Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

RE-VEGETASI TANAH VULKANIS TANDUS DENGAN AIR SUMUR Simpen, I Nengah; Sutama, I Nyoman Sutarpa; Redana, I Wayan; Zulaikah, Siti
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2015: PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA UNDIKSHA 2015
Publisher : Prosiding Seminar Nasional MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Tanah vulkanis merupakan suatu perlapisan tanah yang terbentuk oleh hamparan material letusan gunung berapi saat meletus. Tanah vulkanis biasanya tandus. Perlu waktu yang lama bertahun-tahun dan bahkan sampai berpuluh-puluh tahun untuk menumbuhkan kembali vegetasi (re-vegetasi) di daerah ini. Untuk itu perlu dicari suatu cara agar pada tanah yang semula tandus dapat sesegera mungkin ditumbuhi tanam-tanaman, sehingga tanah vulkanis menjadi produktif. Melihat kondisinya yang seperti ini dapatlah dianalisa bahwa masalah utama pada daerah tersebut adalah air dan cara mengelolanya. Di sini diberikan salah satu contoh untuk mencari air pada daerah tanah vulkanis tandus yaitu dengan Metoda Geolistrik. Dari hasil yang didapat bahwa walaupun bagian atasnya berupa tanah vulkanik tandus, namun di bawahnya masih terpendam akuifer-akuifer yang dapat disadap airnya. Setelah airnya didapat, airnya mestinya dikelola sehngga dapat dipakai oleh hewan maupun tumbuhan. Simbiosis antara hewan dan tumbuhan dapat mempercepat proses re-vegetasi pada daerah vulkanis tandus. Sebagai hasil studi, dapat dilihat pada beberapa daerah di Kabupaten Karangasem Bali.Kata kunci: Re-vegetasi, Tanah vulkanis tandus, Metoda Geolistrik, Air sumur
KUALITAS DAGING ITIK BALI BETINA YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG TEPUNG DAUN PEPAYA TERFERMENTASI SITI N. W.; I N. S. SUTAMA; N. M. S. SUKMAWATI; I N. ARDIKA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 24 No 1 (2021): Vol. 24 No. 1 (2021)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2021.v24.i01.p04

