Peningkatan jumlah lansia dan partisipasi kerja perempuan memunculkan kebutuhan akan fasilitas yang dapat melayani dua kelompok usia sekaligus, yaitu lansia dan anak-anak. Surabaya Barat sebagai wilayah dengan pertumbuhan tinggi belum memiliki fasilitas terpadu yang menggabungkan panti werdha eksklusif dan day care dalam satu kawasan. Intergenerational Care Center dirancang sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan tersebut sekaligus mendorong interaksi sosial antar generasi. Pendekatan arsitektur biofilik digunakan untuk menciptakan suasana yang sehat, alami, dan nyaman melalui penggunaan elemen alam seperti pencahayaan alami, ventilasi silang, ruang terbuka hijau, dan material alami. Selain itu, perancangan dilakukan dengan metode empirisme, yaitu melalui pengamatan langsung terhadap aktivitas pengguna dan kondisi eksisting sebagai dasar dalam merumuskan keputusan desain. Proses perancangan dimulai dari analisis kebutuhan pengguna, tapak, dan fungsi ruang, kemudian dikembangkan menjadi konsep tata massa, zonasi, dan perancangan ruang yang seimbang antara fungsi interaksi dan privasi. Diharapkan perancangan ini dapat menjadi alternatif fasilitas sosial yang mendukung kesejahteraan fisik dan psikologis bagi lansia dan juga anak-anak. Kata kunci: intergenerational care center, lansia, anak-anak, arsitektur biofilik