Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Formulasi dan evaluasi gel Lidah buaya (Aloe vera Linn) sebagai pelembab kulit dengan penggunaan carbopol sebagai gelling agent Benni Iskandar; Zyzy Permata Dian; Fitri Renovita; Leny Leny
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.347 KB) | DOI: 10.32504/hspj.v5i1.381

Abstract

Indonesia is a rich country in natural resources. Aloe vera (Aloe vera Linn) is a natural resource that has the potential to be developed. Aloe vera (Aloe vera Linn) has been shown to have a function as a skin moisturizer. The purpose of this study was to determine whether the aloe vera gel formulation has fulfilled the evaluation requirements in accordance with existing standards. This research was conducted by making aloe vera gel preparations in two formulas with carbopol variance, namely each with a concentration of 0,5% (F1), 1% (F2). Evaluation of gel preparations includes organoleptic, pH measurement, stability check at room temperature and cold temperature, spread-ability test, adhesion test, homogeneity test, and irritation test. The study was conducted for 2 months for stability, every week for pH measurement and at week 1 and week 8 on the dispersion and gel-ability, while the homogeneity and irritation tests were carried out after completing the formulation. The results showed that the evaluations that have fulfilled the requirements were organoleptic evaluation, stability at room temperature and cold temperature, homogeneity, and irritation. The evaluations that did not meet the requirements were the pH measurements at F1 and the spread-ability in both formulas.
Formulasi dan uji aktivitas antibakteri sediaan spray mikroemulsi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap Staphylococcus epidermidis Leny Leny; Siti Fatimah Hanum; Sariyah Nur Eka Wati; Lilis Sundari
Health Sciences and Pharmacy Journal Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : STIKes Surya Global Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.735 KB) | DOI: 10.32504/hspj.v4i2.407

Abstract

Papaya leaves (Carica papaya L.) contain antibacterial compounds, based on previous studies, the antibacterial active substances in papaya leaves have been tested against several bacteria from in vitro method. Papaya leaves contain tannins, alkaloids, flavonoids, saponins and terpenoids. The purpose of this study is to formulate a microemulsion preparation from papaya leaf extract and to determine the effect of papaya leaf extract microemulsion preparation on the antibacterial activity of Staphylococcus epidermidis. This research was done by making microemulsions of papaya leaf extract at 5% (F1), 10% (F2) and 15% (F3) concentration, which were then tested for organoleptic test, homogeneity test, microemulsion type, stability, pH value, particle size analyzer and bacterial inhibition test by using the well diffusion method. The results showed that all preparations met the requirement of physical characteristics of microemulsion and was stable during accelerated stability test. The result of inhibition test against Staphylococcus epidermidis showed that F1 and F2 had moderate inhibition, F3 had a strong inhibitory power which is 10,1 mm.
Formulasi Sabun Antibakteri Fraksi N-Heksan Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Terhadap Staphylococcus aureus Leny Leny; Tetty Noverita; Adelina Simatupang; Benni Iskandar
Majalah Farmasetika Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i3.38544

Abstract

Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, dan mempunyai ukuran yang sangat kecil dimana hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Tujuan penelitian untuk mengetahui ekstrak fraksi n-heksan daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dengan konsentrasi 2% dapat diformulasikan menjadi sediaan sabun mandi padat yang stabil menurut SNI 06-3532-2016 dan sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimulai dengan pembuatan ekstrak fraksi n-heksan dari daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa), dilanjutkan dengan memformulasikan ekstrak menjadi bentuk sabun padat yang terbagi atas 3 konsentrasi yaitu 2%, 4%, dan 6%. Sediaan sabun padat kemudian diuji karakteristik fisik sediaan dan aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak fraksi n-heksan daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dapat diformulasikan  ke dalam bentuk sabun padat yang stabil menurut SNI 06-3532-2016 dan ekstrak fraksi n-heksan daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dengan konsentrasi 2% mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan hambat sebesar 9,91 mm, konsentrasi 4% sebesar 9,95 mm, dan konsentrasi 6% sebesar 10,6 mm, dimana pada penelitian ini digunakan pembanding dengan kontrol negatif dan pada kontrol positif menggunakan sabun asepso yang mempunyai daya hambat sebesar 18,51 mm.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah formula sabun mandi padat dengan penambahan ekstrak fraksi n-heksan sebanyak 2% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam kategori sedang, konsentrasi 6% mampu menghambat dalam kategori kuat namun tidak menunjukkan daya hambat yang signifikan antar kelompok F1, F2, dan F3.
Uji Aktivitas Anti-aging Mikroemulsi Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Benni Iskandar; Raesa Tartilla; Anita Lukman; Leny Leny; Meircurius Dwi Condro Surboyo
Majalah Farmasetika Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i1.36464

