Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PROFILE USAHA PETERNAKAN BABI SKALA KECIL DI DESA PUHU KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR I G., Suranjaya; Dewantari, M.; Parimartha, I K. W.; Sukanata, I W.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 20 No 2 (2017): Vol 20, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.554 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2017.v20.i02.p08

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profile atau keragaan dari usaha peternakan babi skalakecil yang dilakukan oleh peternak di Desa Puhu-Payangan. Metode survai digunakan dalam penelitian ini terhadappeternak babi skala kecil yang ada di desa Puhu-Payangan. Penentuan sampel dilakukan secara “purposive randomsampling” sebanyak 50 orang peternak babi skala usaha kecil. Pendekatan eksploratif serta wawancara denganresponden dilakukan untuk mendeskripsikan profile peternak dan usaha peternakan itu. Data yang diperoleh dianalisisdan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profile peternak pada usaha peternakan babiskala kecil di desa Puhu adalah tergolong berada pada usia produktif (76%), memiliki tingkat pendidikan menengah(44%), berpengalaman (92%), melakukan usaha ini sebagai usaha produktif (80%) dan aktif terlibat dalam kelompokternak (70%). Profile dari usaha peternakan ini adalah termasuk jenis usaha kombinasi penggemukan dan perbibitan,jumlah pemilikan ternak rata-rata 14,04 ekor atau 3,38 satuan ternak per peternak dengan status kepemilikan ternak100% milik sendiri. Usaha peternakan babi sangat diminati dan dapat menunjang ekonomi keluarga peternak. Secaraekonomi usaha ini memberi keuntungan secara rata-rata sebesar Rp. 5.232.700 per 1 kali periode produksi. Kata kunci: profile, usaha peternakan babi, peternakan skala kecil
KELENTURAN FENOTIPIK SIFAT-SIFAT REPRODUKSI ITIK MOJOSARI, TEGAL, DAN PERSILANGAN TEGAL-MOJOSARI SEBAGAI RESPON TERHADAP AFLATOKSIN DALAM RANSUM DEWANTARI, M.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 9 No 3 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.049 KB)

Abstract

RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari fenomena kelenturan fenotipik sifat-sifat reproduksi itik Mojosari, Tegal, dan Tegal-Mojosari yang diberi ransum mengandung aflatoksin dengan tingkat yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Tiga populasi itik masing-masing itik Mojosari (MM), Tegal (TT), dan Tegal-Mojosari (TM) diberi ransum yang mengandung aflatoksin selama satu bulan (umur 3 ? 7 minggu). Ransum yang digunakan ada empat macam, yaitu R0 (ransum kontrol tanpa diberi aflatoksin), R1(ransum kontrol + 50 ppb aflatoksin), R2 (ransum kontrol + 100 ppb aflatoksin), dan R3 (ransum kontrol + 150 ppb aflatoksin). Setelah periode ini, itik kembali diberi ransum tanpa mengandung aflatoksin sampai itik bertelur. Masing-masing populasi terdiri atas 80 ekor itik betina dan 20 ekor itik jantan, sehingga jumlah itik keseluruhan adalah 240 ekor betina dan 60 ekor jantan. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 4 yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah populasi itik (MM, TT, dan TM) dan faktor kedua adalah kandungan aflatoksin dalam ransum (0 ppb, 50 ppb, 100 ppb, dan 150 ppb). Sidik ragam dua arah digunakan untuk mengetahui perbedaan kelenturan fenotipik di antara ketiga populasi. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, umur dewasa kelamin, bobot dewasa kelamin, dan bobot telur pertama. Hasil penelitian menunjukkan tidak bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap fenomena kelenturan fenotipik dalam sifat-sifat reproduksi (umur dewasa kelamin, bobot dewasa kelamin, dan bobot telur pertama) itik sebagai reaksi terhadap tingkat aflatoksin dalam ransum. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat fenomena kelenturan fenotipik sifat-sifat reproduksi itik Mojosari, Tegal, dan Tegal-Mojosari yang diberi ransum yang mengandung aflatoksin hingga 150 ppb.
KEMAMPUAN SARI BUAH NANAS MUDA DALAM PENGGUMPALAN PROTEIN SUSU SAPI TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA TAHU SUSU S., OLIVIA; S. A., LINDAWATI; DEWANTARI, M.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 26 No 2 (2023): Vol. 26 No. 2 (2023)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2023.v26.i02.p08

