Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Sakuren: Konsep Spasial Sebagai Prasyarat Keselamatan Masyarakat Keselamatan Masyarakat Budaya Padi di Kasepuhan Ciptagelar Kusdiwanggo, Susilo; Sumardjo, Jakob
PANGGUNG Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i3.194

Abstract

ABSTRACTIn the rice culture of KasepuhanCiptagelar society, life will emerge after sakuren brought together (pangawinan). Life is not static, but dynamic and cyclical. Sakuren should be sought through the ngalasuwung, that is a process of ritual activity. Ngalasuwung performed through pattern of space motion katuhu or kenca. Goal of ngalasuwung is to achieve a suwung. The process of ngalasuwung does not cease after the reality of sakuren found. Reality of sakuren remains to be mated (pangawinan) in suwung space. Aim of pangawinan is obtain pancer. Through an ethnographic approach, sakuren cultural theme as a result of a domain analysis, studied simultaneously with taxonomic analysis and elaborated with thick description. Comprehensive studies show that sakuren is an existential meaning which should be pursued and a prerequisite for obtaining safety and sustainability.Keywords: KasepuhanCiptagelar, pangawinan, pancer, sakurenABSTRAKDalam budaya padi masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, kehidupan akan muncul setelah sakuren dipertemukan. Kehidupan tidak bersifat statis, melainkan dinamis dan siklis. Sakuren adalah konsep sepasang. Sakuren harus dicari melalui proses ngalasuwung, yaitu sebuah proses aktivitas ritual. Ngalasuwung dilakukan dengan dengan pola gerak ruang katuhu atau kenca. Tujuan ngalasuwung adalah mencapai ruang suwung. Proses ngalasuwung tidak berhenti setelah realitas sakuren ditemukan. Realitas sakuren masih harus dikawinkan dalam ruang suwung. Tujuan pangawinan adalah memperoleh pancer (keselamatan). Melalui pendekatan etnografi, tema kultural sakuren sebagai hasil dari analisis domain, dikaji secara simultan dengan analisis taksonomi dan dielaborasi dengan thick description. Kajian komprehensif menunjukkan bahwa sakuren merupakan makna eksistensial yang harus diupayakan dan menjadi prasyarat untuk memperoleh keselamatan dan keberlanjutan hidup masyarakat budaya padi Ciptagelar.Kata Kunci :Kasepuhan Ciptagelar, pangawinan, pancer, sakuren 
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata di Indonesia: Tinjauan Literatur Sistematis Nadhifatur Rifdah, Balqis; Kusdiwanggo, Susilo
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 13 No. 2 (2024): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v13i2.358

Abstract

Pariwisata memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan kawasan pariwisata di Indonesia membutuhkan partisipasi aktif masyarakat lokal untuk memastikan keberlanjutan dan manfaat yang merata dari sektor pariwisata. Namun, tantangan-tantangan seperti pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan inklusivitas sosial perlu diatasi untuk mencapai tujuan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata di Indonesia, serta merumuskan pendekatan yang lebih efektif dalam mendukung pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan inklusif. Metode penelitian yang digunakan adalah Systematic Literature Review (SLR) dengan menggunakan database Google Scholar dan proses seleksi melalui Covidence. Dari 300 artikel, dilakukan screening dan review bersadarkan eligibility kriteria sehingga didapatkan 15 artikel untuk digunakan dalam pembahasan lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi sosial dalam pengembangan Kawasan wisata yaitu dukungan pemerintah, keunggulan objek wisata, peningkatan fasilitas dan infrastruktur, keterlibatan komutas, serta pendampingan pelatihan memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan kawasan pariwisata di Indonesia.
KOMUNIKASI KONTEKS ARSITEKTURAL MELALUI VISUALISASI IDENTITAS LOKAL PADA MATA UANG KERTAS RUPIAH EMISI TAHUN 2000 – 2005 Ineru, Bunga Pasadena; Kusdiwanggo, Susilo
Jurnal Mahasiswa Departemen Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Arsitektur
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mata uang kertas Rupiah merupakan objek budaya visual yang menampilkan elemen identitas lokal dan memiliki kemampuan menghadirkan narasi visual yang membangkitkan memori kolektif. Mata uang kertas Rupiah emisi 2000 – 2005 mempertahankan pola desain di setiap nominalnya, dengan gambar pahlawan nasional di bagian depan dan identitas lokal di bagian belakang yang mencerminkan kekayaan sejarah dan kebudayaan Indonesia. Penelitian terkait budaya visual yang berfokus pada memori kolektif yang mengarah pada konteks komunikasi arsitektural belum banyak dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kritik arsitektur untuk mengkaji dan mengkritisi peran visualiasi identitas lokal dalam komunikasi pada konteks arsitektural yang mengungkap memori kolektif akan kesejarahan dengan landasan konsep budaya visual. Melalui visualisasi elemen identitas lokal pada mata uang kertas Rupiah emisi 2000 - 2005 yang mengangkat tema suatu daerah pada setiap nominalnya sebagai representasi arsitektural, terbentuk komunikasi yang hadir dalam bentuk memori kolektif menarasikan pengenalan identitas budaya yang mengarah pada konteks arsitektural. Dari hasil penelitian ini, melalui kajian representasi objek aritektural dapat menambah kekayaan wawasan terkait budaya visual dan keterkaitannya dengan hadirnya memori kolektif akan identitas lokal.
Startegi City Branding Kabupaten Banyuwangi Melalui Representasi Arsitektur untuk Mengubah Identitas Menjadi Kota Pariwisata Azizah, Alya Lailatul; Kusdiwanggo, Susilo
Jurnal Mahasiswa Departemen Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Arsitektur
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