Abstract

The research objective was to know the effect of fermented papaya leaf meal in diet to quality of female bali duck meat. The design used was Completely Randomized Design with 3 treatments and 5 replicates, each treatment used 2 female bali duck on the age of 12 weeks. The 3 treatments were levels of fermented papaya leaf meal i.e. 0%, 8% and 16% for treatment A, B, and C respectively. Variables observed were diminishing cook meat, water holding capacity, pH, water content, protein content, fat content and dry matter content. The research results showed that water content, diminishing cook and pH of the treatments A, B and C were non significantly different (P>0.05). Di- minishing row meat of the treatment B was significantly higher (P<0.05) but, its water holding capacity was lower significantly different (P<0.05) than the A and C. Meat protein content of the treatment C was higher significantly (P<0.05) but, its muscular fat was lower significantly (P < 0.05) compare to the treatments A and B. From the re- sults of the study it can be concluded that the addition of fermented papaya leaf meal at the level of 8%-16% in the ration can improve the quality of the meat of female bali ducks aged 26 weeks.
KOMPONEN NON KARKAS ITIK BALI JANTAN UMUR 8 MINGGU YANG DIBERI RANSUM BIOSUPLEMEN YANG MEMANFAATKAN BAKTERI UNGGUL ASAL RAYAP Suartiningsih N P.M; G.A.M.K Dewi; I.A.P Utami; I N.S Sutama
Jurnal Peternakan Tropika Vol 4 No 1 (2016)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen non karkas itik bali jantan umur 8 minggu yang diberi ransum biosuplemen dengan memanfaatkan inokulan bakteri unggul asal rayap. Penelitian ini dilaksanakan selama 12 minggu yang berlokasi di Desa Peguyangan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar, Bali. Itik yang digunakan dalam penelitian yaitu itik bali umur 2 minggu. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan sehingga diperoleh 15 unit percobaan dengan memanfaatkan limbah isi rumen sapi bali sebanyak 20% dan inokulan bakteri unggul asal rayap yang berbeda sebanyak 0,5%. Perlakuan tersebut yaitu RB (ransum basal tanpa biosuplemen), RBio0 (ransum basal dengan biosuplemen), RBio1 (ransum basal dengan biosuplemen dan inokulan bakteri unggul asal rayap terbaik 1), RBio2 (ransum basal dengan biosuplemen dan inokulan bakteri unggul asal rayap terbaik 2), dan RBio1-2 (ransum basal dengan biosuplemen dan inokulan bakteri unggul asal rayap terbaik 1 dan terbaik 2). Peubah yang diamati dalam penelitian yaitu berat darah, berat bulu, berat kepala, berat leher, dan berat kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ransum tanpa dan dengan biosuplemen memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap berat darah, berat bulu, berat kepala, berat leher, dan berat kaki itik bali jantan umur 8 minggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biosuplemen yang memanfaatkan bakteri unggul asal rayap yang berbeda memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap berat komponen non karkas (darah, bulu, kepala, leher, dan kaki) itik bali jantan umur 8 minggu.
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP DISTRIBUSI LEMAK ABDOMINAL ITIK BETINA YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG LIMBAH KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU A. Anjarwati; I M. Mudita; I N. S. Sutama
Jurnal Peternakan Tropika Vol 9 No 2 (2021): Vol. 9 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik melalui air minum terhadap distribusi lemak abdominal itik betina telah dilaksanakan di Laboraturium Sesetan Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 8 minggu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas tiga perlakuan yaitu : Itik yang diberi air minum tanpa probiotik sebagai kontrol (A), itik yang diberi air minum + 2,5 ml probiotik (B), itik yang diberi air minum + 5 ml probiotik (C). Masing–masing perlakuan terdiri atas lima ulangan dan setiap ulangan menggunakan tiga ekor itik bali betina umur 3 hari dengan bobot rata-rata. Variabel yang diamati adalah berat dan persentase lemak bantalan, berat dan persentase lemak mesentrium, berat dan persentase lemak empedal, serta berat dan persentase lemak abdomen. Hasil penelitian menunukkan bahwa pemberian probiotik kombinasi bakteri Bacillus subtillis strain BR2CL dan Bacillus sp strain BT3CL melalui air minum sebanyak 2,5 ml/ekor/hari belum mampu mempengaruhi distribusi lemak abdominal itik bali betina umur 8 minggu, namun pemberian probiotik sebanyak 5 ml/ekor/hari mengakibatkan terjadinya peningkatan berat lemak bantalan (pad fat) dan berat lemak empedal (ventriculus fat), namun tidak mempengaruhi variabel lemak abdominal lainnya. Kata kunci : Probiotik, itik bali betina, distribusi lemak abdominal.
AKTIVITAS ENZIM ISOLAT BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI CACING TANAH (Lumbricus rubellus) PADA BERBAGAI SUBSTRAT SELULOSA Antari N L.D; Cakra I G.L.O; Mudita I M; Sutama I N.S
Jurnal Peternakan Tropika Vol 4 No 1 (2016)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas enzim dari isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah pada berbagai substrat yang mengandung selulosa telah dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 3 bulan. Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan yaitu isolat bakteri dengan kode EB1CL, EB2CL, EB3CL, EB4CL, EB5CL, EB6CL, EB7CL dan EB8CL. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah aktivitas enzim pada substrat CMC (endo-1,4 glukanase), avicel (ekso-1,4-glukanase), eceng gondok dan daun apu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat dengan kode EB1CL mempunyai aktivitas enzim selulase yang lebih tinggi pada berbagai substrat baik substrat sintetis (CMC dan avicel) maupun substrat gulma tanaman pangan (eceng gondok dan daun apu), kecuali pada menit ke-10 pada substrat eceng gondok. Periode menit ke-10, isolat dengan kode EB6CL mempunyai aktivitas enzim tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan isolat lainnya. Periode berikutnya (20 menit, 30 menit, dan 60 menit), isolat dengan kode EB1CL kembali menghasilkan aktivitas enzim yang tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara umum isolat bakteri dengan kode EB1CL merupakan isolat yang mempunyai aktivitas enzim selulase yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat lainnya.