Abstract

The purpose of this study was to determine the ability of young pineapple juice to coagulate cow’s milk protein on the chemical characteristics of milk tofu. The design used was a completely randomized design (CRD) with four treatments and four replications, each replication using 1000 ml of cow’s milk. The four treatments were: the ad- dition of 30 cc of young pineapple juice (P1), the addition of 40 cc of young pineapple juice (P2), the addition of 50 cc of young pineapple juice (P3), and the addition of 60 cc of young pineapple juice (P4). The observed variables were chemical characteristics which included protein content, fat content, water content, and pH value. Research data were analyzed using variance, if the effect of treatment was significantly different (P <0.05), then continued with Duncan’s multiple distance test. The results showed that the protein content of milk tofu in treatment P4, P3, and P2 was not significantly different (P>0.05) compared to treatment P1, but in treatment P4 was significantly (P<0.05) 18.58% higher. and 13.82% compared to treatments P3 and P2. Fat content, water content, and pH values in all treatments (P4, P3, P2, and P1) showed no significant difference (P> 0.05). The conclusion of this study was the ability of young pineapple juice to coagulate cow’s milk protein on the chemical characteristics of milk tofu and its effect on protein content, but had no effect on fat content, water content, and pH value. The concentration of 30 cc of young pineapple juice has good chemical characteristics with protein content of 26.84%, fat content of 50.01%, water content of 64.14% and pH value of 6.31.
MORTALITAS DAN PENAMPILAN ANAK BABI PRASAPIH YANG DIINJEKSI DENGAN TYSINOL PADA UMUR YANG BERBEDA TIRTA ARIANA, I N.; SUMARDANI, N. L. G.; DEWANTARI, M.; SUARTA, I G.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 15, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.032 KB) | DOI: 10.24843/mip.2012.v15.i01.p07

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang paling baik dilakukan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih sehingga diperoleh penampilan yang terbaik dan tingkat mortalitas terendah. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan yaitu tidak diinjeksi dengan Tysinol (I0), injeksi dengan Tysinol pada umur 1 hari (I1), dan injeksi dengan Tysinol pada umur 3 hari (I3). Anak babi prasapih berasal dari 4 induk (blok) dengan 3 kali ulangan, sehingga dipergunakan anak babi prasapih sebanyak 36 ekor. Hasil penelitian menunjukkan dengan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih umur 1 hari (I1) diperoleh berat badan sapih (39%), tambahan berat badan harian (38%), lingkar dada (5,9%), dan panjang badan (6%) yang nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa injeksi Tysinol (Io) (P<0,05). Pada variabel yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antara Io dan I3 (P>0,05). Untuk variabel tinggi badan dan mortalitas diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan yang diberikan (P>0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anak babi yang baru lahir harus diberikan Tysinol, dan sebaiknya diinjeksi pada umur 1 (satu) hari setelah kelahiran.
PERFORMA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI SUMBERBULU DAIRY FARM BANYUWANGI JAWA TIMUR ., WIRANDO; DOLOKSARIBU, L.; DEWANTARI, M.; KAYANA, I. G. N.; MAHARDIKA, I. G.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 26 No 1 (2023): Vol. 26 No. 1 (2023)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2023.V26.i01.p07

