Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemberdayaan Struktur dan Agen dalam Penanggulangan Kemiskinan Kultural di Desa Tianyar Barat Kabupaten Karangasem Bali A A Ngurah Anom Kumbara; Mayske Rinni Liando; Nanang Sutrisno
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 13 No 2 (2023): Volume 13 No 2 Oktober 2023
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JKB.2023.v13.i02.p11

Abstract

In the last five years, Karangasem Regency has always occupied the top position in the number of poor people in Bali Province. One of the pockets of poverty in Karangasem Regency is West Tianyar Village, Kubu District. In addition to natural and structural factors, cultural factors are the causes of poverty in the village. The purpose of this study is to uncover the determinants of the formation of cultural poverty and find the method of empowerment of the role of structures and agents in poverty reduction in this region. Data was collected through observation, interview, and document analysis techniques. Data is analyzed by structuration theory (agency-structure) as the basis for interpretation. This study found that poverty always involves the circularity of the relationship between natural, structural, and cultural poverty so that it is difficult for people to overcome the conditions of poverty faced. By empowering the role of structures and agents, efforts to solve the problem of cultural poverty in West Tianyar Village can gradually be eliminated.
STRUCTURATION IN COMMUNICATION OF VEGETABLE FARMERS WITH MIDDLEMAN IN BATURITI DISTRICT TABANAN BALI Renata Lusilaora Siringo Ringo; I Nyoman Darma Putra; Nanang Sutrisno; Maria Matildis Banda
E-Journal of Cultural Studies Vol 17 No 1 (2024): Volume 17 Number 1 February 2024
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/cs.2024.v17.i01.p02

Abstract

This study aimed to uncover patterns of structuration in communication between vegetable growers and intermediaries in the Baturiti District. This study employs a critical communication methodology. Data was gathered via interviews, observations, and document analysis approaches. Data analysis was conducted using descriptive qualitative interactive methods based on structuration theory. Phatic communication, patron-client relations, and divergent communication are forms of structuration in communication, as revealed by the research results. According to the empirical findings in this research, communication actions are shown to improve relationships, resulting in a tendency towards greater intimacy. The result is that the relationship pattern of vegetable farmers has been tied to economic actors, namely middlemen, for a very long time. The theoretical finding in this research is that structuration in communication is in line with the concept of symbolic interactionism, which focuses on efforts to provide interactions using symbols and containing power to weak parties. This research contributes to policy making related to the use of agricultural products. Keywords: communication structuration, vegetable farmers, middlemen
IMPLIKASI PROGRAM MAGANG STUDI INDEPENDEN BESERTIFIKAT PADA MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA Erica Syavita; Nanang Sutrisno; Ida Bagus Oka Wedasantara
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 3 No. 5 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v3i5.2730

Abstract

Fenomena magang di Indonesia akhir-akhir ini kian ramai sejak adanya program terobosan baru dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, yaitu Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang berada di dalam naungan kurikulum MBKM. Fenomena ini tentunya menimbulkan sejumlah implikasi yang menarik untuk dikaji. Berpijak dari fenomena tersebut, penelitian ini difokuskan pada implikasi yang dirasakan ketika proses magang belangsung hingga selesai pada mahasiswa Universitas Udayana. Permasalahan tersebut dengan menjawab pertanyaan penelitian yang dapat diformulasikan sebagai berikut: Bagaimana Implikasi transmisi budaya kerja melalui program Magang Studi Independen Bersertifikat pada mahasiswa Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan studi kepustakaan. Data-data yang sudah dikumpulkan di lapangan kemudian dianalisis dengan teknik kualitatif yang menggunakan metode triangulasi data yaitu melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarik kesimpulan. Permasalahan dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan Teori Progresivisme oleh Dewey. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa mahasiswa merasakan menunjukkan adanya implikasi bagi para mahasiswa Universitas Udayana yang mengikuti program MSIB yakni internalisasi pemahaman mengenai budaya kerja dan etika kerja pada mahasiswa magang besertifikat seperti pemahaman alur recruitment, peran dan jabatan dunia kerja, dan pemahaman etika professional. Selanjutnya adanya peningkatan keterampilan mahasiswa, seperti keterampilan digital, keterampilan problem solving, manajemen waktu, hingga keterampilan personal branding, selanjutnya mahasiswa juga dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan kualifikasi pekerjaan, selain itu mereka dapat mengembangkan Jaringan Relasi yang Profesional.
IMPLIKASI POLA INTERAKSI MAHASISWA RANTAU ASAL JAKARTA DI UNIVERSITAS UDAYANA Adinda Artha Lestari; A.A. Ngr. Anom Kumbara; Nanang Sutrisno
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 1 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v4i1.4240