Abstract

Penuaan merupakan proses penurunan fungsi fisiologis dan terjadi pada semua organ tubuh manusia, termasuk kulit. Paparan sinar matahari langsung pada kulit mengakibatkan kelebihan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dalam tubuh dapat memicu terjadinya penuaan dini. Gejala yang jelas terlihat diantaranya munculnya keriput, kulit kering dan kasar serta timbulnya noda-noda gelap pada kulit. Salah satu upaya mengatasi penuaan adalah dengan antioksidan. Minyak nilam (Pogostemon cablin Benth.) telah terbukti memiliki efek antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah menguji aktivitas anti-aging dari sediaan mikroemulsi minyak nilam. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan mikroemulsi minyak milam pada konsentrasi 0% (F0), 5% (F1), 10% (F2), dan 15% (F3). Sediaan kemudian diujikan pada kulit punggung tangan sukarelawan dengan menggunakan alat skin analyzer dengan parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, besar pori, banyak noda, dan keriput. Pengaplikasian sediaan mikroemulsi pada kulit punggung tangan sebanyak dua kali sehari selama 30 hari. Pengujian dilakukan setiap hari ke-10, ke-20, dan ke-30. Hasil uji aktivitas anti-aging menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi minyak nilam 5% (F1) lebih cepat terjadi pemulihan dalam meningkatkan kadar air, kehalusan kulit, mengecilkan ukuran pori, mengurangi noda dan keriput.
Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Body scrub Labu Kuning (Curcubita moschata) Leny Leny; Indra Ginting; Tiary N Sitohang; Siti Fatimah Hanum; Ihsanul Hafiz; Benni Iskandar
Majalah Farmasetika Vol 6, No 4 (2021): Vol. 6, No. 4, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i4.35776

Abstract

Penggunaan body scrub merupakan salah satu perawatan kulit untuk mengangkat sel- sel kulit mati akibat radikal bebas, labu kuning merupakan salah satu tanaman yang banyak mengandung beta karoten serta vitamin C dan E yang berfungsi sebagai antioksidan alami untuk menangkal radikal bebas pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan krim body scrub yang mengandung sari labu kuning (Cucurbita moschata). Sari labu kuning diformulasikan dalam variasi konsentrasi 10%, 15% dan 20%. Evaluasi formula krim body scrub yang dilakukan meliputi uji homogenitas, organoleptis, pH, stabilitas menggunakan metode cycling test, uji iritasi pada kulit, dan efektivitas pada kulit dengan mengamati kemampuan menghaluskan kulit dan meningkatkan kadar air pada kulit dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim body scrub sari labu kuning (Cucurbita moschata) homogen saat difomulasikan, memiliki bentuk, warna, tidak berubah setelah pengujian stabilitas dengan metode cycling test, dan mempunyai nilai pH yang memenuhi persyaratan pH kulit, serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit sukarelawan. Sediaan yang dengan konsentrasi sari labu kuning 20% (F3) memiliki efektivitas paling mendekati kontrol positif yaitu mampu memperbaiki kehalusan kulit (evenness) hingga 50,00% dan meningkatkan kadar air (moisture) hingga 46,33%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sari labu kuning (Cucurbita moschata) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim body scrub yang stabil dan mampu memperbaiki kondisi kulit yang kasar menjadi lebih baik. 
FORMULASI DAN EVALUASI KRIM LIDAH BUAYA (ALOE VERA Linn) SEBAGAI PELEMBAB KULIT Benni Iskandar; Mira Janita; Leny Leny
Pharmasipha: Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy Vol 5, No 2 (2021): September
Publisher : University Of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/pharmasipha.v5i2.5774

Abstract

Lidah Buaya (Aloe vera Linn) mengandung polisakarida yang berperan dalam meningkatkan kadar air pada kulit, merangsang fibroblas untuk meningkatkan produksi kolagen serta elastin unutk menjadikan kulit lebih elastis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah lendir lidah buaya dapat dibuat menjadi bentuk sediaan krim yang memenuhi persyaratan evaluasi seperti pada Farmakope Indonesia (FI) ataupun buku standar lainnya. Merupakan penelitian eksperimental, dibuat dengan 2 jenis formula, FI (20%,80%) dan FII (30%, 70%). Pengujian fisik sediaan meliputi organoleptis, penentuan nilai pH, daya sebar, homogenitas, pengamatan stabilitas penyimpanan berdasarkan suhu, tipe emulsi krim serta pengujian iritasi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa kedua variasi konsentrasi dapat memenuhi kriteria krim sesuai dengan persyaratan Farmakope Indonesia (FI) dan buku standar lainnya.
Formulasi dan Uji Efektifitas Anti-Aging dari Masker Clay Ekstrak Etanol Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.) Mandike Ginting; Khairani Fitri; Leny Leny; Betari Khairani Lubis
Jurnal Dunia Farmasi Vol 4, No 2 (2020): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v4i2.4541