Abstract

Every dairy farm should keep records of bloodlines, pests, disease, feed types and consumption. These records help preventing inbreeding, control pests and disease and provide the best feed for optimum performance. Howe- ver, smallholder dairy farmers in Indonesia pay less attention on the benefits of recordings. The purpose of this study is to analyse the reproductive and productive performance recorded of the productivity of FH cattle at Sum- berbulu Dairy Farm. An ex-post facto Comparative Causal method was used, where data were obtained by observa- tions, interviewed the owner, and recorded all available archives from December 2021 to January 2022 supporting the data analysis. Data of reproductive and productive performance were analysed by using simple descriptive anal- ysis. The results showed their S/C, days open, gestation period, and calving interval were 2.15 ± 0.28 times, 113.68 ± 18.05 days, 280.10 ± 2.41 days, and 393.33 ± 15.27 days, respectively. The total milk production 3.411.8 ± 170.03 kg/cow/lactation, MPPA 3.946 ± 42.24 kg/lactation, length of lactation period 270.03 ± 14.24 days, and length of dry period 94.24 ± 7.98 days. The reproductive and productive performance of FH dairy cows reared at Sumberbulu Dairy Farm were in ideal standard of FH cows reared in tropical areas.
NILAI ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI YANG DIMARINASI DENGAN MADU TRIGONA D., RAMADHANI; SRIYANI, N. L. P.; DEWANTARI, M.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 27 No 1 (2024): Vol. 27 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2024.V27.i01.p07

Abstract

This’ research aims’ to’ determine’ the’ best effect’ and’ assess the’ organoleptic’ value of’ Bali’ beef after marina- tion using Trigona honey. The meat marination process was’ carried’ out’ for 30’ minutes’ at’ room’ temperature’. The’ research design’ used’ was a’ Completely’ Randomized’ Design’ (CRD) with’ four’ treatments’ and’ seven replica- tions’. The’ four treatments’ included non-marinated meat’ (P0), meat’ marinated’ with’ 5 ml of Trigona honey (P1), meat marinated with 10 ml of Trigona honey (P2), and meat marinated with 15 ml of Trigona honey (P3). The’ vari- ables’ observed’ in’ the study’ included’ color’, aroma’, taste, texture’, tenderness, and’ overall acceptance evaluated by 15 semi-trained panelists. The results showed that marinating Bali beef with Trigona honey significantly influen- ced color, aroma, taste, tenderness, and overall acceptance, but’ did’ not’ have’ a’ significant’ effect’ on’ texture. The’ conclusion’ of this’ study’ is’ that’ the best marination for Bali beef is achieved using Trigona honey at a level of 10 ml, as indicated by the increased values of aroma, taste, texture, tenderness, and overall acceptance by the panelists.
PENGARUH SUPLEMENTASI ENZIM PHYLAZIM DALAM RANSUM YANG MENGGUNAKAN 30 % DEDAK PADI TERHADAP PENAMPILAN BROILER CANDRAWATI, D. P. M. A.; WITARIADI, N. M.; BIDURA, I. G. N. G.; DEWANTARI, M.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 9 No 3 (2006)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.977 KB)

Abstract

RINGKASAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi enzim Phylazim dalam ransum berbasis dedak padi (ransum dengan 30 % dedak padi) terhadap penampilan broiler umur 2 ?V 6 minggu, telah dilaksanakan di Denpasar, Bali. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, yaitu ransum basal dengan 15 % dedak padi sebagai kontrol (A), ransum dengan 30 % dedak padi (B), dan ransum dengan 30 % dedak padi dengan suplementasi 0,20 % enzim Phylazim (C). Setiap perlakuan terdiri atas enam ulangan dan tiap ulangan menggunakan empat ekor ayam broiler umur dua minggu dengan bobot badan rata-rata (473,94 ?b 13,70 g), sehingga terdapat 18 unit percobaan. Jadi, jumlah keseluruhan ayam yang digunakan sebanyak 72 ekor. Ransum disusun isokalori (ME : 2900 kkal/kg) dan isoprotein (CP : 20 %). Ransum dan air minum selama periode penelitian diberikan secara ad libitum. Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi : konsumsi ransum dan air minum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan feed conversion ratio (FCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 30 % dedak padi dalam ransum ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum dan air minum, tetapi secara nyata (P<0,05) menurunkan berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum jika dibandingkan dengan kontrol. Penambahan 0,20 % enzim kompleks dalam ransum yang mengandung 30 % dedak padi ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum broiler jika dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan 30 % dedak padi dalam ransum broiler ternyata menurunkan penampilan broiler jika dibandingkan dengan kontrol (ransum dengan 15 % dedak padi) dan dengan suplementasi 0,20 % enzim Phylazim dalam ransum yang menggunakan 30 % dedak padi memberikan hasil yang sama dengan kontrol (ransum dengan 15 % dedak padi).