Abstract

Mahasiswa yang memilih kampus diluar daerah asalnya harus berhadapan dengan lingkungan baru. Lingkungan baru memiliki banyak perbedaan dengan lingkungan asalnya. Salah satunya adalah perbedaan pola interaksi seperti gaya bahasa, gaya hidup, dan gaya bersosialisasi yang berbeda dengan normalitas mahasiswa pada umumnya. Upaya berinteraksi di tengah lingkungan yang berbeda dapat menjadi tantangan, tapi juga membuka peluang bagi mahasiswa rantau untuk mengembangkan keterampilan adaptasinya. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini akan berfokus pada interaksi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau khususnya asal Jakarta dalam menghadapi perbedaan kebudayaan. Permasalahan tersebut menjawab pertanyaan penelitian yang dapat diformulasikan sebagai berikut, bagaimana Implikasi dari pola interakis mahasiswa rantau asal Jaarta di Universitas Udayana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, studi dokumen dan studi kepustakaan. Data diolah melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarik kesimpulan. Permasalahan dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan Teori adaptasi oleh John William Bennett dan Teori interaksionisme simbolik oleh Herbert Blumer. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah proses interaksi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau asal Jakarta menimbulkan proses asosiatif dan disosiatif. Interaksi asosiatif ditunjukan dengan usaha menyatukan perbedaan. Interaksi disosiatif adanya perpecahan dan konflik dalam proses berinteraksi dengan mahasiswa lainnya.
CITRA DIRI REMAJA PEREMPUAN BERTATO DI KOTA DENPASAR Karenza, Brainiola Abitha; Ni Made Wiasti; Nanang Sutrisno
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 7 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v4i7.4928

Abstract

ABSTRAK Citra diri adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri, baik secara fisik maupun keseluruhan. Pandangan ini dapat berasal dari pendapat dan pandangan orang lain (persepsi sosial) atau dari diri sendiri (konsep diri). Citra diri dalam penelitian ini adalah citra diri remaja perempuan bertato. Remaja perempuan bertato umumnya tidak selalu mengekspresikan tatonya secara terbuka kecuali dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, mereka tidak selalu berani mengekspresikan diri secara terbuka di lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosial di wilayah tempat tinggalnya. Artinya, cara remaja perempuan mengekspresikan tato di tubuhnya juga mempertimbangkan citra dirinya di depan keluarga atau masyarakat sekitarnya. Hal tersebut juga memunculkan berbagai macam pandangan-pandangan tentang remaja perempuan bertato dari keluarga maupun masyarakat sekitar. Penelitian ini berfokus pada cara remaja perempuan mengekspresikan tato kepada keluarga dan masyarakat serta pandangan dari para keluarga dan masyarakat terhadap remaja perempuan bertato. Penelitian ini menggunakan Teori realitas sosial oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, serta Teori etnometodologi oleh Garfinkel. Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipasi, wawancara, dan studi pustaka. Data dianalisis melalui Teknik tematik etnografi. Berdasarkan hasil penelitian ini, remaja perempuan bertato mengekspresikan dirinya melalui tiga bentuk, yakni ekspresi eksibisionis yaitu pengekspresian secara terbuka, lalu ekspresi ekslusif atau tersembunyi, dan ekspresi situasional yang di mana remaja perempuan bertato dapat mengekspresikan tergantung dari situasi sekitar. Hal tersebut menimbulkan pandangan positif, negative, dan netral dari keluarga dan masyarakat. Keluarga dan masyarakat yang memandang positif menyatakan bahwa tato yang dibuat oleh remaja perempuan adalah sebuah seni yang indah sedangkan beberapa menganggap tato merupakan sesuatu yang bertentangan dengan norma sosial dan tidak pantas dipakai pada tubuh perempuan. Adapun pandangan netral dimana mereka memberikan kebebasan tetapi hal tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan oleh remaja perempuan yang bertato. Kata Kunci : Citra Diri, Remaja Perempuan, Tato ABSTRACT Self-image is how a person views themselves, both physically and overall. This view can come from the opinions and views of others (social perception) or from oneself (self-concept). The self-image in this study is the self-image of teenage girls with tattoos. Teenage girls with tattoos generally do not always express their tattoos openly except in their social circle. Conversely, they do not always dare to express themselves openly in the family environment or social environment in the area where they live. This means that the way adolescent girls express tattoos on their bodies also considers their self-image in front of their families or surrounding communities. This also raises a variety of views about teenage girls with tattoos from their families and surrounding communities. This research focuses on how adolescent girls express tattoos to their families and communities as well as the views of families and communities towards tattooed adolescent girls. This research uses social reality theory by Peter L. Berger and Thomas Luckmann, and ethnomethodology theory by Garfinkel. This research uses qualitative data with a case study approach. Data collection techniques in this study used participant observation techniques, interviews, and literature studies. Data were analyzed through ethnographic thematic techniques. Based on the results of this study, tattooed female teenagers express themselves through three forms, namely exhibitionist expression, namely open expression, then exclusive or hidden expression, and situational expression where tattooed female teenagers can express depending on the surrounding situation. This led to positive, negative, and neutral views from the family and community. Families and communities who view positively state that tattoos made by teenage girls are a beautiful art while some consider tattoos to be something that is against social norms and inappropriate to wear on women's bodies. As for the neutral view where they give freedom but it must be accountable by teenage girls who have tattoos. Keywords: Self-Image, Adolescent Girls, Tattoos
IMPLIKASI KEBERADAAN KOMUNITAS CINTA BERKAIN INDONESIA (KCBI) PROVINSI BALI DI KOTA DENPASAR Alltha Haniyah; Ida Bagus Gde Pujaastawa; Nanang Sutrisno
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 8 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v4i8.5067