Abstract

Pendahuluan: Kentang kuning (Solanum tuberosum L.) diketahui mengandung vitamin C dan flavonoid antosianin sebagai sumber antioksidan alami. Kandungan senyawa ini dalam masker clay  dapat mencegah paparan sinar UV sebagai penyebab terbentuknya radikal bebas yang ditandai dengan kulit kerut/keriput, kering, kasar dan bercak hitam. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah masker clay ekstrak etanol kentang kuning (Solanum tuberosum L.) efektif sebagai anti-aging untuk mencegah penuaan dini pada kulit Metode: Penelitian eksperimental laboratorium  dengan melihat persentase perubahan peningkatan kadar air, pengecilan ukuran pori-pori, peningkatan kehalusan, berkurangnya noda dan berkurangnya keriput. Hasil: Penggunaan masker clay dengan ekstrak kentang 10% selama 4 minggu menunjukkan perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik  dengan peningkatan kadar air (45,2%), pori-pori semakin mengecil (8%), peningkatan kehalusan (31,9%),  pengurangan jumlah noda (57,37%) serta keriput yang semakin berkurang (41,8%). Kesimpulan: Ekstrak etanol kentang kuning (Solanum tuberosum L.) dalam masker clay efektif sebagai pencegah penuaan dini pada kulit.
Pembuatan Krim Anti Aging dari Ekstrak Etanol Daun Pagoda (Clerodendrum paniculatum L.) Ruth Mayana Rumanti; Khairani Fitri; Ratna Kumala; Leny Leny; Ihsanul Hafiz
Majalah Farmasetika Vol 7, No 4 (2022): Vol. 7, No. 4, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i4.38491

Abstract

Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tidak terhindarkan dan akan dialami oleh setiap manusia. Penuaan/aging terjadi akibat adanya kerusakan sel yang disebabkan karena akumulasi radikal bebas seperti paparan sinar matahari, rokok dan polusi udara. Penelitian ini bertujuan memformulasikan ekstrak etanol daun pagoda dalam bentuk sediaan krim anti aging yang diuji aktivitasnya terhadap kulit siku tangan sukarelawan. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan sediaan krim menggunakan ekstrak etanol daun pagoda dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 10%. Uji evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji organoleptis, homogenitas, tipe emulsi, pH, stabilitas, daya sebar, viskositas, iritasi dan uji aktivitas anti aging menggunakan alat skin analyzer selama empat minggu. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, pori, noda dan keriput. Hasil penelitian menunjukkan sediaan krim ekstrak etanol daun pagoda memenuhi syarat uji organoleptik, homogenitas, tipe emulsi, pH, daya sebar, viskositas, dan tidak mengiritasi kulit. Sediaan krim ekstrak etanol daun pagoda dapat meningkatkan kadar air, kehalusan, mengecilkan pori, menghilangkan noda dan mengurangi keriput yang ditandai dengan hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan setelah empat minggu. Kesimpulan dari penelitian ini ekstrak etanol daun pagoda dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan dikatakan tidak stabil setelah melewati uji stabilitas cycling test. Sediaan krim ekstrak etanol daun pagoda memiliki aktivitas anti aging pada kulit. Sediaan krim ekstrak etanol daun pagoda F3 (konsentrasi 10%) memiliki aktivitas anti aging yang terbaik.
FORMULASI DAN PENGUJIAN STABILITAS SEDIAAN MIKROEMULSI EKSTRAK ETANOL KULIT NANAS (Ananas comosus L.) DALAM MENGHAMBAT BAKTERI Staphylococcus epidermidis Leny; Benni iskandar; Ali Affan Silalahi
Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 25 No. 3 (2021): MFF
Publisher : Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/mff.v25i3.17911