SIFAT FISIK, KECERNAAN, DAN PRODUK FERMENTASI RUMEN SECARA IN-VITRO SILASE JERAMI PADI MENGGUNAKAN BIOKATALIS BAKTERI LIGNOSELULOLITIK Putra I M. D. Y.; I M. Mudita; I N. S. Sutama
Jurnal Peternakan Tropika Vol 8 No 3 (2020): Vol. 8 No. 3 Tahun 2020
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kecernaan, dan produk fermentasi rumen secara in-vitro silase jerami padi yang menggunakan biokatalis bakteri lignoselulolitik. Studi dilaksanakan di Farm Sesetan dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang dilakukan mulai bulan Januari-Maret 2020. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari 6 perlakuan yaitu silase jerami padi tanpa biokatalis bakteri lignoselulolitik sebagai kontrol (JP0), menggunakan biokatalis bakteri Bacillus substilis BR4LG (JP1), menggunakan biokatalis bakteri Bacillus substilis BR2CL (JP2), menggunakan biokatalis bakteri Aneurinibacillus sp. BT4LS (JP3), menggunakan biokatalis bakteri Bacillus sp. BT3CL (JP4), dan menggunakan biokatalis bakteri Bacillus sp. BT8XY (JP5). Masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan. Variabel yang diamati yaitu sifat fisik, kecernaan, dan produk fermentasi rumen. Data dianalisis menggunakan sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan, perlakuan JP2 secara kuantitatif memiliki densitas tertinggi (P>0,05) sebesar 0,166g/ml. Perlakuan JP4 secara kuantitatif memiliki persentase daya serap air tertinggi (P>0,05) sebesar 369,55% dan menghasilkan persentase daya larut air dan N-NH3 tertinggi (P<0,05) masing-masing sebesar 85,75% dan 12,39 mM. Perlakuan JP1 menghasilkan persentase KcBK dan KcBO tertinggi (P<0,05) masing-masing sebesar 51,55% dan 54,21%. Perlakuan JP5 menghasilkan VFA Total tertinggi (P<0,05) sebesar 180,52 mM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan biokatalis bakteri lignoselulolitik dapat memperbaiki sifat fisik khususnya daya larut air serta meningkatkan kecernaan dan produk fermentasi rumen secara in-vitro dari silase jerami padi. Biokatalis bakteri terbaik dalam penelitian adalah Bacillus substilis BR4LG menghasilkan KcBK dan KcBO tertinggi dan Bacillus sp. BT3CL menghasilkan daya larut air dan N-NH3 tertinggi. Kata Kunci: Biokatalis bakteri lignoselulolitik, In-vitro, Jerami padi, Silase
KANDUNGAN NUTRIEN DAN POPULASI MIKROBA INOKULAN YANG DIPRODUKSI DARI LEVEL CACING TANAH (Lumbricus rubellus) BERBEDA PERMANA PUTRA I K.; I N. S. SUTAMA.; I M MUDITA
Jurnal Peternakan Tropika Vol 3 No 2 (2015): E-Journal Peternakan Tropika Vol 3 No 2
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.116 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien dan populasi mikroba inokulan yang diproduksi dari tingkat cacing tanah yang berbeda. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Adapun keempat perlakuan tersebut terdiri dari BC1 yang diproduksi dengan tingkat cacing tanah 0,1%(1 g/l), BC2 yang diproduksi dengan tingkat cacing tanah 0,2%(2 g/l), BC3 yang diproduksi dengan tingkat cacing tanah 0,3%(3 g/l) dan  BC4 yang diproduksi dengan tingkat cacing tanah 0,4%(4 g/l). variable yang diamati dalam penelitian ini adalah kandungan nutrien terdiri dari kandungan protein terlarut, P, Ca, Zn, S, dan populasi mikroba yang terdiri dari total bakteri, bakteri selulolitik, bateri amilolitik, bakteri proteolitik, total fungi dan pH. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam, apabila terdapat hasil berbeda nyata  (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncans. Hasil penelitian menunjukan bahwa, pada kandungan nutrien P dan populasi mikroba bakteri selulolitik berbeda nyata (P<0,05), tetapi untuk protein terlarut, Ca, Zn, S, pH serta populasi mikroba inokulan yaitu total bakteri, bateri amilolitik, bakteri proteolitik, total fungi tidak berbeda nyata (P>0.05). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan cacing tanah 0,3% menghasilkan inokulan dengan kandungan fosfor yang paling tinggi dan penggunaan cacing tanah 0,5% menghasilkan jumlah bakteri selulolitik yang tinggi pula, akan tetapi untuk kandungan Ca, Zn, S, protein terlarut, pH dan populasi mikroba yaitu total bakteri, bateri amilolitik, bakteri proteolitik, total fungi sama dengan perlakuan lainnya.
RE-VEGETASI TANAH VULKANIS TANDUS DENGAN AIR SUMUR I Nengah Simpen; I Nyoman Sutarpa Sutama; I Wayan Redana; Siti Zulaikah
Prosiding Seminar Nasional MIPA 2015: PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA UNDIKSHA 2015
Publisher : Prosiding Seminar Nasional MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Tanah vulkanis merupakan suatu perlapisan tanah yang terbentuk oleh hamparan material letusan gunung berapi saat meletus. Tanah vulkanis biasanya tandus. Perlu waktu yang lama bertahun-tahun dan bahkan sampai berpuluh-puluh tahun untuk menumbuhkan kembali vegetasi (re-vegetasi) di daerah ini. Untuk itu perlu dicari suatu cara agar pada tanah yang semula tandus dapat sesegera mungkin ditumbuhi tanam-tanaman, sehingga tanah vulkanis menjadi produktif. Melihat kondisinya yang seperti ini dapatlah dianalisa bahwa masalah utama pada daerah tersebut adalah air dan cara mengelolanya. Di sini diberikan salah satu contoh untuk mencari air pada daerah tanah vulkanis tandus yaitu dengan Metoda Geolistrik. Dari hasil yang didapat bahwa walaupun bagian atasnya berupa tanah vulkanik tandus, namun di bawahnya masih terpendam akuifer-akuifer yang dapat disadap airnya. Setelah airnya didapat, airnya mestinya dikelola sehngga dapat dipakai oleh hewan maupun tumbuhan. Simbiosis antara hewan dan tumbuhan dapat mempercepat proses re-vegetasi pada daerah vulkanis tandus. Sebagai hasil studi, dapat dilihat pada beberapa daerah di Kabupaten Karangasem Bali.Kata kunci: Re-vegetasi, Tanah vulkanis tandus, Metoda Geolistrik, Air sumur
Performance and Carcass Production of Balinese Ducks Given Rumen Watse Based Biosupplement Rations Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi; I Nyoman Sutarpa Sutama; I Wayan Wijana; I Made Mudita
Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences Vol 1 No 2 (2017): ATBES
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.453 KB) | DOI: 10.24843/ATBES.2017.v01.i02.p01