Abstract

Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) merupakan komunitas perempuan dengan kecintaan atau minat yang sama, yaitu minat pada kain tradisional. Komunitas ini berpusat di Jakarta namun memiliki 12 cabang tersebar di Indonesia salah satunya yakni di Pulau Bali. KCBI Provinsi Bali berisikan para perempuan yang berdomisili di Pulau Bali khususnya Kota Denpasar dan suka berkain sebagai busana keseharian. Komunitas ini merupakan wadah untuk para perempuan yang ingin melestarikan budaya melalui kain tradisional. Berkain sendiri adalah sebuah gerakan mode di Indonesia yang berupaya untuk membiasakan kembali penggunaan kain-kain tradisional, seperti kain batik atau tenun. Penggunaan kain tradisional ini umumnya dipadu padankan dengan baju dan aksesoris bergaya modern yang kemudian dipakai menjadi busana keseharian. Keberadaan KCBI di Kota Denpasar pasti menimbulkan beberapa implikasi, maka dari itu penelitian ini mencoba mengulas tentang implikasi dari keberadaan KCBI di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik observasi, teknik wawancara dan studi dokumen. Data yang diperoleh dari lapangan diolah melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian, KCBI Provinsi Bali memiliki implikasi yang signifikan dalam beberapa aspek penting. Pertama, dalam hal pelestarian budaya, KCBI Bali berhasil mempertahankan dan mempromosikan penggunaan kain tradisional, memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat modern. Kedua, KCBI Bali juga berkontribusi terhadap penguatan citra perempuan dengan memberikan platform bagi perempuan untuk mengekspresikan diri mereka melalui kain tradisional, sehingga meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan akan identitas budaya mereka. Ketiga, KCBI Bali memberikan dampak positif terhadap peningkatan peluang pendapatan bagi pelaku usaha kain tradisional. Dengan meningkatkan permintaan dan apresiasi terhadap produk-produk kain tradisional, komunitas ini membantu menciptakan pasar yang lebih luas dan stabil bagi para pengrajin dan penjual kain, sehingga mendukung keberlanjutan ekonomi mereka. Secara keseluruhan, KCBI Bali tidak hanya berperan dalam pelestarian budaya, tetapi juga dalam pemberdayaan perempuan dan pengembangan ekonomi lokal melalui dukungan terhadap industri kain tradisional.