Abstract

Kulit nanas memiliki berbagai senyawa seperti bromelain, alkaloid, saponin dan flavonoid yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan limbah kulit nanas dan memformulasikan ke dalam sediaan mikroemulsi yang kemudian dilihat daya hambatnya terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Ekstrak kulit nanas diperoleh dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kulit nanas diskrining fitokimia kemudian diformulasikan ke dalam bentuk sediaan mikroemulsi dengan variasi konsentrasi 0% (F0), 10% (F1), 15% (F2), dan 20% (F3). Sediaan mikroemulsi ekstrak kulit nanas kemudian diuji stabilitasnya dengan metode cycling test. Evaluasi selama pengujian stabilitas diantaranya adalah uji homogenitas, uji tipe emulsi, uji ukuran partikel, uji organoleptik, uji pH, dan uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hasil uji stabilitas selama 6 siklus, semua sediaan mikroemulsi mempunyai hasil yang homogen dengan tipe emulsi M/A (minyak dalam air), ukuran partikel berkisar antara 0,63373-1,21301 µm. Sediaan mikroemulsi jernih dengan bau khas dan berwarna kekuningan hingga coklat. Sebelum dan sesudah uji stabilitas, sediaan mikroemulsi memenuhi persyaratan uji pH yaitu dengan nilai pH antara 5,3-6,8. Sediaan mikroemulsi yang mengandung 20% ekstrak kulit nanas mempunyai daya hambat terbaik yaitu sebesar 5,58mm (daya hambat sedang)
Formulasi Krim Pelembab Kombinasi Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) dan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Leny Leny; Indra Ginting; Rachel Anastasia R Hutabarat; Suprianto Suprianto; Benni Iskandar
Journal of Islamic Pharmacy Vol 7, No 1 (2022): J. Islamic Pharm.
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jip.v7i1.14093

Abstract

Aloe vera contains flavonol compounds, saponins such as kaempeferol, quercetin and merycetin as much as 257.7, 94.80 and 1283.50 mg/kg, respectively. Saponins contained in aloe vera gel are able to clean the dirt from skin. Vitamin E in aloe vera is also able to soften, moisturize and increase smoothness of the skin. Mangosteen peel waste contains higher xanthones  compared to the mangosteen fruit itself. In 100 grams of mangosteen peel, there are 107.76 mg of xanthones which are an extraordinary nutritions for the skin because they act as antioxidants and antiaging. This study aims to formulate a combination of aloe vera flesh extract and mangosteen peel extract into a cream dosage form and observe the effect in moisturizing the skin of volunteers within 3 months of treatment.The research was initiated by making extracts of aloe vera and mangosteen peel by using the maceration method. Then the extract was formulated into cream preparations with varies concentrations of each cream A (0%:20%), cream B (5%:15%), cream C (10%:10%), cream D (15%:5% ), cream E (20%:0%). The preparations were evaluated for their physical characteristics, namely homogeneity test, pH test, organoleptic test, dispersibility test, stability test, irritation test and its effectiveness in moisturizing volunteers skin using a moisture checker.The results showed that the combination extract of aloe vera flesh and mangosteen peel can be formulated in cream preparation that is homogeneous, does not change color, and remains stable in 12 weeks of storage with a pH between 6.0-6.6. The best cream formula in increasing moisture of skin are found in cream with a combination of 15% aloe vera flesh extract with 5% mangosteen peel extract by an uplifting until 92.5%.Lidah buaya atau aloe vera mengandung senyawa flavonol, saponin seperti kaempeferol, quercetin dan merycetin masing-masing sebanyak 257,7, 94,80 dan 1283,50 mg/kg. Kandungan saponin yang terdapat dalam gel lidah buaya dapat membersihkan kotoran dari kulit. Vitamin E pada aloe vera juga mampu melembutkan, melembabkan dan menambah kehalusan kulit. Limbah kulit manggis mengandung xanthone yang lebih tinggi daripada dalam daging buah manggis. Dalam 100 gram kulit manggis terdapat  xanthone sebesar 107,76 mg dan memiliki khasiat yang luar biasa untuk kulit karena berperan sebagai antioksidan dan antiaging. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan kombinasi ekstrak daging lidah buaya dan ekstrak kulit buah manggis ke dalam bentuk sediaan krim dan mengamati efek kelembaban pada kulit sukarelawan selama 3 bulan perawatan.Penelitian diawali dengan membuat ekstrak lidah buaya dan kulit manggis yang diperoleh dengan menggunakan metode maserasi. Kemudian ekstrak diformulasikan menjadi sediaan krim dengan variasi konsentrasi masing-masing krim A (0%:20%), krim B (5%:15%), krim C (10%:10%), krim D (15%:5%), krim E (20%:0%). Sediaan dievaluasi untuk karakteristik fisiknya yaitu uji homogenitas, uji pH, uji organoleptis, uji daya sebar, uji stabilitas, uji iritasi dan uji kelembaban pada sukarelawan dengan menggunakan moisture checker.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daging lidah buaya dan kombinasi kulit buah manggis dapat di formulasikan dalam sediaan krim pelembab yang homogen, tidak berubah warna, dan tetap stabil dalam penyimpanan 12 minggu dengan pH 6,0-6,6. Formula krim terbaik yang memberikan efek peningkatan kadar air tertinggi adalah krim dengan kombinasi ekstrak daging lidah buaya 15% dengan ekstrak kulit manggis 5% dengan peningkatan hingga 92,5%.