City branding merupakan cara suatu kota mempromosikan identitasnya yang memunculkan citra tertentu. Banyuwangi yang sebelumnya dikenal sebagai “kota santet” mem-branding kotanya sebagai Kota Pariwisata melalui representasi arsitektur untuk mengubah citra negatif. Telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai city branding, identitas kota, citra kota, maupun representasi arsitektur tetapi belum ada yang secara spesifik kaitan seluruhnya sehingga penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan penelitian bagaimana city branding Banyuwangi menggunakan representasi arsitektur dalam mengubah identitasnya. Melalui pendekatan kualitatif-deskriptif, dilakukan analisis inductive coding pada data transkrip wawancara dengan arsitek langsung selama proses branding Banyuwangi dan observasi serta dokumentasi pada karya-karya arsitektur yang menjadi komunikasi city branding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa identitas yang dimiliki suatu kota perlu dipahami dan justru dapat dijadikan sebagai branding sebuah kota. Representasi arsitektur Banyuwangi menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat melalui revitalisasi infrastruktur dan lanskap berhasil menyampaikan dan menanamkan pesan mengenai identitas Banyuwangi sebagai kota wisata-budaya. Temuan ini bisa menjadi "Banyuwangi Effect" untuk kota-kota di Indonesia, memberikan inspirasi dan panduan bagi pemerintah daerah lainnya dalam mengembangkan strategi city branding melalui representasi arsitektur yang berbasis pada identitas lokal.
Beauty, Art, and Culture Complex dengan Konsep Rejuvenate Architecture di Jakarta Pusat Denilla, Luthfiyah Putri; Kusdiwanggo, Susilo
Jurnal Mahasiswa Departemen Arsitektur Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Mahasiswa Arsitektur
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beauty, Art, and Culture Complex dengan konsep rejuvenate architecture yang terletak di Jakarta Pusat ini merupakan hasil dari metode strukturalisme yang memakai pattern analysis design strategy. Hadir sebagai jawaban bagaimana cara menuntaskan kegusaran dan kelelahan fisik juga mental yang dialami masyarakat saat ini khususnya di tengah kepadatan kota. Hadirlah rejuvenasi dalam arsitektur sebagai jawaban untuk menuntaskan masalah tersebut yang diwakili oleh tiga fungsi besar, yaitu rejuvenasi dalam kecantikan, seni, dan budaya. Dimulai dari pemunculan proses desain strukturalisme dengan memunculkan tiga objek studi komparasi, lalu dibuat analisis dikotomi baik itu ruang ataupun konsep desain yang bisa diolah menjadi Beauty, Art, and Culture Complex. Dibangun atas delapan aspek rejuvenate architecture, yaitu: indra, cahaya, material, air, vegetasi, tekstur, warna, serta keheningan yang harus diimplementasikan. Garis besar implementasi konsep terdapat pada bagaimana rejuvenasi dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan tersendiri bagi pengunjung yang hadir baik itu dari arsitektur yang dirancang maupun fungsi yang ditawarkan. Beauty, Art, and Culture Complex terdiri atas Beauty District, Museum and Art Gallery, Food Plaza, Gedung pengelola, serta area luar yang dibangun sesuai dengan peruntukannya pada konsep rejuvenasi. Objek berkontribusi sebagai tempat yang mampu menciptakan keseimbangan antara rutinitas juga kehidupan, serta menyebarkan kecantikan positif bagi pengunjung dan lingkungan sekitar. Kata kunci: Rejuvenate Architecture, Desain Strukturalisme, Strategi Analisis Pola, Kecantikan, Seni, dan Budaya, dan Urban Stress Relief
MEMBACA TINGKAT KEBERLANJUTAN SOSIAL PADA KAMPUNG TERAPI HIJAU KOTA MALANG Audri, Delia Suci; Fanda, Aigan Mubiena; Kusdiwanggo, Susilo
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 11, No 1 (2024): April
Publisher : Architecture Program Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v11i1.74573

