 14,67±0,58; 13,00±0,58; 12,67±0,58 dan 11,33±0,58. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwametode steaming-up dan flushing pada babi landrace dapat mempercepat munculnya berahi setelah penyapihananak, meningkatkan litter size, berpengaruh terhadap bobot lahir per induk dan bobot lahir per ekor.
Management and Entrepreneurship Assistance for Rural Pig Farming Group in Bali Ni Wayan Sitiari; Ni Nengah Seri Ekayani; I Nyoman Tirta Ariana
Asian Journal of Community Services Vol. 3 No. 9 (2024): September 2024
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/ajcs.v3i9.11415

Abstract

The Community Partnership Program aimed to enhance pig farmers' swine breeding management skills and entrepreneurial orientation in Manikyang village, Bali. Through counseling and mentoring, farmers improved their knowledge of piglet selection, feed composition, and pen layout. The program also introduced online marketing strategies and basic book-keeping. Farmers displayed high enthusiasm and began to see pig farming as a profitable business. Initial challenges included misunderstandings of optimal farming practices and a lack of entrepreneurial mindset and systematic book-keeping. Despite these obstacles, the program achieved significant improvements. Farmers now understand the importance of proper management and entrepreneurial practices. However, ongoing support is essential to further enhance the farmers' risk-taking abilities and sustain progress, ensuring long-term success and development.