Abstract

A study aimed at studying the performance and production of Balinese duck carcasses that were given rations containing biosupplement-based waste of rumen content, conducted in the village of Peguyangan, Denpasar, Bali, for 3 months. Four biosupplements produced in this study were 1) BR0 = biosupplement with fermented rumen based waste without bacterial isolates, 2) BR1 = biosupplement with fermented rumen based waste with superior 1 cellulolytic bacteria inoculant (BR3.5), 3) BR2 = biosupplement with fermented rumen based waste with superior 2 cellulolytic bacterial inoculants (BR3.3), 4) BRmix = biosupplement with fermented rumen based waste with combination of superior cellulolytic bacteria 1 and 2 (BR3.5 and BR3.3), The study was carried out with Completely Randomized Sampling/CR Design with 5 treatments and 3 repetitions, in which each repetition consisted of 5 Balinese ducklings aged 2 weeks. The treatment given was to ducks given supplemented ration with BR0; BR1; BR2; BRmix, respectively for the treatment of R1; R2; R3; and R4, as well as ducks that were given basal rations without supplementation (R5). The results showed that the performance of duck that received treatment of R2 was significantly better (P<0,05) than R1, R3, R4 and R5, while the carcass butching weight and fat weight were not significantly different (P>0,05) . Based on the results obtained, it can be concluded; 1) the performance of Balinese ducks receiving ration biosupplement of R2 is better compared to R1, R3, R4 and R5; 2) Meat production/ducks carcasses to the weight of butchery, carcass production, non-carcass parts and body fats are not significantly real between all treatments.
Financial Feasibility Study for The Use of KUPS Credit Scheme on Balinese Cattle Farming (A Case Study in a Farming Group “Satwa Winangun” of Tangkas Village in Klungkung Regency) Budi Rahayu Tanama Putri; I Wayan Sukanata; . Suciani; I Nyoman Sutarpa Sutama
Advances in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences Vol 1 No 2 (2017): ATBES
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.218 KB) | DOI: 10.24843/ATBES.2017.v01.i02.p03

Abstract

This research aims to determine the financial feasibility on the farming business of breeding balinese cattle who uses KUPS Credit Scheme. Data was collected through observation and interview. Respondents were all members of the “Satwa Winangun” farmers in Tangkas village, Klungkung Regency. Financial feasibility is determined by evaluating the eligibility criteria such: NPV, Net B/C, IRR, and payback period. The assessment was based on 2 calculation systems, (1) calculation of cash costs in which forage and labor are not calculated as the cost (existing condition), and (2) total cost calculation, in which two components are calculated as cost. Based on the calculation of cash costs, cultivation of Bali cattle by utilizing KUPS credit in this village is financially feasible to be implemented. This was indicated by the NPV value of Rp. 274.103.000, IRR 20.16%, Net B/C 1.55, and investments has been able to return within 3.52 years. The result of sensitivity analysis shows that as far as KUPS interest rate is lower than 18.37% per year, this farming is still financially feasible. Breakeven point can be achieved when the number of cattle parents maintained is 37, or when the price of calves at the age of 6 months is an average of Rp. 1.764.022 per cattle. However, based on the calculation of total cost, this farming system is not financially feasible. This is shown by the negative NPV of Rp. -285.721.000, IRR 2.87%, and Net B/C 0,54. This farming system is not financially feasible despite the 0% / year KUPS rate. The break-even point can be reached when the price of calves at the age of 6 months averages Rp. 4.288.367 per cattle.