Abstract

Penelitian terkait pembangunan berkelanjutan telah mengalami perkembangan yang signifikan di kalangan peneliti dari waktu ke waktu. Pembangunan berkelanjutan sangat penting sebagai respons terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi akibat urbanisasi massal dan masalah lingkungan, khususnya dalam topik keberlanjutan sosial (social sustainability). Salah satu upaya untuk menangani tantangan-tantangan tersebut adalah dengan menerapkan program kampung tematik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membaca keberlanjutan sosial berdasarkan konsep social sustainability pada Kampung Terapi Hijau sebagai salah satu kampung tematik di Kota Malang. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif evaluatif yang diawali dengan pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka secara daring dengan basis data Google Scholar yang dibantu oleh perangkat lunak Publish or Perish. Metode sintesis data Systematic Literature Review (SLR) dilakukan dengan mengumpulkan referensi dari penelitian terdahulu secara sistematis sehingga didapatkan kriteria dan parameter untuk mengevaluasi tingkat keberlanjutan sosial pada Kampung Terapi Hijau Kota Malang. Parameter-parameter dari kriteria yang dihasilkan (availability, accessibility, connectivity, density, diversity, legibility, safety, versatility, participatory, social actions, dan equity) kemudian digunakan sebagai acuan dalam menganalisis konsep keberlanjutan sosial pada studi kasus. Secara keseluruhan, hasil yang didapatkan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa Kampung Terapi Hijau Kota Malang telah berhasil mencapai tingkat keberlanjutan sosial yang signifikan melalui implementasi konsep keberlanjutan sosial yang baik oleh masyarakat setempat.
KONSEP LIMINALITAS DALAM RITUAL ANDHERENAT Hilmy, Ayu Nur Izzati; Kusdiwanggo, Susilo; Yusran, Yusfan Adeputera
Studi Budaya Nusantara Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2024.008.01.03

Abstract

Liminality is a concept referring to the transitional phase in which individuals or groups experience a suspension ofhierarchy and social structure, fostering a sense of togetherness, collective solidarity, and equality. The andherenat ritual on Gili Iyang Island, Sumenep Regency, is a tradition of the migrant Buton-Binongko community aimed at invoking rain and maintaining soil fertility. This study explores and analyzes liminality in the andherenat ritual and its sociocultural implications for the assimilative community. A qualitative method and case study strategy were used, focusing on the cultural activities of the andherenat ritual. The research findings reveal that the andherenat ritual involves three phases of liminality: separation, liminality, and incorporation. The separation phase is marked by theperformance of tawassul, yasin, tahlil, and praise, separating participants from everyday life. The liminality phase is a transitional period where participants undergo spiritual transformation through activities such as the topak loberprocession and circling the island. The incorporation phase reintegrates participants into society with renewed identities, highlighted by a communal feast.
Systematic Literature Review (SLR): Keberlanjutan Arsitektur Tradisional dan Vernakular dalam Menghadapi Zaman pada Konteks Urban Rural Bunga Pasadena Ineru; Kusdiwanggo, Susilo; Yusran, Yusfan Adeputera
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 13 No. 4 (2024): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.v13i4.408

Abstract

Arsitektur vernakular tradisional merupakan ekspresi budaya yang menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Gaya arsitektur ini berkembang secara alami berdasarkan tradisi lokal, iklim, dan ketersediaan material setempat, serta mencerminkan solusi yang efisien dan berkelanjutan. Namun, perkembangan urbanisasi dan globalisasi memberi tekanan signifikan terhadap keberlangsungan arsitektur vernakular, terutama di daerah pedesaan dan perkotaan yang menghasilkan interaksi antara kebudayaan modern dan tradisional berupa intervensi maupun asimilasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR) untuk mengidentifikasi pola adaptasi arsitektur vernakular dalam konteks transisi urban-rural dan dampaknya terhadap keberlanjutan budaya serta ekologis. Hasil dari penelitian ini ditemukan tren fokus dan metode yang banyak digunakan dalam penelitian terkait Arsitektur Tradisional dan Vernakular dalam konteks Urban-Rural dalam rentang sepuluh tahun terakhir yang berfokus pada pelestarian tradisi dan unsur tradisional dalam kawasan yang telah berkembang melalui metode kualitatif. Umumnya jenis penelitian bersifat deskriptif untuk mengungkap fenomena yang melatar belakangi perubahan suatu kawasan/objek arsitektur vernakular. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memahami dinamika perubahan antara kawasan urban dan rural serta menyajikan strategi yang efektif untuk mendukung kelestarian arsitektur vernakular di masa depan.
Creative vs Defective: A Critical Review of Malang Creative Center (MCC) in Malang City Ineru, Bunga Pasadena; Yusran, Yusfan Adeputera; Santoso, Joko Triwinarto; Wijaya, Moch. Ardiansyah Fendy; Kusdiwanggo, Susilo
RUAS Vol. 22 No. 1 (2024)
Publisher : Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ruas.2024.022.01.5

Abstract

The Malang Creative Center (MCC) construction is a step taken by the Malang City government to support the flow of modernization and as a forum for Malang residents to develop their creativity. The MCC display concept is planned by combining the shape of the temple and the unique cultural background of Malangan. However, during the development process, many changes were different from the initial concept. All these things make this building interesting to study critically. Therefore, this study aims to critically identify these changes in the idea as well as rectify the perceptions that have developed. Descriptive analysis was carried out through direct observation of objects by describing real conditions and explanatory verification of the results of these observations with visitors' views via a questionnaire. The analysis results show that the public's perception of the visual MCC has a good level of compatibility with the concept and function of the building, although some aspects still require attention regarding the visitor’s safety and comfort.
EKSISTENSI JALADWARA DALAM MEMBENTUK RUANG SAKRAL PADA SITUS PATIRTHAN PENINGGALAN KERAJAAN SINGHASARI: STUDI KASUS : SITUS PATIRTAN WATUGEDE SINGOSARI KABUPATEN MALANG Yusran, Yusfan; Roro Rahmawati Tri , Wahyuni; Kusdiwanggo, Susilo
Studi Budaya Nusantara Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2024.008.02.02

Abstract

In Javanese cultural cosmology, particularly in Hindu-Buddhist beliefs, patirtan (sacred bathing) which generally has a spring source holds significant meaning. Since the era of Hindu kingdoms on the island of Java, the concept of water gardens as sacred bathing places known as patirtan has been recognized. However, unlike Hindu patirtan, the patirtan from the Singasari kingdom has its uniqueness due to the influence of both immigrant and local cultures, which can be seen in the spatial concepts and ornamentation of the patirtan. One of the important ornaments of this patirtan is the fountain statue, also known as Jaladwara, which makes it the strongest element among the others and simultaneously gives the patirtan a function beyond fulfilling daily water needs, as it is also used for religious rituals. The revelation of a Jaladwara serves as the focal point of this research, based on supporting data from archaeological findings at the Patirtan site, using the study object at the Patirtan Watugede site. This research aims to understand the forms of macro spatial arrangement, micro spatial arrangement, and the ornamentation of the Jaladwara at the Patirtan Watugede site. The macro space structure includes the cosmology of the patirtan, while the micro space structure encompasses the physical form of the patirtan. In addition, it also aims to describe the spatial role of Jaladwara in shaping sacred space in patirtan. This research employs a quasi-qualitative method to formulate findings that are descriptive and ideographic, using discourse analysis techniques on case objects from the perspective of the concept of space. The findings indicate that the location of Jaladwara influences the spatial arrangement patterns in the sacred area, which in turn impacts the circulation patterns within the region, especially for religious practitioners during ritual processes.